SRIL Anggarkan Belanja Modal US$ 40 Juta untuk Ekspansi di 2019

Senin, 04 Februari 2019 | 06:00 WIB
SRIL Anggarkan Belanja Modal US$ 40 Juta untuk Ekspansi di 2019
[]
Reporter: Yoliawan H | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 40 juta di 2019. Mayoritas capex akan digunakan untuk biaya maintenance reguler perusahaan.

Joy Citra Dewi, Corporate Communication SRIL, mengatakan, pertumbuhan kinerja keuangan perseroan ini sepanjang 2018 melebihi ekspektasi yakni 35%. Emiten tekstil ini menargetkan di 2019 pertumbuhan lebih tinggi.

Nilai capex emiten yang kerap disebut dengan Sritex ini di 2019 tidak jauh berbeda dari capex 2018. "Salah satu pendorong kinerja tumbuh signifikan adalah pertumbuhan anorganik melalui akuisisi dua perusahaan di 2018 lalu," ujar Joy, Jumat (1/2).

Sebelumnya, Sritex telah mengakuisisi dua perusahaan tekstil, yakni PT Primayudha Mandirijaya dan PT Bitratex Industries Pte Ltd. Nilai akuisisi kedua perusahaan tersebut mencapai US$ 85 juta.

Untuk tahun ini, Joy mengatakan belum ada rencana untuk akuisisi baru. Apalagi, saat tahun politik, kondisi ekonomi ke depan belum terbaca. Selain itu dia menambahkan, untuk mencari perusahaan yang mempunyai nilai seperti keinginan perusahaan dan sejenis bukan hal yang mudah.

Strategi percepatan pertumbuhan dengan cara anorganik baru akan diambil jika pertumbuhan bisnis secara organik membutuhkan waktu dan biaya lebih besar. Karena itu, metode akuisisi baru akan diambil jika calon perusahaan yang akan di akuisisi memberikan nilai tambah, misal pasar yang sudah terbentuk.

Pada akuisisi sebelumnya misalnya, kapasitas pabrik untuk spinning bertambah 200.000 sampai 300.000 spindle per tahun menjadi 1,1 juta spindle per tahun. Kapasitas produksi alias utilisasi pabrik Sri Rejeki Isman untuk produk spinning dan garmen saat ini sudah mencapai 90%. Sedangkan untuk produk kain mentah dan kain jadi masih di bawah 90%.

Untuk itu, SRIL berencana menambah pasar baru terutama, di wilayah ekspor. Pada tahun ini, Sritex menargetkan kontribusi penjualan ekspor bisa meningkat hingga mencapai 60%.

Sementara di 2018, penjualan ekspor baru sekitar 56%-58% dari total penjualan. "Dahulu, mulai 2008 kami banyak ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa, namun pasca krisis global kami perluasan pasar ke Asia, ujar Joy.

SRIL berniat masuk ke pasar China, Jepang dan Korea Selatan. Saham SRIL pada akhir pekan lalu ditutup tidak bergerak di level Rp 340 per saham.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

CEO Generali Indonesia Rebecca Tan: Misi Menjadi Teman Bagi Nasabah
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 11:29 WIB

CEO Generali Indonesia Rebecca Tan: Misi Menjadi Teman Bagi Nasabah

Melihat perjalanan karier Rebecca Tan di industri keuangan hingga menjadi Presiden Direktur Generali Indonesia

Terdorong Sentimen Kesepakatan AS-China, IHSG Menguat Dalam Sepekan
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 09:38 WIB

Terdorong Sentimen Kesepakatan AS-China, IHSG Menguat Dalam Sepekan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,94% pada Jumat (16/5). Dalam sepekan, IHSG mengakumulasi kenaikan 2,60%.​

Pembukaan Hutan untuk Ketahanan Pangan Bertahap
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 09:28 WIB

Pembukaan Hutan untuk Ketahanan Pangan Bertahap

Kementerian Kehutanan menegaskan rencana pembukaan 20,6 juta hektare (ha) lahan untuk proyek ketahanan pangan tidak akan dilakukan sekaligus

Kartu Prakerja Tunggu Peralihan ke Kemnaker
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 09:23 WIB

Kartu Prakerja Tunggu Peralihan ke Kemnaker

Pemerintah akan mengalihkan Program Kartu Prakerja ke Kementerian Ketenagkerjaan dari sebelumnya di bawah Kemko Perekonomian

Setoran PNBP SDA Juga Masih Rentan
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 09:03 WIB

Setoran PNBP SDA Juga Masih Rentan

PNBP SDA akan dipengaruhi oleh beberapa faktur, termasuk realisasi lifting migas dan pergerakan nilai tukar

Profit 27,7% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Ambleg (17 Mei 2025)
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 09:00 WIB

Profit 27,7% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Ambleg (17 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (17 Mei 2025) 1 gram Rp 1.871.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 27,7% jika menjual hari ini.

Belum Ada Insentif Baru untuk Dorong Konsumsi
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 08:50 WIB

Belum Ada Insentif Baru untuk Dorong Konsumsi

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai kondisi perekonomian domestik masih kuat

Bikin Resah, Daya Pungut Pajak Semakin Merosot
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 08:28 WIB

Bikin Resah, Daya Pungut Pajak Semakin Merosot

Angka tax buoyancy Indonesia pada tahun 2024 turun ke bawah 1 dan menjadi negatif pada kuartal I-2025

Mitra Angksa sejahtera (BAUT) Mengencangkan Pendapatan di Tahun Ini
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 08:00 WIB

Mitra Angksa sejahtera (BAUT) Mengencangkan Pendapatan di Tahun Ini

BAUT membidik pendapatan sebesar Rp 160,60 miliar di sepanjang tahun ini. Adapun tahun lalu BAUT membukukan pendapatan sebesar Rp 153,95 miliar.

Imbal Hasil Tinggi, Duit Asing Masuk Pasar Obligasi Indonesia
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 06:30 WIB

Imbal Hasil Tinggi, Duit Asing Masuk Pasar Obligasi Indonesia

Sejak awal tahun ini, asing melakukan aksi beli bersih atau net buy di pasar surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 29,1 triliun di pasar SBN.

INDEKS BERITA

Terpopuler