KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski membukukan pertumbuhan penjualan, laba bersih PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) tergerus karena adanya biaya bunga kredit investasi pabrik Baturaja II. Pada kuartal pertama tahun ini, laba bersih Semen Baturaja sebesar Rp 4,13 miliar, merosot 67,40% dibandingkan laba bersih di periode yang sama tahun lalu Rp 12,67 miliar.
Sejatinya, penurunan bottom line di awal tahun ini merupakan kelanjutan dari pencapaian kinerja di akhir tahun lalu. Sepanjang 2018, emiten ini meraih laba bersih sebesar Rp 76,07 miliar. Jumlah itu menyusut 48,12% dibandingkan laba bersih 2017 sebesar Rp 146,64 miliar. Laba bersih 2017 juga turun 43,40% dibandingkan laba bersih 2016 sebesar Rp 259,09 miliar.
Meski laba menyusut, Direktur Utama PT Semen Batraja Tbk, Jobi Triananda Hasjim, menyebutkan volume penjualan SMBR selama tahun lalu justru tumbuh 24%, di tengah kondisi oversupply dan permintaan nasional yang rendah, yakni sebesar 5,2%.
Memang, dengan meningkatnya volume penjualan, maka pendapatan SMBR tumbuh 29% menjadi Rp 1,99 triliun dari pendapatan tahun 2017 senilai Rp 1,55 triliun. Begitu pula dengan laba kotor yang naik 49,4% year on year (yoy) menjadi Rp 706,644 miliar. "Laba sebelum pajak dan laba berjalan tahun 2018 tergerus karena adanya biaya bunga kredit investasi pabrik Baturaja II dan bunga pinjaman MTN," ungkap dia, Kamis (16/5).
Meski demikian, Semen Baturaja bisa meningkatkan market share sebesar 4% di sepanjang tahun lalu, terutama di wilayah yang didominasi, yakni Lampung dan Sumatra Selatan.
Menurut Jobi, total pertumbuhan permintaan semen di wilayah Sumatra Selatan naik 9,4% pada 2018. "Pertumbuhan didominasi semen curah dengan peningkatan 10,7% yang didukung pembangunan infrastruktur terutama proyek jalan tol," tutur dia.
SMBR juga mengklaim, penjualan di Jambi meningkat 47%, sehingga mereka memutuskan melanjutkan ekspansi ke Bangka Belitung. "Di Bangka, kami sudah bergerak sejak November 2017. Nah tahun 2018, market share kami sudah mencapai 5%. Tentu ini kabar baik," kata Jobi.
SMBR berusaha menjaga pertumbuhan volume penjualan di atas 20%. Pada tahun ini, mereka membidik 2,75 juta ton, atau tumbuh 26% yoy.