Tren Coworking Space Memperburuk Prospek Penyewaan Perkantoran

Selasa, 11 Juni 2019 | 07:35 WIB
Tren Coworking Space Memperburuk Prospek Penyewaan Perkantoran
[]
Reporter: Amalia Fitri, Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para pengembang perkantoran masih harus menahan diri untuk mengerek tarif sewa. Pasalnya, pasar properti perkantoran belum stabil. Penyebabnya: ada kelebihan pasokan ruang perkantoran akibat banyaknya proyek gedung baru.

Di sisi lain, tak sedikit perusahaan terutama perusahaan rintisan alias start-up yang lebih memilih berkantor dengan memanfaatkan coworking space. Tak pelak,persaingan bisnis perkantoran, terutama di wilayah Jakarta, masih cukup ketat.

Berdasarkan hasil riset Savills Indonesia, sepanjang 2019 pasokan ruang perkantoran baru di kawasan pusat bisnis Jakarta akan berkembang mencapai 600.000 meter persegi (m²). Angka itu berkontribusi sekitar 45% dari perkiraan pasokan ruang perkantoran baru yang akan masuk hingga 2021 mendatang. Perkantoran grade A mendominasi pasokan hingga mencapai 47%. Posisi berikutnya adalah grade premium sebesar 41% dan grade B 12%.

Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI), Lukas Bong, memproyeksikan bisnis penyewaan properti perkantoran dan gudang masih lesu pasca Pemilu dan Lebaran 2019.

Maklumlah, hingga saat ini pelaku bisnis cenderung wait and see. Mereka menunda rencana ekspansi dan membuka kantor. Bahkan ada di antara konsumen yang tidak melanjutkan sewa dan membiarkan kosong hingga masa sewanya habis. "Bukan hanya itu, kantor besar juga mulai merampingkan ukuran kantornya," kata dia kepada KONTAN, Senin (10/6).

Lukas melihat saat ini permintaan sewa paling tinggi datang dari kawasan Sudirman, atau lebih tepatnya di kawasan bisnis terpadu (SCBD). "Harga sewanya di kisaran Rp 200.000 hingga Rp 500.000 per m² per bulan," sebut dia.

Andy Kesuma Natanael, pendiri Projek dan Proviz mengakui kondisi penyewaan properti perkantoran masih over supply. Salah satunya pemicunya adalah tren orang bekerja di coworking space. "Sekarang banyak pekerjaan yang tidak harus dilakukan di dalam kantor. Perusahaan besar juga sudah punya gedung sendiri. Hanya perusahaan yang butuh gengsi saja yang memerlukan perkantoran," tutur dia.

Di saat yang sama, Andy menambahkan, penyewa properti kantor harus berhadapan dengan kenaikan biaya sewa, biaya pelayanan, serta sinking fund atau simpanan jangka panjang untuk keperluan di masa mendatang.

Namun, PT Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI) tengah berancang-ancang mengerek tarif sewa. Jeffri Tanudjaja, Wakil Direktur Utama MKPI optimistis tren permintaan sewa properti perkantoran pasca pemilu dan Lebaran meningkat. "Ada kenaikan sedikit, tapi belum signifikan, misalnya dari existing tenants yang memperluas area sewanya dan beberapa enquiries," ujar dia kepada KONTAN, Senin (10/6).

Jeffry memproyeksikan ada peningkatan tarif sewa sekitar 5%–8%. MKPI mematok harga sewa sebesar Rp 180.000 hingga Rp 250.000 per m² per bulan. Harga tersebut di luar biaya layanan. Adapun penetapan harga sewa ditentukan beberapa faktor. "Berdasarkan lokasi, kondisi gedung yang bersangkutan dan fasilitas pendukung di gedung atau sekitar gedung," kata dia.

Hingga saat ini, Metropolitan Kentjana menyewakan tiga gedung perkantoran di Pondok Indah Town Center. Dari ketiga gedung itu, tingkat okupansi ruang perkantoran mencapai 90%.

Bagikan

Berita Terbaru

Pekerja dan Pengusaha Kritisi Ketentuan UMP
| Kamis, 18 Desember 2025 | 05:10 WIB

Pekerja dan Pengusaha Kritisi Ketentuan UMP

Pemerintah sudah menetapkan perhitungan upah minimum provinsi (UMP) 2026 dengan alfa di rentang 0,5-0,9.

Simak Prediksi IHSG dan Rekomendasi Saham Untuk Hari Ini (18/12)
| Kamis, 18 Desember 2025 | 04:45 WIB

Simak Prediksi IHSG dan Rekomendasi Saham Untuk Hari Ini (18/12)

IHSG mengakumulasi pelemahan 0,27% dalam sepekan terakhir. Sedangkan sejak awal tahun, IHSG menguat 22,56%.​

Rupiah Masih Tertekan, Bunga Acuan Ditahan
| Kamis, 18 Desember 2025 | 04:30 WIB

Rupiah Masih Tertekan, Bunga Acuan Ditahan

BI menilai keputusan ini sejalan dengan upaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah masih tingginya ketidakpastian global.

Perlukah Memprivatisasi Administrasi Perpajakan?
| Kamis, 18 Desember 2025 | 04:30 WIB

Perlukah Memprivatisasi Administrasi Perpajakan?

Penggunaan pihak swasta (pre-shipment inspection) tidak selamanya mengatasi korupsi kepabeanan dan praktik under invoicing.

Kinerja SIDO Masih Sehat Berkat Produk Herbal
| Kamis, 18 Desember 2025 | 04:15 WIB

Kinerja SIDO Masih Sehat Berkat Produk Herbal

Segmen obat herbal dan ekspansi SIDO ke pasar internasional akan menopang pertumbuhan dalam jangka panjang. 

Tahun Depan, ADHI Membidik Kontrak Baru Rp 23 Triliun
| Kamis, 18 Desember 2025 | 04:10 WIB

Tahun Depan, ADHI Membidik Kontrak Baru Rp 23 Triliun

Mayoritas kontribusi diharapkan berasal dari segmen engineering and construction sebagai kompetensi inti perseroan.

Jurus Kalbe Farma (KLBF) Kejar Cuan, Genjot Radiofarmaka hingga Pabrik Alkes
| Rabu, 17 Desember 2025 | 08:25 WIB

Jurus Kalbe Farma (KLBF) Kejar Cuan, Genjot Radiofarmaka hingga Pabrik Alkes

KLBF jaga dividen 50‑60% sambil menyiapkan produksi X‑Ray, dialyzer, dan kolaborasi CT Scan dengan GE.

Analisis Saham PPRE, Potensi Tekanan Jangka Pendek dan Prospek Fundamental
| Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00 WIB

Analisis Saham PPRE, Potensi Tekanan Jangka Pendek dan Prospek Fundamental

Tekanan yang dialami saham PT PP Presisi Tbk (PPRE) berpotensi berlanjut namun dinilai belum membalikkan tren.

Perlu Segmentasi Pasar Kedelai Lokal dan Impor
| Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00 WIB

Perlu Segmentasi Pasar Kedelai Lokal dan Impor

Segmentasi penggunaan kedelai lokal dan impor menjadi strategi kunci untuk menjaga keberlanjutan industri sekaligus menekan risiko inflasi pangan.

Incar Dana Rp 198 Miliar, Cahayasakti Investindo (CSIS) Gelar Rights Issue
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:46 WIB

Incar Dana Rp 198 Miliar, Cahayasakti Investindo (CSIS) Gelar Rights Issue

PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS) akan menerbitkan saham baru maksimal 522.800.000 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

INDEKS BERITA