Shock Absorber

Jumat, 20 Mei 2022 | 09:00 WIB
Shock Absorber
[]
Reporter: Harian Kontan | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memastikan akan mengubah anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022 . Pencetusnya: harga minyak yang melesat, dua kali lipat dari asumsi APBN yang sebesar US$ 63 per barel. Konsekuensinya pos subsidi energi membengkak. Utamanya subsidi untuk bahan bakar minyak (BBM) dan listrik.  

Proyeksi pemerintah dengan harga ICP US$ 100 per barel, anggaran subsidi akan menjadi Rp 443,6 triliun tahun ini. Perinciannya: sebesar Rp 208,9 triliun  untuk penambahan subsidi BBM dan LPG serta listrik.

Lalu, ada penambahan subsidi untuk kompensasi karena pemerintah menahan harga Pertalite, listrik, serta subsidi BBM dan solar yang sebesar Rp 234, 6 triliun. 
Ini artinya perubahan harga minyak ICP menjadi US$ 100 per barel, subsidi bertambah sebesar Rp 291 triliun. Gede memang!

Besaran subsidi energi ini pernah menjadi momok menakutkan bagi APBN hingga tahun 2014. Bukan cuma besaran jumlahnya tapi memberikan tekanan politik yang besar. Bahkan, subsidi energi menjadi barometer utama kinerja politik seorang Presiden.

Hingga APBN 2014, beban subsidi BBM dan LPG mencapai Rp 240 triliun, subsidi listrik Rp 101,8 triliun. Alhasil,  total subsidi energi saat itu mencapai Rp 341,8 triliun.

Namun, pada 1 Januari 2015,  pemerintah berani mengambil kebijakan radikal dengan menghapus subsidi premium dan menjalankan mekanisme subsidi tetap solar.

Saat itu, pemerintahan yang dipimpin Presiden Joko Widodo menyebut, setiap hari negara membakar dana untuk subsidi bahan bakar, bahkan jumlah subsidi lebih besar dari infrastruktur dan kesehatan.

Pemerintah kini harus dihadapkan kenyataan pahit lagi, menumpuk dana subsidi dalam anggaran lagi. Betul, subsidi adalah salah satu alat fiskal negara hadir untuk masyarakat.

Saat krisis seperti sekarang yang dipicu oleh paparan virus Covid-19, negara hadir dengan subsidi berbalut perlindungan sosial, bantuan sosial serta kesehatan atau dana kompensasi.  

Saat ini, anggaran nampaknya digunakan sebagai shock absorber atau peredam kejut atas kondisi yang terjadi. Saat ini, selain akibat Covid juga dihantui efek perang Rusia Ukraina, hingga inflasi tinggi.

Namun, ada baiknya, ruang fiskal yang ada harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk belanja produktif bagi masyarakat. Subsidi BBM dan listrik semisal, bisa digunakan untuk pengembangan energi hijau yang menjadi komitmen negara. 

Bagikan

Berita Terbaru

Mengupas Kinerja Hingga Prospek Emiten Anggota MIND ID di 2026: ANTM dan TINS (Bag 1)
| Senin, 08 Desember 2025 | 09:32 WIB

Mengupas Kinerja Hingga Prospek Emiten Anggota MIND ID di 2026: ANTM dan TINS (Bag 1)

Di luar harga komoditas, faktor struktural lain bakal memengaruhi prospek PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Timah Tbk (TINS).

Laba ACES Diproyeksi Turun 20% di 2025, bisa Rebound Berkat Low Base Effect di 2026
| Senin, 08 Desember 2025 | 07:57 WIB

Laba ACES Diproyeksi Turun 20% di 2025, bisa Rebound Berkat Low Base Effect di 2026

Strategi rejuvenasi PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) meliputi revamp flagship store dan gerai Neka.

Asing Rajin Borong Saham TLKM, JP Morgan hingga Invesco Serok Ratusan Juta Lembar
| Senin, 08 Desember 2025 | 07:30 WIB

Asing Rajin Borong Saham TLKM, JP Morgan hingga Invesco Serok Ratusan Juta Lembar

Mayoritas analis berdasarkan konsensus Bloomberg masih memandang bullish saham PT Telkom Indonesia Tbk.

Awal Pekan Sambil Menanti Data Ekonomi, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Senin, 08 Desember 2025 | 07:07 WIB

Awal Pekan Sambil Menanti Data Ekonomi, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Pasar mencermati rilis sejumlah data ekonomi domestik pekan ini. Mulai  penjualan sepeda motor, IKK serta data penjualan ritel bulan Oktober. 

Kinerja Emiten Rumah Sakit Masih Akan Bertumbuh di 2026
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:45 WIB

Kinerja Emiten Rumah Sakit Masih Akan Bertumbuh di 2026

Kenaikan kinerja seiring permintaan layanan kesehatan yang terus meningkat dan pertumbuhan kuat dari segmen pasien pribadi.

Rupiah di Awal Pekan Menanti Arah Angin Fed
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:30 WIB

Rupiah di Awal Pekan Menanti Arah Angin Fed

Rupiah pada awal pekan ini akan dipengaruhi sentimen pasar yang mulai fokus ke keputusan FOMC pada 9-10 Desember 2025. 

Banjir Turut Menggerus Pertumbuhan Ekonomi
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:25 WIB

Banjir Turut Menggerus Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini berpotensi di bawah 5%                                 

Tata Kelola BPD Dipertanyakan
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:20 WIB

Tata Kelola BPD Dipertanyakan

Terbaru, terjadi kasus tindak pidana perbankan di Bank kaltimtara yang melibatkan pimpinan kantor cabang dan kantor wilayah bank ​

Bank Kecil Prediksi Tahun Depan Masih Menantang
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:20 WIB

Bank Kecil Prediksi Tahun Depan Masih Menantang

Kinerja pembiayaan bank-bank kecil di jajaran kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI) 1 semakin melempem.​

Harga Logam Mulia Tersengat Sentimen The Fed
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:15 WIB

Harga Logam Mulia Tersengat Sentimen The Fed

Belakangan ini, harga logam mulia bergerak variatif, Harga emas terkoreksi tipis, sementara perak justru mencatat penguatan cukup tinggi. 

INDEKS BERITA

Terpopuler