KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia memiliki target ambisius untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8% pada tahun 2029, sebagai bagian dari perjalanan menuju status negara maju di tahun 2045. Namun, realitas saat ini menunjukkan tantangan yang signifikan, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dalam dekade terakhir hanya mencapai 4,2%. Target yang tinggi ini memerlukan perhatian khusus pada sektor strategis yang menjadi penggerak utama perekonomian, terutama sektor manufaktur yang telah terbukti menjadi kunci bagi negara-negara dalam mencapai status ekonomi maju.
Salah satu faktor utama yang menghambat pertumbuhan adalah melemahnya sektor manufaktur. Dalam 10 tahun terakhir, kontribusi industri pengolahan terhadap produk domestik bruto (PDB) mengalami penurunan dari 21,08% pada 2014 menjadi 18,67% pada 2023. Kondisi ini kontras dengan Vietnam yang justru menunjukkan peningkatan kontribusi sektor manufakturnya dari 20,37% menjadi 23,88% di periode yang sama. Perbedaan ini menunjukkan adanya tantangan struktural yang perlu segera diatasi dalam pengembangan sektor manufaktur Indonesia.
Baca Juga: Penawaran Umum Saham IPO DGWG Dimulai 3 Januari 2025, Harganya di Rp 230 per Saham
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.
Sudah berlangganan? MasukBerlangganan
Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan
Kontan Digital Premium Access
Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari
Rp 120.000
Berlangganan dengan Google
Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.