Untuk Tingkatkan Produksi, Sinopec Boros Berinvestasi di Sektor Hulu pada Tahun Ini

Senin, 28 Maret 2022 | 15:56 WIB
Untuk Tingkatkan Produksi, Sinopec Boros Berinvestasi di Sektor Hulu pada Tahun Ini
[ILUSTRASI. FILE PHOTO: Pekerja memeriksa fasilitas gas alam Sinopec di blok Dongsheng, Erdos, Mongolia Dalam, China. 15 Oktober 2018. REUTERS/Stringer/File Photo.]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Setelah mencatat laba terbesar dalam satu dekade terakhir, China Petroleum & Chemical Corp mengalokasikan belanja modal hingga 198 miliar yuan, atau setara Rp 446,3 triliun di tahun ini. Rekor investasi modal perusahaan yang populer disebut Sinopec itu sejalan dengan seruan Beijing agar perusahaan energi di negerinya meningkatkan produksi.

Nilai capital expenditure (capex) Sinopec di tahun ini naik 18% dibandingkan tahun lalu. Anggaran tahun ini mengalahkan rekor sebelumnya, yaitu 181,7 miliar yuan (Rp 409,5 triliun) yang ditetapkan pada 2013, demikian pernyataan perusahaan ke Shanghai Stocks Exchange, awal pekan ini. 

Perusahaan itu berencana menginvestasikan 81,5 miliar yuan (Rp 183,7 triliun) dalam kegiatan eksploitasi di sektor hulu. Anggaran itu mencakup pengeluaran untuk pembangunan pangkalan minyak mentah di ladang Shunbei dan Tahe, serta ladang gas alam di provinsi Sichuan dan wilayah Mongolia Dalam.

Baca Juga: Terdampak Sanksi Ekonomi Barat, Rusia Terancam Hadapi Default

“Pada tahun 2022 dan selanjutnya, permintaan pasar untuk minyak sulingan akan terus pulih, dan permintaan produk gas alam dan petrokimia akan terus tumbuh,” kata Sinopec dalam pernyataannya.

Sinopec juga memperingatkan tantangan geopolitik serta dampaknya terhadap gejolak harga minyak akibat investasi dan operasi di bisnis luar negeri. Tetapi perusahaan tidak menyebutkan proyek tertentu.

Reuters memberitakan Sinopec Group telah menangguhkan pembicaraan untuk investasi di fasilitas petrokimia raksasa serta usaha pemasaran gas di Rusia. Penundaan itu sejalan dengan permintaan Beijing agar perusahaan di negerinya berhati-hati di masa Barat menghujani Rusia dengan sanksi ekonomi, akibat aksinya menginvasi Ukraina.

Kontrak berjangka harga minyak Brent naik 52% sepanjang tahun ini dan mencapai titik tertingginya, US$ 139 per barel pada awal Maret. Penguatan itu dipicu oleh kekhawatiran gangguan pasokan setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Sinopec mencatat laba terbesarnya dalam satu dekade pada tahun 2021 didukung oleh pulihnya permintaan energi dan kenaikan harga minyak di era pasca-COVID, dengan pendapatan bersih mencapai 71,21 miliar yuan.

Ia berencana memproduksi 281,2 juta barel minyak mentah dan 12.567 miliar kaki kubik gas alam pada 2022, naik dari produksinya 279,76 juta barel dan 1.199 miliar kaki kubik pada 2021.

Baca Juga: Taiwan: Perang Rusia dan Ukraina Bisa Jadi Peluang China untuk Tingkatkan Peran Yuan

Beijing berusaha memastikan keamanan energi di negara itu di tengah meningkatnya risiko geopolitik. Ia ingin mempertahankan produksi minyak mentah tahunan pada 200 juta ton dan meningkatkan produksi gas alam menjadi lebih dari 230 miliar meter kubik (bcm) pada tahun 2025 dari 205 bcm pada tahun 2021.

