Wake Up Call: Saham-Saham Langganan Window Dressing

Selasa, 30 November 2021 | 09:42 WIB
Wake Up Call: Saham-Saham Langganan Window Dressing
[ILUSTRASI. Parto Kawito - Direktur PT Infovesta Utama]
Reporter: Harian Kontan | Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - Menjelang akhir tahun 2021, banyak investor berharap mendapat kado dari pasar saham berupa window dressing. Ini adalah fenomena kenaikan harga saham sepanjang Desember yang sudah terjadi selama 20 tahun terakhir. Sejak tahun 2001 hingga tahun 2020, IHSG selalu positif di sepanjang bulan Desember, dengan kisaran 0,42% (tahun 2013) hingga 12,12% (tahun 2003). Rata-rata return Desember selama periode 2001-2020 adalah 4,54% month on month (mom).

Dengan membaiknya penanganan Covid-19 dan angka-angka makroekonomi mendukung pemulihan, kita bisa memprediksikan kemungkinan berulangnya window dressing tahun ini. Pertanyaan selanjutnya, apakah ada saham-saham yang jadi langganan window dressing?

Penulis mencoba untuk mengamati saham-saham yang menjadi konsituen Indeks KOMPAS 100 karena indeks ini berisi saham kapitalisasi besar hingga menengah. Yang mana, beberapa tahun terakhir, harga saham-saham menengah-kecil mulai likuid dan naik didorong oleh transaksi investor lokal.

Fenomena window dressing juga terjadi di indeks KOMPAS 100 dengan probabilitas kenaikan sebesar 100% sepanjang Desember untuk periode sejak diluncurkannya indeks ini di tahun 2007, hingga tahun 2020. Rata-rata return Desember sebesar 4,01% mom dengan kisaran return 0,32%-10,59%.

Baca Juga: Atur Strategi Agar Tetap Kuat Menghadapi Serangan Omicron

Periode pengamatan untuk mencari saham langganan window dressing dibatasi 10 tahun terakhir karena keterbatasan tenggat waktu penulisan.

Mengingat saham-saham penghuni indeks KOMPAS 100 bisa berubah saat rebalancing, maka patokan yang digunakan adalah saham-saham penghuni indeks KOMPAS 100 saat ini yang bertahan di indeks ini dalam periode 10 tahun terakhir.

Hasilnya, ada 75 saham yang berada di indeks KOMPAS 100 selama 10 tahun pengamatan.

Dari 75 saham konsisten menghuni indeks KOMPAS 100, dihitung satu persatu probabilitas return Desember-nya nol atau positif. Kemudian, dihitung rata-rata return bulan Desember selama 10 tahun serta rata-rata return bulan Desember yang positif saja.

Tak lupa dicatat, return terendah di bulan Desember untuk mengetahui seberapa besar risiko terjelek investasi di saham tersebut. Hasilnya sebagian terangkum di tabel, berisikan saham-saham dengan probabilitas positifnya 70%.

Saham Probabilitas Return Positif Average Return Positif Return Terendah Desember
RAJA 80% 20,26% -16,49%
KAEF 80% 13,80% -27,95%
SCMA 80% 11,95% -7,89%
SMGR 80% 8,32% -4,37%
UNTR 80% 7,21% -5,32%
PGAS 80% 6,49% -7,73%
ASII 80% 6,40% -3,80%
BBNI 80% 5,55% -3,66%
BBRI 80% 4,88% -2,80%
BBCA 80% 4,75% -0,52%
ISAT 70% 23,65% -15,11%
BJBR 70% 21,99% -24,52%
PTPP 70% 19,35% -10,35%
ADHI 70% 16,10% -5,63%
TPIA 70% 13,18% -2,42%
MNCN 70% 11,51% -12,66%
INCO 70% 10,30% -16,57%
LSIP 70% 9,16% -5,26%
INTP 70% 8,87% -3,60%
PTBA 70% 7,66% -19,20%
JSMR 70% 7,42% -7,35%
BSDE 70% 6,96% -7,50%
BMRI 70% 6,81% -6,90%
ICBP 70% 5,79% -3,28%
PWON 70% 4,94% -17,52%
TLKM 70% 3,40% -4,08%

Jadi, tabel hanya bercerita tentang return di bulan Desember. Sebagai contoh, saham RAJA dalam 8 dari 10 tahun terakhir, mencatatkan return positif di bulan Desember, dengan rata-rata sebesar 20,26% mom (return negative tidak dihitung).

Baca Juga: Varian Baru Covid-19 Mencemaskan Bursa Saham Lagi

Sedangkan dua periode rugi. Salah satunya menorehkan return terendah sampai -19,49% mom. Dengan demikian, investor bisa menimbang apakah return saham sebanding dengan risikonya.

Saran penulis, pilihlah average return yang lebih besar dari return terendahnya disamping memperhatikan fundamental perusahaan serta likuiditas sahamnya.

Strategi lain yang bisa ditempuh adalah dengan membeli beberapa saham sehingga lebih terdiversifikasi. Misalnya, membeli semua saham dengan probabilitas return positif 80%.

