Terima Setoran Dana dari Tahir, Modal Bank Mayapada Makin Tebal

Selasa, 12 Mei 2020 | 20:04 WIB
Terima Setoran Dana dari Tahir, Modal Bank Mayapada Makin Tebal
[ILUSTRASI. Kantor cabang utama Bank Mayapada, di Mayapada Tower, Sudirman, Jakarta (2/11/2016). KONTAN/Daniel Prabowo]
Reporter: Herry Prasetyo | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kelesuan ekonomi akibat wabah virus corona alias Covid-19, PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) tampak berhati-hati menjaga kinerja dan kelangsungan usaha.

Dalam pengumumannya di awal pekan ini, Bank Mayapada melaporkan total aset per 30 April 2020 sebesar Rp 92,49 triliun. Jumlah tersebut hanya turun tipis dibandingkan jumlah aset per akhir Desember 2019 sebesar Rp 93,41 triliun.

Meski aset turun tipis, modal Bank Mayapada tercatat naik signifikan. Pada akhir Desember 2019 lalu, total modal Bank Mayapada tercatat sebesar Rp 12,69 triliun. Sementara per akhir April 2020, total modal Bank Mayapada naik menjadi Rp 16,62 triliun.

Jika ditambah cadangan, total modal Bank Mayapada per akhir April 2020 tercatat sebesar Rp 20,3 triliun. Tambahan cadangan ini berasal dari setoran modal pemegang saham sebesar Rp 3,75 triliun.

Baca Juga: CPO Malaysia: Stok Melonjak, Giliran China Membayangi Uni Eropa

Seperti diketahui, pada 24 April lalu, pemegang saham pengendali terakhir Bank Mayapada, Dato Sri Tahir, telah melakukan setoran modal ke Bank Mayapada melalui dua skema.

Pertama, Tahir melakukan setoran modal sebesar Rp 252,09 miliar secara tunai ke Bank Mayapada. Penempatan dana tersebut dilakukan melalui PT Mayapada Karunia sebesar Rp 230 miliar melalui dan sebesar Rp 22,09 miliar melalui PT Mayapada Kasih.

Kedua, Tahir melakukan setoran modal di Bank Mayapada sebesar Rp 3,5 triliun dengan menempatkan kembali dana hasil penjualan tiga gedung miliknya ke Bank Mayapada.

Seperti diketahui, pada 24 April lalu, Bank Mayapada membeli tiga gedung milik Tahir senilai Rp 3,5 triliun. Ketiga gedung tersebut adalah Menara Topas di Jakarta, Gedung Perkantoran di Mayapada Complex, Surabaya, dan gedung di di By pass I Gusti Ngurah Rai, Bali.

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Direktur Utama Bank Mayapada Hariyono Tjahjarijadi mengatakan, Bank Mayapada selama ini menyewa dan menggunakan gedung-gedung tersebut sebagai kantor cabang.

Transaksi pembelian gedung ini, menurut Hariyono, akan bermanfaat lantaran Bank Mayapada tidak perlu menyewa lagi dan memiliki kepastian kepemilikan. Di sisi lain, dana pembelian gedung tersebut disetorkan kembali oleh Tahir sebagai dana setoran modal Bank Mayapada. Alhasil, transaksi tersebut memperkuat permodalan Bank Mayapada.

Peningkatan modal tersebut membuat rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) Bank Mayapada meningkat. Per akhir April 2020, CAR Bank Mayapada tercatat sebesar 17,97%. Rasio tersebut meningkat dibandingkan posisi CAR per akhir Desember 2019 yang sebesar 16,18%.

Baca Juga: Direksi Dirombak, Perum Perumnas Akhirnya Melunasi Utang MTN Rp 200 Miliar

Dengan posisi CAR yang jauh di atas ketentuan minimum saat ini sebesar 8%, Bank Mayapada jelas memiliki kemampuan yang semakin kuat dalam menyediakan dana cadangan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya risiko kerugian.

 

Di sisi lain, di tengah pandemi virus corona, Bank Mayapada tampak berhati-hati dalam mengelola kredit. Ini tercermin dari rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) net per akhir April tercatat sebesar 2,48%.

Siapkan rights issue

Memang, dibandingkan akhir Desember 2019 lalu, NPL net Bank Mayapada per akhir April sedikit meningkat. Per akhir Desember 2019 lalu, NPL net Bank Mayapada masih di posisi 1,63%. Meski sedikit meningkat, NPL Bank Mayapada masih jauh di bawah ketentuan batas NPL maksimal sebesar 5%.

Sementara itu, Bank Mayapada juga tidak mengalami persoalan likuditas. Ini tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) yang per akhir April tercatat sebesar 76,64%. Rasio ini juga menunjukkan, Bank Mayapada tampak berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Pada akhir Desember 2019 lalu, LDR Bank Mayapada tercatat sebesar 93,34%.

