Skenario Bencana

Rabu, 09 April 2025 | 06:12 WIB
Skenario Bencana
[ILUSTRASI. TAJUK - Thomas Hadiwinata]
Thomas Hadiwinata | Managing Editor

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pepatah asal Turki berikut cocok untuk menggambarkan asal muasal kekacauan di pasar keuangan sedunia sejak 3 April lalu: When a clown moves into a palace, he doesn't become a king. The palace becomes a circus. 

Sebelum Donald Trump mengumumkan tarif resiprokal atas 90 negara, sulit membayangkan pepatah di atas bisa berlaku untuk panggung politik di Amerika Serikat (AS). Sulit membayangkan sebuah kebijakan ngaco bisa diterbitkan di negara yang terkenal memiliki sistim politik nan mapan. 

Bahkan, mereka yang mendukung Trump sebagai presiden pun terperangah dengan efek dari kebijakan yang diambil Presiden AS. Pendukung Trump yang kini menyuarakan kecemasan seperti Bill Ackman, CEO dari pengelola dana Pershing Square Capital Management.

Setelah indeks saham di negaranya rontok tiga hari berturut-turut, Ackman pun mengingatkan Trump untuk menunda pemberlakuan tarif resiprokal. Pemberlakuan tarif resiprokal, prediksi Ackman, akan memicu bencana nuklir ekonomi.

Elon Musk, orang kaya dunia yang mendapat jabatan sebagai pejabat khusus, turut menjaga jarak dengan kebijakan tarif Trump. Musk diberitakan akan membujuk Trump untuk menimbang ulang pemberlakuan tarif balasan.

Sikap balik badan para hartawan yang dulu mendukung Trump sangat mudah dipahami jika melihat skala kehancuran pasar finansial akibat tarif resiprokal. Menurut hitungan Bloomberg, nilai kapitalisasi pasar di seluruh dunia yang hangus akibat rencana pemberlakuan tarif resiprokal sudah mencapai US$ 10 triliun per penutupan perdagangan Senin kemarin (7/4). Nilai itu setara dengan separuh dari total produk domestik bruto Uni Eropa.

Sangat mungkin, jumlah elit di AS yang kontra terhadap pemberlakuan tarif resiprokal bertambah. Patut diingat, tarif resiprokal itu merupakan keputusan Trump semata. Dengan memanfaatkan International Emergency Power Act tahun 1977, Trump mengumumkan tarif, tanpa persetujuan kongres AS.

Di atas kertas, para elit AS sesungguhnya bisa saja mempercepat akhir dari sirkus tragedi pasar keuangan sejagad. Apalagi, dalam konstitusi AS, kongres lah pemilik kewenangan untuk memberlakukan tarif. Namun tentu kongres baru beraksi kalau para anggotanya dari Partai Republik ikut mendukung, berpaling dari Trump.
Tentu, kita juga bisa berharap Trump sadar diri dan membereskan kekacauan akibat kebijakannya.

Selanjutnya: Tak Semua Daerah Bisa Menutupi Anggaran Pangan

Bagikan

Berita Terbaru

 Ramai Rencana Perubahan Pengendali Pada Sejumlah Emiten di Awal 2025
| Kamis, 17 April 2025 | 16:06 WIB

Ramai Rencana Perubahan Pengendali Pada Sejumlah Emiten di Awal 2025

Sejumlah emiten mengumumkan rencana perubahan pengendali di awal tahun ini, beberapa diantaranya mencatatkan kerugian.

Menghitung Proyeksi Valuasi Telkom (TLKM) setelah Aksi Buyback
| Kamis, 17 April 2025 | 12:07 WIB

Menghitung Proyeksi Valuasi Telkom (TLKM) setelah Aksi Buyback

PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) mengumumkan rencana buyback sebanyak-banyaknya Rp 3 triliun yang akan dilaksanakan 28 Mei 2025 - 27 Mei 2026.

Garuda Muda
| Kamis, 17 April 2025 | 11:29 WIB

Garuda Muda

Hasil Tim Nasional U-17 di Piala Asia U-17 menjadi pembelajaraan untuk terus membenahi para talenta muda di ajang sepakbola nasioinal.

Grup Sinarmas (DSSA) Gelar Aksi Inbreng Aset di Perusahaan Pengelola MyRepublic
| Kamis, 17 April 2025 | 09:00 WIB

Grup Sinarmas (DSSA) Gelar Aksi Inbreng Aset di Perusahaan Pengelola MyRepublic

Agar bisa terus bersaing dengan ISP yang menawarkan tarif murah, MyRepublic akan menggunakan perangkat yang bisa menurunkan capex.

Profit 38,08% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Semakin Terbang (17 April 2025)
| Kamis, 17 April 2025 | 08:34 WIB

Profit 38,08% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Semakin Terbang (17 April 2025)

Harga emas Antam hari ini (17 April 2025) 1 gram Rp 1.976.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 38,08% jika menjual hari ini.

Diversifikasi Usaha, Manajemen Indosat (ISAT) Mengklaim bisa Mengerek Pendapatan
| Kamis, 17 April 2025 | 08:24 WIB

Diversifikasi Usaha, Manajemen Indosat (ISAT) Mengklaim bisa Mengerek Pendapatan

Pendapatan Indosat (ISAT) di 2025 diperkirakan naik menjadi Rp 60,1 triliun dan laba bersih menjadi Rp 5,3 triliun. 

Kenaikan Royalti Minerba Bisa Goyahkan Minat Investasi, Pebisnis Minta Dialog Ulang
| Kamis, 17 April 2025 | 08:10 WIB

Kenaikan Royalti Minerba Bisa Goyahkan Minat Investasi, Pebisnis Minta Dialog Ulang

Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) akan mengusulkan dialog dengan pemerintah untuk membahas kembali kenaikan royalti.

Penjualan Metropolitan Land (MTLA) Terkerek Insentif Pajak
| Kamis, 17 April 2025 | 08:03 WIB

Penjualan Metropolitan Land (MTLA) Terkerek Insentif Pajak

MTLA mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 2,02 triliun di tahun 2024. Tumbuh 18,52% secara tahunan atau year on year (yoy). 

Arus Keluar Dana Asing Bikin Rentan IHSG
| Kamis, 17 April 2025 | 08:00 WIB

Arus Keluar Dana Asing Bikin Rentan IHSG

Di tengah keluarnya dana asing, institusi lokal diharapkan bisa menahan kejatuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Lapangan Kerja Baru Melalui Agroforestry
| Kamis, 17 April 2025 | 07:56 WIB

Lapangan Kerja Baru Melalui Agroforestry

Raja Juli mengungkapkan rencana identifikasi wilayah yang cocok untuk agroforestry, khususnya yang berada di kawasan tingkat kemiskinan tinggi

INDEKS BERITA

Terpopuler