Tim Ahli Menilai Seperti Ini Cacat dalam Penyusunan Peringkat Doing Business

Selasa, 21 September 2021 | 17:03 WIB
Tim Ahli Menilai Seperti Ini Cacat dalam Penyusunan Peringkat Doing Business
[ILUSTRASI. World Bank's doing business 2020]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Tim independen yang direkrut Bank Dunia sebagai penasihat sudah menyarankan perombakan dasar penyusunan pemeringkatan Ease of Doing Business. Saran itu muncul beberapa pekan sebelum Bank Dunia membatalkan pemeringkatan yang populer disebut Doing Business itu. 

Tinjauan setebal 84 halaman, yang disusun para akademisi dan ekonom senior, termasuk mantan menteri keuangan Kolombia, memuat saran agar Bank Dunia membatasi upaya negara-negara yang diperingkatnya dalam memanipulasi skor masing-masing. Bank Dunia baru mempublikasikan laporan itu pada Senin (20/9), tiga pekan setelah diterima oleh Kepala Ekonom Bank Dunia, Carmen Reinhart.

Bank Dunia, Kamis (16/9), mengatakan akan membatalkan seri pemeringkatan “Doing Business” yang rutin dilakukan per tahun. Pembatalan itu merujuk ke hasil audit internal dan penyelidikan independen yang menemukan para pemimpin senior Bank Dunia, termasuk CEO di masa itu, yaitu Kristalina Georgieva menekan para staf untuk mengubah data agar menguntungkan China. 

Georgieva yang kini memegang jabatan sebagai pimpinan Dana Moneter Internasional dengan keras membantah hasil temuan.

Baca Juga: Sejumlah ekonom meramal BI akan menahan suku bunga acuan

Tinjauan yang baru diterbitkan pada Senin, ditulis oleh kelompok yang dibentuk Bank Dunia pada Desember 2020. Pembentukan tim itu menyusul penemuan audit internal atas penyimpangan data dalam laporan di China, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Azerbaijan.

Tim itu mendesak serangkaian tindakan perbaikan dan reformasi untuk mengatasi “integritas” metodologi yang digunakan dalam penyusunan laporan Doing Business. Perbaikan itu dinilai perlu untuk mengatasi upaya pemerintah campur tangan dalam penentuan nilai di tahun-tahun terakhir. 

Para ahli menilai data dasar dan kuesioner yang digunakan dalam seri Doing Business tidak transparan. Tim juga menyerukan pembentukan dinding api yang memisahkan tim penyusun Doing Business dan bagian lain di Bank Dunia, serta pembentukan dewan peninjau eksternal yang permanen.

“Kami telah diberitahu tentang beberapa kasus di mana pemerintah nasional telah berusaha untuk memanipulasi skor DB dengan memberikan tekanan pada kontributor individu,” kata laporan itu, menunjuk ke pengacara, akuntan, atau profesional lainnya.

“Staf Bank Dunia menyebutkan beberapa negara, di mana mereka yakin pejabat pemerintah telah menginstruksikan kontributor bagaimana merespon. Dan bahkan tanpa adanya tekanan pemerintah yang eksplisit, tentu saja, ancaman pembalasan yang dirasakan dapat mempengaruhi skor laporan kontributor.”

Penulis juga meminta bank untuk berhenti menjual layanan konsultasi kepada pemerintah, yang bertujuan untuk meningkatkan skor Doing Business. Ini, menurut tim, merupakan konflik kepentingan yang nyata.

Baca Juga: Bank Dunia setop laporan EoDB, Kementerian Investasi percaya tetap dilirik investor

"Bank Dunia seharusnya tidak secara bersamaan terlibat dalam lingkungan bisnis negara-negara penilaian sambil menerima pembayaran untuk melatih negara-negara tentang cara meningkatkan skor mereka," tulis para penulis. 

Bank Dunia menawarkan “Reimbursable Advisory Services” alias RAS di sejumlah negara, yang disebut-sebut terlibat dalam investigasi manipulasi data, seperti China dan Arab Saudi, kata tinjauan tersebut.

