Surya Citra Media (SCMA) Bersaing Melawan Netflix, Ini Rekomendasi untuk Saham SCMA
Oleh:
Hikma Dirgantara
Rabu, 14 Oktober 2020 | 07:00 WIB
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) akan menjadi sentimen positif bagi PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), pemilik SCTV dan Indosiar Beberapa rumah produksi pemasok konten SCMA bisa melanjutkan produksi konten baru.
Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya dalam risetnya menulis, di PSSB transisi sebelum ini, para pengiklan, khususnya pemasang iklan built-in, mulai naik. Ini terjadi seiring kembali berjalannya produksi.
Christine juga menyebut SCMA berhasil melakukan efisiensi di kuartal II lalu sehingga biaya program baru tidak membebani marjin secara keseluruhan. "Tapi, pada paruh kedua tahun ini, kami melihat potensi pertumbuhan iklan free-to-air (FTA) TV cenderung rendah," kata dia.
Ini Artikel Spesial
Segera berlangganan sekarang untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap.
Baca Juga: IHSG Masih Bisa Menguat Terbatas, Cermati Saham yang Secara Teknikal Menarik
Para pengiklan juga berusaha menutupi kerugian pada semester I-2020. Alhasil, pengeluaran besar untuk iklan di televisi tidak terjadi. Baru di tahun depan, pertumbuhan iklan akan lebih tinggi.
Meski tertekan karena pengiklan turun, PSBB ketat mendongkrak permintaan layanan over the top (OTT) milik Surya Citra Media, yakni Vidio. Jumlah pelanggan Vidio naik dari 400.000 menjadi 600.000 pada Juni. Selain itu, monthly active users (MAU) pada saluran Vidio naik lebih dari 30%, di Februari hingga Juni.
Rasio pendapatan iklan Vidio dan pendapatan pelanggan menjadi 50:50, padahal sebelum Covid-19 rasionya 20:80. "Kami melihat SCMA fokus pada digitalisasi dan pembuatan konten untuk Vidio Premiere," kata Christine.
Baca Juga: Ini Perlindungan Buat Pekerja Berdasarkan Omnibus Law Cipta Kerja Versi Resmi
Analis Panin Sekuritas Rendy Wijaya mengatakan, Vidio berhasil bersaing dengan pemain OTT dari dalam negeri maupun luar negeri. Vidio tercatat sebagai platform OTT dengan jumlah pelanggan berbayar terbanyak di April 2020.
Total pelanggan Vidio mencapai 600.000, mengalahkan Netflix dan Viu di Indonesia. Pendapatan dari segmen digital ini pun tumbuh 8% secara yoy di semester I-2020.
Rekomendasi saham SCMA >>>
Rendy menilai, kinerja SCMA pada paruh kedua tahun ini akan membaik. Namun, ia memperkirakan, perbaikan tersebut masih belum sebanding dengan kinerja di 2019. Ia memperkirakan, kinerja SCMA baru benar-benar pulih tahun depan.
Pemulihan aktivitas ekonomi juga akan berdampak positif terhadap permintaan iklan sejumlah sektor, seperti e-commerce dan FMCG. Christine mengungkapkan, pendapatan SCMA membaik semenjak Juli, seiring banyak platform e-commerce yang menggelar acara live.
Baca Juga: Bank Syariah BUMN Merger, Persaingan Bisnis Bakal Timpang
Surya Citra Media berhasil mengamankan kontrak acara live dengan durasi 1-2 jam (blocking time). Ini karena SCMA menawarkan iklan di berbagai platform, mulai dari TV, event management, OTT dan online.
Kinerja PT Surya Citra Media Tbk (SCMA)
(Rp miliar, kecuali laba bersih per saham)
Per 30/06/2019
Per 30/06/2020
Total Aset
6.901,39
6.788,78
Total Kewajiban
1.282,31
1.154,59
Total Ekuitas
5.619,09
5.634,19
Pendapatan
2.766,12
2.361,32
Laba Kotor
2.766,12
1.373,29
Laba Usaha
886,74
808,28
Laba Bersih
782,48
600,92
Laba Bersih per Saham
53,48
41,11
Margin Laba Kotor (%)
n/a
78,81
Margin Laba Usaha (%)
32,98
27,45
Margin Laba Bersih (%)
26,90
17,36
ROA (%)
20,62
13,09
ROE (%)
28,41
17,66
Sumber: RTI
Christine memprediksi tahun ini pendapatan SCMA sebesar Rp 5,07 triliun dengan laba bersih Rp 1,2 triliun. Tahun depan, pendapatan diprediksi Rp 5,49 triliun dengan laba bersih Rp 1,31 triliun.
Baca Juga: Saham BRI Syariah (BRIS) Melesat, Waspadai Aksi Ambil Untung
Analis Indo Premier Sekuritas Elbert Setiadharma juga melihat potensi perkembangan positif Vidio dan kenaikan iklan program free-to-air (FTA). Ia merekomendasikan buy dengan target Rp 1.550.
Christine merekomendasikan trading buy dengan target harga Rp 1.440 per saham. Rendy juga menyarankan buy dengan target harga Rp 1.430 per saham.