Untuk Pertama Kali, Exxon Mengakui Aset Migas Miliknya Terancam Perubahan Iklim

Kamis, 04 November 2021 | 14:17 WIB
Untuk Pertama Kali, Exxon Mengakui Aset Migas Miliknya Terancam Perubahan Iklim
[ILUSTRASI. FILE PHOTO: Logo Exxon Mobil Corp dalam ajang Rio Oil and Gas Expo and Conference di Rio de Janeiro, Brazil, 24 September 2018. REUTERS/Sergio Moraes/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID -HOUSTON. Exxon Mobil Corp, Rabu (3/11), menyatakan bahwa beberapa properti minyak dan gas miliknya kemungkinan menghadapi penurunan nilai akibat perubahan iklim. Ini pertama kali Exxon mengumumkan Pernyataan yang disampaikan melalui keterbukaan informasi ke bursa itu merupakan kali pertama Exxon menyinggung tentang ancaman perubahan iklim ke usahanya.

Dewan perusahaan minyak terbesar di Amerika Serikat (AS) itu berniat menguji dampak gangguan iklim terhadap aset dalam konteks risiko perusahaan secara keseluruhan, selama tinjauan aset tahunan oleh dewan direksi. "Aset tertentu bisa berisiko mengalami penurunan nilai," demikian pernyatana Exxon.

Exxxon merombak susunan dewan yang beranggotakan 12-orang pada Mei lalu, dengan menempatkan tiga wajah baru. Perubahan itu dimotori oleh salah satu pemegang sahamnya, yaitu Engine No 1. Hedge fund itu berhasil meyakinkan cukup banyak pemegang saham Exxon bahwa pembentukan dewan baru dapat meningkatkan kinerja dan memikirkan kembali strategi transisi energi.

Baca Juga: Begini komitmen pemerintah untuk mengatasi deforestasi

Perusahaan selama bertahun-tahun telah mengakui risiko terhadap pengembalian investasi, permintaan, dan biaya yang terkait dengan perubahan iklim. Exxon juga memenangkan pertarungan di meja hijau, melawan Jaksa Agung negara bagian New York yang menuduh Exxon gagal mempertimbangkan potensi penurunan risiko terkait iklim, kata seorang juru bicara.

Direksi akan menganalisis faktor-faktor termasuk pasokan energi masa depan, peraturan, kebijakan pemerintah dan pembatasan gas rumah kaca, kata perusahaan dalam pengajuan peraturan.

Sampai penilaian pemulihan aset selesai seluruhnya, Exxon menyatakan tidak praktis untuk memperkirakan secara wajar keberadaan atau kisaran potensi penurunan nilai di masa depan.

Perusahaan "memandang risiko perubahan iklim sebagai masalah global yang membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan swasta, konsumen, dan pemangku kepentingan lainnya untuk menciptakan solusi yang berarti," kata dokumen yang diajukan ke bursa itu.

"Ini adalah perubahan yang disambut baik bahwa dewan baru ExxonMobil memaksa perusahaan untuk menghadapi kenyataan bahwa krisis iklim yang disebabkannya dan transisi ke ekonomi energi bersih akan memiliki dampak keuangan yang besar terhadap aset dan labanya," ujar Ben Cushing, manajer kampanye untuk organisasi lingkungan hidup Sierra Club's Fossil-Free Finance.

Exxon pada hari Jumat berjanji meningkatkan pengeluaran menjadi US$ 15 miliar sejak 2022 hingga 2027 pada langkah-langkah untuk mengurangi emisi karbonnya. Pengeluaran yang disiapkan Exxon itu merupakan yang terbesar di antara perusahaan-perusahaan raksasa di AS.

Baca Juga: Dorong EBT, Kementerian ESDM rencanakan pengembangan super grid

Kebijakan ini dinilai sebagai perubahan strategi Exxon di bawah dewan baru dalam mengantisipasi perubahan iklim.

Strategi Exxon dan perusahaan minyak utama AS lainnya dalam menghadapi perubahan iklim adalah mengandalkan teknologi dekarbonisasi baru yang masih membutuhkan waktu tahunan untuk masuk ke tahap komersial. Teknologi itu seperti penangkapan karbon dan hidrogen.

