KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astra Graphia Tbk, salah satu emiten grup Astra, tengah bersiap menyambut pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak dengan cuka cita.
Seperti diberitakan Kontan, perusahaan penyedia solusi dokumen ini meyakini Pilkada serentak yang berlangsung di akhir November mendatang akan mendorong permintaan jasa printing seperti poster, stiker, hingga dokumen pasti akan melonjak.
Tentu, tak cuma korporasi besar seperti Astra Graphia, penyedia jasa percetakan kelas menengah hingga kecil juga akan memperoleh berkah. Pembuat umbul-umbul dan produsen kaos juga akan memanen rezeki serupa.
Dan, rezeki pilkada ini bakal dinikmati merata oleh pelaku bisnis di seluruh Indonesia. Berapa nilainya? Persisnya sulit dipastikan, tapi pasti triliunan rupiah.
Pengingat saja, pilkada serentak akan berlangsung di 37 provinsi serta 508 kabupaten/kota di seluruh pelosok Indonesia. Nah, para calon peserta pilkada ini pasti akan membanjiri penyedia jasa-jasa pendukung pilkada.
Oh, ya, hitung rezeki di atas masih ditambah hibah anggaran pilkada senilai total Rp 40 triliun yang disalurkan kepada Komisi Pemilihan Umum Daerah, Badan Bawaslu Daerah, hingga tenaga keamanan dari TNI maupun kepolisian.
Duit sebanyak itu, tentu, ujungnya akan menetes ke rumah tangga masyarakat lewat banyak mekanisme; mulai dari belanja lembaga sampai upah untuk para penyelenggara dan pengawas pilkada.
Sejatinya, cerita soal rezeki spesial pemilu maupun pilkada sudah biasa. Cuma, kini, potensi “stimulus ekonomi” dari pilkada serentak November nanti menjadi perhatian ekstra para ekonom. Maklum saja, alih-alih membaik, kondisi perekonomian dalam negeri justru semakin lesu.
Sinyal indikator kelesuan ekonomi menyala semakin terang. Yang terbaru adalah tren pemutusan hubungan kerja (PHK) yang meningkat dan belanja sektor manufaktur yang masuk teritori negatif. Di luar itu, deflasi selama tiga bulan berturut-turut juga menandakan tren pelemahan daya beli masyarakat.
Kondisi paling berat dirasakan oleh kelas menengah-bawah. Dalam kondisi sulit, mereka tidak memiliki banyak simpanan untuk menopang kebutuhan. Bahkan, seperti sudah berkali-kali ditulis Kontan, kelompok ini sudah dalam kondisi “mantab” atau makan tabungan. Banyak pula yang akhirnya berutang.
Akankah keajaiban pilkada mampu menolong perekonomian kita? Semoga!