Upaya Awal Atasi Krisis Energi, Sri Lanka Beli Minyak dari Rusia

Minggu, 29 Mei 2022 | 10:01 WIB
Upaya Awal Atasi Krisis Energi, Sri Lanka Beli Minyak dari Rusia
[ILUSTRASI. Seorang pria mengantre di dalam kendaraan roda tiga untuk membeli bensin dari sebuah SPBU, di tengah krisis ekonomi, di Kolombo, Sri Lanka, Senin (23/5/2022). REUTERS/Dinuka Liyanawatte]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - KOLOMBO. Sri Lanka akan membayar US$ 72,6 juta untuk membeli 90.000 ton minyak Rusia yang telah berada di pelabuhan Kolombo selama berminggu-minggu, demikian pernyataan menteri energi negeri tersebut pada Sabtu. Pembelian ini merupakan awal dari upaya negara kepulauan itu mengoperasikan kembali satu-satunya kilang yang dimiliki, sekaligus bangkit dari krisis energi.

Sri Lanka harus berjuang keras untuk melakukan impor bahan bakar, makanan dan obat-obatan karena cadangan devisa yang sangat terbatas. Krisis keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya juga memaksa negara tersebut untuk mengalami gagal bayar pada beberapa utang luar negeri.

Seperti negara-negara Asia lainnya, Sri Lanka ingin beralih ke tender minyak mentah jangka panjang untuk melakukan lindung nilai terhadap harga spot minyak mentah yang tinggi. Namun cadangan devisa yang sangat minim menghambat ambisi Sri Lanka, menteri tenaga listrik mengatakan pada hari Sabtu.

Baca Juga: SEC Mempersoalkan Cara Musk Mengungkap Kepemilikan Saham Twitter

"Saya telah menjangkau beberapa negara, termasuk Rusia, untuk dukungan impor minyak mentah dan produk minyak lainnya," kata Menteri Tenaga dan Energi Kanchana Wijesekera kepada wartawan.

Minyak sebanyak 90.000 ton itu dipesan melalui Coral Energy yang berbasis di Dubai, kata Wijesekera. Ia menambahkan bahwa pembayaran itu akan memfasilitasi dimulainya kembali satu-satunya kilang di negara itu, yang telah ditutup sejak 25 Maret.

"Pengiriman berikutnya juga akan dipesan dari perusahaan yang sama. Dalam dua minggu ke depan dibutuhkan konsinyasi lagi agar kilang tetap berjalan," kata Wijesekera.

Antrean kendaraan roda dua dan mobil di luar SPBU, yang terkadang panjangnya bermil-mil, telah menjadi pemandangan yang tidak asing lagi bagi warga Sri Lanka tahun ini. Lonjakan harga minyak di pasar global semakin memperburuk kesengsaraan warga negeri itu.

Baca Juga: Menkeu Rusia Mengakui Negerinya Butuh Dana Besar untuk Operasi Militer di Ukraina

Wijesekera memperkirakan bahwa Sri Lanka akan membutuhkan devisa senilai US$ 568 juta untuk melunasi selusin pengiriman bahan bakar yang dibutuhkan pada bulan Juni.

Negara ini sedang berjuang untuk membayar US$ 31 juta untuk pengiriman minyak tungku yang berlabuh di pelabuhan Kolombo. Ceylon Petroleum Corporation (CPC) yang dikelola negara membutuhkan US$ 735 juta untuk melunasi letter of credit untuk pembelian minyak sebelumnya.

Total cadangan devisa Sri Lanka per akhir April adalah US$ 1,82 miliar.

Protes telah mengguncang Sri Lanka dalam beberapa hari terakhir, dengan demonstran menuntut pengunduran diri Presiden Gotabaya Rajapaksa karena krisis keuangan. 

Bagikan

Berita Terbaru

Restrukturisasi Garuda Indonesia Masuk Babak Baru, Simak Prospek GIAA Menuju 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 11:15 WIB

Restrukturisasi Garuda Indonesia Masuk Babak Baru, Simak Prospek GIAA Menuju 2026

Restrukturisasi finansial saja tidak cukup untuk mengembalikan kepercayaan pasar secara total terhadap GIAA.​

Agar Kinerja Lebih Seksi, TBS Energi Utama (TOBA) Menggelar Aksi Pembelian Kembali
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:27 WIB

Agar Kinerja Lebih Seksi, TBS Energi Utama (TOBA) Menggelar Aksi Pembelian Kembali

Perkiraan dana pembelian kembali menggunakan harga saham perusahaan pada penutupan perdagangan 23 Desember 2025, yaitu Rp 710 per saham.

Provident Investasi Bersama (PALM) Tetap Fokus di Tiga Sektor Investasi di 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:12 WIB

Provident Investasi Bersama (PALM) Tetap Fokus di Tiga Sektor Investasi di 2026

Tahun depan, PALM siap berinvetasi di sektor-sektor baru. Kami juga terbuka terhadap peluang investasi pada perusahaan tertutup.

Melalui Anak Usaha, Emiten Happy Hapsoro Ini Mencaplok Saham Kontraktor Hulu Migas
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:03 WIB

Melalui Anak Usaha, Emiten Happy Hapsoro Ini Mencaplok Saham Kontraktor Hulu Migas

HCM,  kontraktor kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi pada Wilayah Kerja Selat Madura berdasarkan production sharing contract dengan SKK Migas.

Okupansi Hotel Fluktuatif, DFAM Tancap Gas Garap Bisnis Katering
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:00 WIB

Okupansi Hotel Fluktuatif, DFAM Tancap Gas Garap Bisnis Katering

Penyesuaian pola belanja pemerintah pasca-efisiensi di tahun 2025 bisa membuat bisnis hotel lebih stabil.

Menjadi Adaptif Melalui Reksadana Campuran
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:20 WIB

Menjadi Adaptif Melalui Reksadana Campuran

Diversifikasi reksadana campuran memungkinkan investor menikmati pertumbuhan saham sekaligus stabilitas dari obligasi dan pasar uang 

Defensif Fondasi Keuangan, Agresif dalam Berinvestasi
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:15 WIB

Defensif Fondasi Keuangan, Agresif dalam Berinvestasi

Ekonomi dan konsumsi masyarakat berpotensi menguat di 2026. Simak strategi yang bisa Anda lakukan supaya keuangan tetap aman.

Cari Dana Modal Kerja dan Refinancing, Emiten Ramai-Ramai Rilis Surat Utang
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:02 WIB

Cari Dana Modal Kerja dan Refinancing, Emiten Ramai-Ramai Rilis Surat Utang

Ramainya rencana penerbitan obligasi yang berlangsung pada awal  tahun 2026 dipengaruhi kebutuhan refinancing dan pendanaan ekspansi.

Catat Perbaikan Kinerja di Kuartal III-2025, PANR Optimis Menatap Bisnis di 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:00 WIB

Catat Perbaikan Kinerja di Kuartal III-2025, PANR Optimis Menatap Bisnis di 2026

Faktor cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah memaksa wisatawan domestik memilih destinasi yang dekat.​

Bidik Peluang Aset Produktif, Agresif Terukur Meracik Portofolio 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 07:20 WIB

Bidik Peluang Aset Produktif, Agresif Terukur Meracik Portofolio 2026

Prospek investasi 2026 digadang lebih menjanjikan, meski risiko ketidakpastian belum sirna. Simak saran racikan portofolio 2026!

INDEKS BERITA

Terpopuler