Produksi minyak mentah dan produk minyak sulingan Sinopec pada tahun ini diperkirakan tidak akan bergerak dari angka di tahun lalu, masing-masing sebesar 258 juta ton dan 147 juta ton.

Tetapi permintaan bensin dan solar menurun di China karena lebih gelombang kasus baru harian infeksi Covid memicu otoritas lokal untuk memberlakukan pembatasan perjalanan yang ketat. Sementara pabrikan masih belum beroperasi akibat rantai pasokan yang tersendat.

Bagikan

Berita Terbaru

 Legalisasi Tambang Ilegal Berisiko Melawan Hukum
| Kamis, 18 Desember 2025 | 06:53 WIB

Legalisasi Tambang Ilegal Berisiko Melawan Hukum

Rencana kemitraan pertambangan tanpa izin atau ilegal mencederai rasa keadilan bagi pebisnis taat aturan

Rupiah Terus Melemah, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini, Kamis (18/12)
| Kamis, 18 Desember 2025 | 06:52 WIB

Rupiah Terus Melemah, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini, Kamis (18/12)

Tekanan IHSG karena sejumlah faktor. Seperti BI yang menahan suku bunga acuan, pelemahan rupiah serta aksi jual bersih investor asing

Potensi Konsolidasi Bank Syariah Terbuka Lebar
| Kamis, 18 Desember 2025 | 06:25 WIB

Potensi Konsolidasi Bank Syariah Terbuka Lebar

Potensi konsolidasi yang melibatkan perbankan syariah ke depan terbuka lebar. Pasalnya, sebagian besar BUS saat ini memiliki modal kecil. ​

Perbankan Akan Tetap Royal Membagi Dividen
| Kamis, 18 Desember 2025 | 06:20 WIB

Perbankan Akan Tetap Royal Membagi Dividen

Kendati kinerja keuangan bank beraset besar kurang menggembirakan tahun ini, namun mereka diproyeksi tetap royal membagikan dividen. ​

Insentif Likuiditas Ditambah ke Perbankan Biar Bunga Kredit Bisa Turun
| Kamis, 18 Desember 2025 | 06:10 WIB

Insentif Likuiditas Ditambah ke Perbankan Biar Bunga Kredit Bisa Turun

Bank Indonesia telah melakukan berbagai jurus untuk mempercepat penurunan suku bunga kredit di perbankan.

Tantangan 2026
| Kamis, 18 Desember 2025 | 06:10 WIB

Tantangan 2026

Tahun 2026 adalah tahun pertaruhan tinggi, di mana setiap salah langkah kebijakan dapat berdampak panjang bagi trajektori menuju 2045.

Papua Masih Defisit Pasokan Beras Lokal
| Kamis, 18 Desember 2025 | 06:00 WIB

Papua Masih Defisit Pasokan Beras Lokal

Kementerian Pertanian berambisi menjadikan Papua bisa swasembada pangan beras seperti daerah lainnya. 

Kalbe Farma Terus Meracik Ekspansi Bisnis
| Kamis, 18 Desember 2025 | 05:40 WIB

Kalbe Farma Terus Meracik Ekspansi Bisnis

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) meluncurkan fasilitas produksi radioisotop dan radiofarmaka untuk deteksi kanker senilai Rp 200 miliar.

Danantara Mulai Garap Proyek Hilirisasi Awal 2026
| Kamis, 18 Desember 2025 | 05:30 WIB

Danantara Mulai Garap Proyek Hilirisasi Awal 2026

Untuk tahap awal, Danantara bakal menjalankan sebanyak 5 sampai 6 proyek hilirisasi mulai awal tahun depan.

OASA Bidik Dua Proyek Sampah Danantara
| Kamis, 18 Desember 2025 | 05:30 WIB

OASA Bidik Dua Proyek Sampah Danantara

OASA siap berpartisipasi dalam tender proyek waste to energy (WTE)  Danantara di wilayah Bogor Raya dan Denpasar Raya.

INDEKS BERITA

Terpopuler