Berita Opini

Wake Up Call: Meski PER Saham Murah, Tak Lantas Imbal Hasilnya Meriah

Oleh Parto Kawito - Direktur PT Infovesta Utama
Senin, 21 Maret 2022 | 06:00 WIB
Wake Up Call: Meski PER Saham Murah, Tak Lantas Imbal Hasilnya Meriah

Reporter: Harian Kontan | Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun ini boleh dibilang cukup menggembirakan, dibanding indeks regional. Bandingkan saja kinerja IHSG tahun ini yang sudah naik 6,24% sejak awal tahun hingga 16 Maret 2022 atau year to date (YTD). Sedangkan indeks Hang Seng Index merosot 13,09%, SSEC Index di Shanghai turun 12,39% dan Dow Jones Industrial Average turun 6,41%.

Kenaikan IHSG disambut antusias investor domestik, yang dengan aktif melakukan transaksi. Pun demikian dengan investor asing yang membukukan transaksi pembelian bersih (net buy) Rp 24,21 triliun di pasar regular dan negosiasi. Namun kenaikan tentu berkelindan dengan valuasi yang semakin tinggi, walaupun tentu masih banyak saham yang harganya relatif tertinggal.

Salah satu strategi memilih saham murah yang sangat terkenal dan mudah digunakan adalah memakai saringan price earning ratio (PER) dan/atau price book value (PBV). Kali ini penulis ingin mengetahui apakah ada korelasi atau hubungan antara saham PER dan PBV rendah dengan return? Gamblangnya apakah bila kita memilih saham dengan PER rendah, ada hubungannya dengan perolehan return yang besar setelah memegang saham tersebut selama beberapa saat?

Demikian juga dengan PBV, apakah bila kita memilih saham dengan PBV rendah berkorelasi dengan return jumbo di masa datang? Perhatikan bahwa korelasi ini bukan menjelaskan hubungan sebab-akibat seperti misalnya karena PER rendah maka menyebabkan return tinggi atau sebaliknya. Jadi bisa saja angka korelasinya tinggi tapi hubungannya tidak ada. Contoh, ada korelasi tinggi antara kemenangan tim sepakbola Indonesia dengan kenaikan IHSG.

Baca Juga: Jual Beli Emas Berujung Bilyet Giro Bodong, Kerugian Tembus Rp 1 Triliun

Saham-saham yang diselidiki diambil dari Investment Universe yang ada di indeks Kompas100. Sedangkan periode investasinya enam bulan, sesuai dengan waktu rebalancing mayor indeks Kompas100, yang ditetapkan setiap hari bursa pertama Februari dan Agustus.

Data pengamatan mulai dari 1 Februari 2017 hingga 2 Februari 2022, saat terakhir rebalancing indeks Kompas100. Jadi seandainya pada 1 Februari 2017 investor membeli semua saham Kompas100 dan memegangnya hingga 6 bulan mendatang, yaitu hingga 1 Agustus 2017, apakah saham-saham dengan PER rendah mencetak return rendah atau tinggi?

Bila saham PER rendah menghasilkan return rendah, maka angka korelasi akan positif, artinya pergerakan PER dengan return adalah searah. Sedangkan bila PER atau PBV rendah menghasilkan return tinggi, maka angka korelasinya negatif atau bergerak berlawanan arah.

Angka korelasi sendiri akan berkisar antara -1 hingga +1. Pengertiannya, -1 berarti pergerakan dua variabel selalu berlawanan arah dan +1 berarti pergerakan dua variabel selalu searah. Di dunia nyata, korelasi -1 dan +1 tidak ada. Yang ada adalah antara -1 hingga +1.

Perlu diketahui juga bahwa perhitungan return tidak menyertakan dividen dan tidak menghitung biaya transaksi perantara pedagang Efek.

Setelah mengumpulkan data dan menghitung korelasi antara PER dengan return 6 bulan mendatang serta PBV dengan return 6 bulan mendatang, didapat hasil seperti tampak di tabel di bawah ini.

Korelasi Return Saham dengan PER dan PBV

Periode

Korelasi Return

PER

                            PBV

01 Feb '17-01 Agu '17

-0,047

0,047

01 Agu '17-01 Feb '18

0,086

-0,006

01 Feb '18-01 Agu '18

0,055

0,040

01 Agu '18-01 Feb '19

-0,014

-0,126

01 Feb '19-01 Agu '19

0,094

-0,113

01 Agu '19-03 Feb '20

-0,116

0,085

03 Feb '20-03 Agu '20

0,042

0,125

03 Agu '20-01 Feb '21

-0,060

-0,207

01 Feb '21-02 Agu '21

-0,074

0,152

02 Agu '21-02 Feb '22

-0,004

0,372

Baca Juga: Mencermati IPO Sigma Energy Compressindo (SICO), Ukuran Mini tapi Rajin Meraup Laba

Ternyata korelasi PER dengan return sangatlah kecil, mendekati nol alias tidak ada korelasi. Juga hanya 6 dari 10 data yang korelasinya negatif, itupun angkanya mendekati nol. Artinya PER rendah tidak berkorelasi dengan return selama enam bulan ke depan.

Adapun PBV angkanya sedikit lebih besar, terutama 1 tahun terakhir. Dengan tanda positif, artinya PBV besar berkorelasi dengan return yang besar juga.

Kenapa hasil ini berlawanan dengan premis yang mengatakan lakukanlah investasi di saham-saham yang memiliki PER dan PBV rendah? Asumsinya, saham-saham tersebut memiliki harga yang relatif murah, sehingga berpotensi menghasilkan return yang relatif besar di masa datang.

Ada beberapa kemungkinan. Pertama, PER dan PBV yang digunakan bersifat lagging. Artinya, earning per share (EPS) dan nilai buku yang digunakan bukan proyeksi tahun depan, tetapi berdasar laporan keuangan terakhir. Kedua, periode investasi termasuk jangka pendek, hanya enam bulan. Ketiga, data pengamatan yang kurang banyak.

Mungkin penelitian kecil-kecilan ini bisa dilanjutkan dengan menggunakan periode investasi yang diubah-ubah, atau menggunakan PER dan PBV leading, sehingga mendapatkan pengertian yang komprehensif. Namun bukan berarti dengan hasil yang terlihat saat ini investor tidak perlu lagi menggunakan strategi pemilihan saham berdasar PER dan PBV murah.

Sebab sepanjang pengamatan selama enam bulan harga saham berfluktuasi. Bisa saja sebelum enam bulan atau mungkin setelahnya saham bisa menghasilkan keuntungan lumayan.

Paling tidak kita juga disadarkan bahwa saham dengan PER tinggi sebenarnya implisit menunjukkan kepercayaan investor bahwa perusahaan tersebut akan bertumbuh di masa datang, sehingga dengan earning per share (EPS) tumbuh tinggi, maka jika dihitung nilai PER leading akan rendah. Demikian juga dengan PBV. 

Terbaru