Baca Juga: Efek Corona (Covid-19), Bankir Minta Diskon Iuran

Di akhir tahun ini, modal Bank Mayapada masih akan bertambah. Sebab, dalam keterbukaan informasi di BEI, Hariyono mengatakan, Bank Mayapada akan menggelar penambahan modal melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue sebagai skema aksi korporasi terkait penempatan dana setoran modal oleh Tahir.

Jika tidak ada aral melintang, Bank Mayapada akan menggelar rights issue pada akhir 2020.  Target dana yang dihimpun sebesar Rp 4,5 triliun. Itu artinya, Bank Mayapada masih akan mengantongi tambahan modal sebesar Rp 750 miliar.

Bagikan

Berita Terbaru

Bidik Proyek MBG, Produsen Susu Asal Malaysia Siap Bertarung dengan Pemain Lokal
| Rabu, 26 November 2025 | 17:36 WIB

Bidik Proyek MBG, Produsen Susu Asal Malaysia Siap Bertarung dengan Pemain Lokal

Farm Fresh Bhd. bakal mendirikan pertanian seluas 230 ha di Bandung dan sedang mencari kemitraan untuk membangun distribusi lokal.

Kinerja BBTN Sesuai Target, Laba Bersih Mencapai Rp 2,50 Triliun per Oktober 2025
| Rabu, 26 November 2025 | 15:45 WIB

Kinerja BBTN Sesuai Target, Laba Bersih Mencapai Rp 2,50 Triliun per Oktober 2025

Laba bersih BTN naik 13,72% jadi Rp 2,50 triliun per Oktober 2025, didukung kredit dan DPK. Analis proyeksikan laba Rp 3,30 triliun di 2025.

Sempat Dikoleksi Asing, Saham SMGR Mulai Terkoreksi di Tengah Pemulihan Kinerja
| Rabu, 26 November 2025 | 08:59 WIB

Sempat Dikoleksi Asing, Saham SMGR Mulai Terkoreksi di Tengah Pemulihan Kinerja

SMGR sudah pulih, terutama pada kuartal III-2025 terlihat dari pencapaian laba bersih setelah pada kuartal II-2025 perusahaan masih merugi.

KRIS dan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Bikin Prospek Emiten Rumah Sakit Makin Solid
| Rabu, 26 November 2025 | 08:53 WIB

KRIS dan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Bikin Prospek Emiten Rumah Sakit Makin Solid

Simak analisis prospek saham rumah sakit HEAL, SILO, dan MIKA) tahun 2026 yang berpotensi disulut kenaikan iuran BPJS dan implementasi KRIS.

Setelah Cetak Rekor & Koreksi, Arah IHSG Menanti Data Penting dari Indonesia dan AS
| Rabu, 26 November 2025 | 08:45 WIB

Setelah Cetak Rekor & Koreksi, Arah IHSG Menanti Data Penting dari Indonesia dan AS

Pelaku pasar juga menunggu rilis sejumlah data makroekonomi penting seperti indeks harga produsen, penjualan ritel dan produksi industri AS.

Tunggu Lima Tahun, Eks Pegawai Jadi Konsultan Pajak
| Rabu, 26 November 2025 | 08:22 WIB

Tunggu Lima Tahun, Eks Pegawai Jadi Konsultan Pajak

Dirjen Pajak Bimo Wijayanto mengungkapkan rencananya untuk memperketat syarat bagi mantan pegawai pajak untuk menjadi konsultan pajak

Bea Cukai Bakal Pangkas Kuota Kawasan Berikat
| Rabu, 26 November 2025 | 08:17 WIB

Bea Cukai Bakal Pangkas Kuota Kawasan Berikat

Ditjen Bea dan Cukai bakal memangkas kuota hasil produksi kawasan berikat yang didistribusikan ke pasar domestik

Akhir November, Belanja Masyarakat Naik
| Rabu, 26 November 2025 | 08:10 WIB

Akhir November, Belanja Masyarakat Naik

Mandiri Spending Index (MSI) per 16 November 2025, yang naik 1,5% dibanding minggu sebelumnya ke level 312,8

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) Kejar Target Home Passed Via Akuisisi LINK
| Rabu, 26 November 2025 | 07:53 WIB

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) Kejar Target Home Passed Via Akuisisi LINK

Keberhasilan Akuisisi LINK dan peluncuran FWA IRA jadi kunci pertumbuhan bisnis PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI).

Wajib Pajak Masih Nakal, Kebocoran Menganga
| Rabu, 26 November 2025 | 07:51 WIB

Wajib Pajak Masih Nakal, Kebocoran Menganga

Ditjen Pajak menemukan dugaan praktik underinvoicing yang dilakukan 463 wajib pajak                 

INDEKS BERITA

Terpopuler