Para eksekutif puncak produsen minyak di AS menghadapi pertanyaan bertubi-tubi dari para anggota Kongres, bulan lalu, sehubungan dengan strategi komunikasi mereka tentang pemanasan global. Mereka juga ditanyai karena memfokuskan bisnis mereka pada produksi minyak dan gas, sementara produsen Eropa mulai beralih dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin.

Keputusan perusahaan migas top AS untuk tidak berinvestasi dalam proyek tenaga surya dan angin, mendapat dukungan para investor.

Selanjutnya: Ekonomi Kuartal III Bergerak di Kisaran 3%

 

Bagikan

Berita Terbaru

Prospek Sawit 2026: Harga di Level Tinggi, Permintaan Naik, Regulasi Kompleks
| Senin, 29 Desember 2025 | 13:14 WIB

Prospek Sawit 2026: Harga di Level Tinggi, Permintaan Naik, Regulasi Kompleks

Prospek minyak sawit 2026 tetap atraktif dengan harga US$1.050-1.150/ton didukung biodiesel B50 & permintaan global, meski regulasi kompleks.

Saham Happy Hapsoro: Potensi vs Risiko 2026
| Senin, 29 Desember 2025 | 10:19 WIB

Saham Happy Hapsoro: Potensi vs Risiko 2026

Saham grup Happy Hapsoro reli agresif 2025 didorong politik & korporasi. Prospek 2026 atraktif tapi rawan koreksi spekulasi.

Tekanan Pada Kredit UMKM Membuat Risiko Kenaikan NPL Makin Tinggi
| Senin, 29 Desember 2025 | 09:30 WIB

Tekanan Pada Kredit UMKM Membuat Risiko Kenaikan NPL Makin Tinggi

Nilai outstanding kredit UMKM perbankan masih terus menurun, sementara tingkat kredit bermasalah juga masih naik

Harga Emas Berkilau, Saham Emiten Memukau
| Senin, 29 Desember 2025 | 09:16 WIB

Harga Emas Berkilau, Saham Emiten Memukau

Permintaan aset safe have terus mendaki di sepanjang tahun 2025. Dalam sebulan terakhir, mayoritas harga saham emiten emas melonjak tinggi.

Indomobil Multi Jasa (IMJS) Suntik Modal Anak Usaha Rp 499,28 Miliar
| Senin, 29 Desember 2025 | 09:09 WIB

Indomobil Multi Jasa (IMJS) Suntik Modal Anak Usaha Rp 499,28 Miliar

Penyetoran modal ini berasal dari hasil Penawaran Umum Terbatas IV dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PUT IV HMETD).​

Incar Pertumbuhan Kinerja, Fast Food Indonesia (FAST) Geber Ekspansi
| Senin, 29 Desember 2025 | 09:05 WIB

Incar Pertumbuhan Kinerja, Fast Food Indonesia (FAST) Geber Ekspansi

 Pada tahun 2030, emiten pengelola jaringan restoran KFC Indonesia itu menargetkan bisa memiliki 1.000 gerai. ​

Laju Konsumsi Tahun 2026 Diproyeksi Pulih, Prospek Emiten Semakin Berseri
| Senin, 29 Desember 2025 | 08:57 WIB

Laju Konsumsi Tahun 2026 Diproyeksi Pulih, Prospek Emiten Semakin Berseri

Konsumsi domestik Indonesia berpeluang pulih bertahap pada tahun depan, setelah sempat melemah dalam beberapa kuartal terakhir. 

Multifinance Redam Risiko Lonjakan NPF
| Senin, 29 Desember 2025 | 07:20 WIB

Multifinance Redam Risiko Lonjakan NPF

Industri pembiayaan mengantisipasi tradisi kenaikan kredit macet yang biasanya terjadi pada momen liburan akhir tahun.

Trafik Jalan Tol Regional Jasa Marga Menanjak
| Senin, 29 Desember 2025 | 07:16 WIB

Trafik Jalan Tol Regional Jasa Marga Menanjak

Volume lalu lintas tercatat mencapai 2.033.534 kendaraan, tumbuh 7,42% dibandingkan kondisi normal yang berada pada angka 1.893.017 kendaraan.

Beragam Instansi Menyokong Kopdes Merah Putih
| Senin, 29 Desember 2025 | 07:13 WIB

Beragam Instansi Menyokong Kopdes Merah Putih

Melalui konsolidasi kebijakan, data dan program lintas kementerian, Kemenkop berharap koperasi kembali menjadi pilar utama ekonomi kerakyatan

INDEKS BERITA

Terpopuler