Pada Desember 2020, tinjauan tersebut mengatakan, satu audit internal melaporkan bahwa manajemen bank telah menekan sembilan dari 15 staf untuk memanipulasi data dalam indeks Doing Business edisi 2018 dan 2020. 

Tujuan manipulasi itu adalah mendorong Arab Saudi ke posisi negara yang paling reformis dan memungkinkan Uni Emirat Arab dan China menduduki posisi yang lebih tinggi. Di sisi lain, manipulasi itu mengakibatkan Azerbaijan terlempar dari peringkat 10 teratas, demikian laporan dari penasihat eksternal. 

Selanjutnya: Dicemaskan Investor dan Kreditur Sedunia, Evergrande Masih Optimistis Mampu Bangkit

 

Bagikan

Berita Terbaru

Sampai Akhir September 2024, Laba Bersih Summarecon Agung (SMRA) Melejit 43%
| Sabtu, 23 November 2024 | 07:19 WIB

Sampai Akhir September 2024, Laba Bersih Summarecon Agung (SMRA) Melejit 43%

Pertumbuhan laba bersih SMRA itu didongkrak melejitnya pendapatan di periode Januari-September 2024.

Pendapatan dan Laba Harita Nickel (NCKL) Melesat di Kuartal III-2024
| Sabtu, 23 November 2024 | 07:11 WIB

Pendapatan dan Laba Harita Nickel (NCKL) Melesat di Kuartal III-2024

Pendapatan dan laba bersih PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) alias Harita Nickel kompak naik di sembilan bulan 2024. 

Menguat Dalam Sepekan, IHSG Ditopang Optimisme Pasar
| Sabtu, 23 November 2024 | 07:01 WIB

Menguat Dalam Sepekan, IHSG Ditopang Optimisme Pasar

Dalam sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakumulasi penguatan 0,48%. Jumat (22/11), IHSG ditutup naik 0,77% ke level 7.195,56 

Insentif Pajak Lanjutan, Harapan Emiten Kendaraan Listrik
| Sabtu, 23 November 2024 | 06:54 WIB

Insentif Pajak Lanjutan, Harapan Emiten Kendaraan Listrik

Menakar efek insentif pajak lanjutan PPnBM DTP dan PPN DTP terhadap prospek kinerja emiten kendaraan listrik​.

Timah (TINS) Memacu Produksi Bijih Timah
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:45 WIB

Timah (TINS) Memacu Produksi Bijih Timah

TINS berhasil memproduksi bijih timah sebesar 15.189 ton hingga kuartal III-2024 atau naik 36% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Total Bangun Persada (TOTL) Menembus Target Kontrak Baru
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:40 WIB

Total Bangun Persada (TOTL) Menembus Target Kontrak Baru

TOTL menerima nilai kontrak baru senilai Rp4,4 triliun per Oktober 2024. Perolehan ini melampaui target awal TOTL sebesar Rp 3,5 triliun.

Mobil Baru Siap Meluncur Menjelang Akhir Tahun
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:30 WIB

Mobil Baru Siap Meluncur Menjelang Akhir Tahun

Keberadaan pameran otomotif diharapkan mampu mendorong penjualan mobil baru menjelang akhir tahun ini.

Lion Air Group Mendominasi Pasar Penerbangan di Indonesia
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:25 WIB

Lion Air Group Mendominasi Pasar Penerbangan di Indonesia

Menurut INACA, Lion Air Group menguasai 62% pasar penerbangan domestik di Indonesia, khususunya segmen LCC.

Produk Terstruktur BEI Sepi Peminat
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:20 WIB

Produk Terstruktur BEI Sepi Peminat

Masalah likuiditas membuat produk terstruktur kurang diminati. Berdasarkan data KSEI, AUM ETF sebesar Rp 14,46 triliun hingga Oktober 2024.

Mempertahankan dan Perebutan Kekuasaan
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:15 WIB

Mempertahankan dan Perebutan Kekuasaan

Rakyat harus cerdas dan kritis dalam membaca peta pertarungan politik di ajang pilkada pada saat ini.

INDEKS BERITA

Terpopuler