Tentukan Diversifikasi Bisnis, Skybee (SKYB) Memilih Menunggu Pemilu Selesai

Jumat, 01 Maret 2019 | 09:01 WIB
Tentukan Diversifikasi Bisnis, Skybee (SKYB) Memilih Menunggu Pemilu Selesai
[]
Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Suhu panas politik pada tahun ini menyebabkan sejumlah korporasi berharap-harap cemas dan memilih wait and see.

Salah satu perusahaan itu adalah PT Skybee Tbk. Emiten berkode emiten SKYB di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini semula memutuskan mengubah haluan bisnis mereka pada tahun ini. Namun hingga kemarin pemegang saham belum menetapkan sektor bisnis yang mereka pilih.

Martini UD Suarsa, Direktur Independen SKYB, menyebutkan, perusahaannya sampai kemarin masih mendiskusikan sektor bisnis mana yang akan dipilih sebagai langkah diversifikasi bisnis. "Masih dalam pembahasan manajemen karena kami perlu memilah sektor yang akan dijalani jika ada perubahan maupun pengembangan yang berarti," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (28/2).

Yang terang, ia membenarkan, panasnya suhu politik belakangan ini membuat manajemen perusahaan masih wait and see untuk menentukan langkah. Bahkan, kata Martini, hal itu bukan hanya terjadi pada perusahaannya, melainkan industri lainnya. Oleh karena itu, keputusan diversifikasi bisnis akan menunggu pemilu selesai. "Jadi ini masalah timing saja," tambah Martini.

Namun sayangnya, dia juga masih enggan menyebutkan sektor mana saja yang tengah dibahas oleh manajemen perusahaan.

Sebelumnya, SKYB berencana mendiversifikasi bisninya pada sektor kelapa sawit dan properti lantaran dinilai masih cukup berkembang, yang didorong oleh salah satu komisaris mereka yang memiliki bisnis properti.

Tapi tentu rencana itu tetap akan dikejar pasca Pemilu tahun ini. Hal tersebut dalam upaya menyelaraskan kebijakan pemerintah dan strategi bisnis yang diterapkan.

Nah dengan begitu, kata Martini, rencana aksi korporasi pada Maret ini pun ikut mundur. "Ikut mundur sampai kami menentukan sektornya, tapi kami sudah membuka diri kepada teman-teman investor," tutur dia.

Alhasil, SKYB masih akan berkutat pada bisnis existing yakni distribusi penjualan voucher pulsa Telkomsel.

Untuk operasional bisnis itu, pada tahun ini SKYB belum menganggarkan dana. Untuk pencapaian dari bisnis pulsa hingga kuartal ketiga tahun lalu, SKYB mencatatkan pendapatan senilai Rp 4,25 miliar. Di periode yang sama tahun sebelumnya mereka tidak mencatatkan pendapatan sama sekali.

Selain itu, dalam Rapat Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) SKYB, pemegang saham sudah menyetujui pergantian nama perusahaan menjadi PT Northcliff Citranusa Indonesia Tbk.

Tapi yang perlu diketahui, kata Martini, jajaran direksi dan komisaris memiliki background dan pengalaman yang beragam. Seperti misalnya, Komisaris Utama SKYB bergerak di bidang investasi. Kemudian Direktur Utama SKYB bergerak di sektor perkebunan. Sedangkan Martini aktif dan bergerak di sektor minyak dan gas (migas), juga properti.

Bagikan

Berita Terbaru

Faktor Biaya dan Kurs Rupiah Membebani Mayora, Begini Proyeksi Arah Saham MYOR
| Selasa, 04 November 2025 | 09:09 WIB

Faktor Biaya dan Kurs Rupiah Membebani Mayora, Begini Proyeksi Arah Saham MYOR

Hingga akhir 2025 MYOR menargetkan laba bersih sebesar Rp 3,1 triliun atau cuma naik sekitar 0,8% dibandingkan tahun lalu.​

Bursa Efek Indonesia (BEI) Meluncurkan Tiga Indeks Baru
| Selasa, 04 November 2025 | 08:49 WIB

Bursa Efek Indonesia (BEI) Meluncurkan Tiga Indeks Baru

Investor diharapkan bisa berinvestasi pada saham profit tinggi, valuasi harga dan volatilitas rendah.

Investasi Saham dan Efek Buntung, Saratoga Investama Sedaya (SRTG) Cetak Kerugian
| Selasa, 04 November 2025 | 08:45 WIB

Investasi Saham dan Efek Buntung, Saratoga Investama Sedaya (SRTG) Cetak Kerugian

Saratoga juga mencatat kerugian bersih atas instrumen keuangan derivatif lainnya Rp 236 juta per 30 September 2025.

Invesco dan Allianz Konsisten Borong Saham UNTR Hingga Oktober, Blackrock Beda Arah
| Selasa, 04 November 2025 | 08:16 WIB

Invesco dan Allianz Konsisten Borong Saham UNTR Hingga Oktober, Blackrock Beda Arah

Sepanjang Oktober 2025 investor asing institusi lebih banyak melakukan pembelian saham UNTR ketimbang mengambil posisi jual.

Penjualan Nikel Melejit, Laba PAM Mineral (NICL) Tumbuh Tiga Digit
| Selasa, 04 November 2025 | 08:02 WIB

Penjualan Nikel Melejit, Laba PAM Mineral (NICL) Tumbuh Tiga Digit

PT PAM Mineral Tbk (NICL) meraih pertumbuhan penjualan dan laba bersih per kuartal III-2025 di tengah tren melandainya harga nikel global.

Laba Emiten Farmasi Masih Sehat Sampai Kuartal III-2025
| Selasa, 04 November 2025 | 07:52 WIB

Laba Emiten Farmasi Masih Sehat Sampai Kuartal III-2025

Mayoritas emiten farmasi mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba di periode Januari hingga September 2025.

Kinerja Emiten FMCG Bervariasi, Prospek di Kuartal IV-2025 Berpotensi Lebih Seksi
| Selasa, 04 November 2025 | 07:42 WIB

Kinerja Emiten FMCG Bervariasi, Prospek di Kuartal IV-2025 Berpotensi Lebih Seksi

Ramadan yang jatuh pada pertengahan Maret 2026 berpotensi mendorong permintaan distributor terhadap barang konsumsi mulai kuartal IV-2025.

Rogoh Kocek Rp 2 Triliun,  Astra International (ASII) Menggelar Buyback Saham
| Selasa, 04 November 2025 | 07:42 WIB

Rogoh Kocek Rp 2 Triliun, Astra International (ASII) Menggelar Buyback Saham

Jadwal buyback PT Astra International Tbk (ASII) direncanakan mulai 3 November 2025 hingga 30 Januari 2026. ​

Kondisi Ekonomi Tak Baik-Baik Saja, Bisnis Emiten Konglomerasi Tertekan
| Selasa, 04 November 2025 | 07:09 WIB

Kondisi Ekonomi Tak Baik-Baik Saja, Bisnis Emiten Konglomerasi Tertekan

Penyebabnya beragam. Mulai dari pelemahan daya beli, depresiasi nilai tukar rupiah, hingga koreksi harga sejumlah komoditas.

Mengintip Saham ESG dalam Jajaran Blue Chip
| Selasa, 04 November 2025 | 06:59 WIB

Mengintip Saham ESG dalam Jajaran Blue Chip

Indeks ESG di bursa saham perlahan menguat. Pemicunya lebih karena rotasi pasar ke saham-saham blue chip.

INDEKS BERITA

Terpopuler