Tahun Depan Menjadi Waktu Berburu Obligasi Ritel

Rabu, 15 Desember 2021 | 05:35 WIB
Tahun Depan Menjadi Waktu Berburu Obligasi Ritel
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor penggemar obligasi negara ritel bisa berburu lebih banyak tahun depan. Pemerintah memasang target penerbitan SBN ritel tahun depan Rp 100 triliun, lebih tinggi dari realisasi tahun ini, Rp 97,21 triliun. 

Pemerintah menetapkan target tersebut setelah melihat kondisi pasar dan respons investor. "Tetapi penerbitan akan lebih fleksibel," tutur Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (Dirjen PPR) Luky Alfirman, Senin (13/12).

Rencananya, pemerintah akan menerbitkan Obligasi Negara Ritel (ORI) sebanyak dua kali, Sukuk Ritel (SR) dua kali serta Saving Bond Ritel (SBR) dan Sukuk Tabungan (ST) masing-masing satu kali. Pemerintah juga akan menerbitkan Sukuk Wakaf Ritel (SWR). "Jenis-jenis obligasi ritelnya sama seperti di 2021, begitu pula kisaran nominalnya," kata Riko Amir, Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan DJPPR Kemenkeu.

Baca Juga: Target penerbitan SBN 2022 lebih rendah, pasar SBN dinilai tetap prospektif

Meski target penerbitan obligasi ritel naik, ekonom yakin obligasi ritel masih akan terserap oleh pasar. Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual bahkan menilai target tersebut cenderung konservatif. Padahal, partisipasi investor ritel tinggi. 

David yakin minat investor terhadap SBN ritel masih tinggi karena imbal hasil yang diberikan lebih menarik ketimbang deposito. Sementara risikonya sangat rendah. "Apalagi banyak masyarakat beralih dari deposan menjadi investor, dan SBN ritel adalah instrumen tepat bagi investor pemula," ujar dia.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menambahkan, iklim investasi SBN ritel sudah terbentuk. Ini tercermin penjualan SBN ritel tahun ini yang selalu oversubscribed. 

Kondisi ini juga didukung pajak bunga obligasi yang rendah, yakni cuma 10%. Sementara pajak imbal hasil deposito mencapai 20%. "Nilai minimal investasi pun hanya Rp 1 juta, ditambah proses pemesanan dan pembelian bisa dilakukan secara online," papar Ramdhan.

Baca Juga: Perkuat permodalan, perbankan cari pendanaan baru pada tahun depan

Memang, seiring pemulihan ekonomi, ada kemungkinan masyarakat kembali mengalokasikan banyak dana untuk konsumsi. Tapi Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C. Permana menilai masyarakat saat ini sudah melek investasi. Alhasil, alokasi dana untuk investasi diperkirakan masih tinggi. "Apalagi, SBN ritel ini punya pertumbuhan minat yang sangat besar tahun ini," kata Fikri. 

Ramdhan memperkirakan, tahun depan imbal hasil SBN ritel akan berkisar 4,8%-5,0%, tidak berbeda dari imbal hasil SBN ritel tahun ini. Dengan asumsi ada kenaikan suku bunga di paruh kedua tahun depan, barulah imbal hasil SBN ritel akan naik.

Mengacu pada penerbitan SBN ritel terakhir, yakni ST008, pemerintah memberikan spread 130 bps. Dengan asumsi suku bunga acuan naik jadi 3,75%, imbal hasil SBN ritel tahun depan bisa mencapai 5,05%.    

Baca Juga: Pemerintah akan terbitkan SBN ritel Rp 100 triliun pada tahun depan

Bagikan

Berita Terbaru

UNTR Punya Tenaga Baru dari Energi Hijau, Analis Pasang Rekomendasi Beli
| Kamis, 19 Desember 2024 | 10:38 WIB

UNTR Punya Tenaga Baru dari Energi Hijau, Analis Pasang Rekomendasi Beli

Mengukur prospek kinerja PT United Tractors Tbk (UNTR) yang tengah gencar melakukan diversifikasi bisnis

Rupiah Terus Anjlok, Tahun Depan Rawan Sentuh Rp 17,000
| Kamis, 19 Desember 2024 | 10:10 WIB

Rupiah Terus Anjlok, Tahun Depan Rawan Sentuh Rp 17,000

Keperkasaan dolar AS masih sulit terbendung, sehingga tahun depan, nilai tukar rupiah bisa melemah hingga Rp 17.000 per dolar AS

Memblejeti Pemilik, Track Record Kinerja, dan Valuasi Harga Saham IPO HGII
| Kamis, 19 Desember 2024 | 09:42 WIB

Memblejeti Pemilik, Track Record Kinerja, dan Valuasi Harga Saham IPO HGII

Setelah IPO, Shikoku Electric Power Company, Inc (Yonden) bakal masuk sebagai investor HGII lewat akuisisi 25% saham.

Harga Saham BBCA Longsor Seiring Aksi Jual Asing, Dimotori Blackrock dan Fidelity
| Kamis, 19 Desember 2024 | 09:07 WIB

Harga Saham BBCA Longsor Seiring Aksi Jual Asing, Dimotori Blackrock dan Fidelity

Merujuk konsensus analis yang dihimpun Bloomberg, target harga rata-rata 12 bulan saham BBCA ada di Rp 12.040 per saham.​

Menggugat LHKPN Fiktif
| Kamis, 19 Desember 2024 | 08:29 WIB

Menggugat LHKPN Fiktif

Mencuatnya LHKPN abal-abal belakangan ini menggambarkan betapa lemahnya integritas pejabat publik di Indonesia.

Gelombang Karbon
| Kamis, 19 Desember 2024 | 08:16 WIB

Gelombang Karbon

Proyek food estate dengan cara mengubah alih fungsi hutan bukanlah jalan keluar terbaik untuk program kedaulatan pangan bangsa ini.

BI Siapkan Rp 133,7 Triliun untuk Natal dan Tahun Baru
| Kamis, 19 Desember 2024 | 07:45 WIB

BI Siapkan Rp 133,7 Triliun untuk Natal dan Tahun Baru

Bank Indonesia menyiapkan uang layak edar untuk kebutuhan Natal dan Tahun Baru dan telah didistribusikan ke perbankan

Peluang Pemangkasan Bunga Acuan BI Makin Terbatas
| Kamis, 19 Desember 2024 | 07:42 WIB

Peluang Pemangkasan Bunga Acuan BI Makin Terbatas

BI mempertahankan suku bunga acuannya alias BI-Rate di level 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Desember 2024

Awas Rasio Utang Negara Kembali Meningkat
| Kamis, 19 Desember 2024 | 07:36 WIB

Awas Rasio Utang Negara Kembali Meningkat

Dengan naiknya rasio utang, pemerintah perlu mengelola utang secara cermat sambil mencari peluang memacu penerimaan

Ninja Xpress Rambah Bisnis Pengiriman Produk Beku
| Kamis, 19 Desember 2024 | 07:30 WIB

Ninja Xpress Rambah Bisnis Pengiriman Produk Beku

Ninja Xpress meluncurkan Ninja Cold untuk menjawab kebutuhan pengiriman produk beku dari korporat maupun UMKM.

INDEKS BERITA

Terpopuler