Investor juga bisa menyortir lagi dengan menghilangkan beberapa saham yang relatif kurang likuid. Sebagai contoh, jika investor membeli semua saham dengan probabilitas 80% positif dengan bobot dana yang sama besar untuk setiap sahamnya, maka didapat rata-rata return 8,96% mom.

Adapun bila membeli semua saham dengan probabilitas 70%, rata-rata return-nya 11,07% mom. Perhatikan bahwa angka rata-rata ini jauh lebih baik daripada rata-rata indeks KOMPAS 100 bulan Desember yang 4,01% mom seperti disebutkan di atas.

Perlu diingat, bahwa pengamatan ini hanya berdasarkan data historis yang belum tentu berulang sehingga investor tetap wajib mempelajari fundamental dan prospek ke depan dari saham yang hendak dibeli.

Juga jangan lupa faktor makroekonomi global serta trend pandemi Covid-19 yang bisa berpengaruh besar terhadap risiko investasi.

Bagikan

Berita Terbaru

Menakar Potensi dan Risiko Penerapan Kebijakan Short Selling
| Kamis, 28 Agustus 2025 | 11:27 WIB

Menakar Potensi dan Risiko Penerapan Kebijakan Short Selling

Kebijakan short selling baru ini mungkin akan menuai pro dan kontra ketika diterapkan. Selain itu waktu penerapan juga masih menjadi perdebatan. 

Besok (29 Agustus), MI Milik Petinggi Danantara Jalani Sidang Kasus Korupsi PT Asabri
| Kamis, 28 Agustus 2025 | 09:06 WIB

Besok (29 Agustus), MI Milik Petinggi Danantara Jalani Sidang Kasus Korupsi PT Asabri

Sebanyak 10 Manajer Investasi bakal menjalani sidang perdana sebagai terdakwa korporasi dari kasus yang merugikan negara Rp 22,78 triliun ini.

Profit 26,95% Setahun, Cek Harga Emas Antam Hari Ini (28 Agustus 2025)
| Kamis, 28 Agustus 2025 | 08:45 WIB

Profit 26,95% Setahun, Cek Harga Emas Antam Hari Ini (28 Agustus 2025)

Kamis (28 Agustus 2025) harga emas batangan di laman resmi Logam Mulia PT Aneka Tambang naik Rp 4.000 per saham.

Penerimaan Pajak Belum Separuh Target
| Kamis, 28 Agustus 2025 | 08:19 WIB

Penerimaan Pajak Belum Separuh Target

Penerimaan pajak nasional hingga akhir Juli 2025 terkumpul Rp 989,17 triliun, setara 45,18% dari target

PNB Per Kapita Jadi Indikator Kualitas Pertumbuhan
| Kamis, 28 Agustus 2025 | 08:11 WIB

PNB Per Kapita Jadi Indikator Kualitas Pertumbuhan

DPR dan pemerintah memasang target PNB per kapita dalam RAPBN2026 sebesar US$ 5.520​                 

Regulasi dan Pendanaan Digeber, Prospek Bisnis Waste to Energy Bakal Lebih Cerah
| Kamis, 28 Agustus 2025 | 08:10 WIB

Regulasi dan Pendanaan Digeber, Prospek Bisnis Waste to Energy Bakal Lebih Cerah

Rencana proyek waste to energy yang sempat mandeg di sejumlah daerah, berpotensi dilanjutkan kembali.

Petani Tebu Desak Revisi Aturan Impor
| Kamis, 28 Agustus 2025 | 07:30 WIB

Petani Tebu Desak Revisi Aturan Impor

Petani tebu mengecam dan berencana menggelar aksi unjuk rasa di kantor Kemendag jika pemerintah tak segera menunda dan merevisi Permendag 16/2025

Saham CARS Melejit Seiring Rumor Ekspansi ke Bisnis Kendaraan Listrik Gandeng Huawei
| Kamis, 28 Agustus 2025 | 07:20 WIB

Saham CARS Melejit Seiring Rumor Ekspansi ke Bisnis Kendaraan Listrik Gandeng Huawei

Rumor yang beredar menyebut CARS bakal menggandeng Huawei untuk menghadirkan kendaraan listrik di Indonesia.

Faktor Dalam dan Luar Akan Mempengaruhi Gerak Rupiah Hari Ini, Kamis (28/8)
| Kamis, 28 Agustus 2025 | 07:17 WIB

Faktor Dalam dan Luar Akan Mempengaruhi Gerak Rupiah Hari Ini, Kamis (28/8)

Rupiah dan mata uang regional melemah seiring indeks dolar yang naik. "Penyebabnya kekhawatiran intervensi Trump ke The Fed.

Menanti Beragam Data Global, Simak Proyeksi IHSG Hari Ini, Kamis (28/8)
| Kamis, 28 Agustus 2025 | 07:10 WIB

Menanti Beragam Data Global, Simak Proyeksi IHSG Hari Ini, Kamis (28/8)

Penurunan ini mengindikasikan lemahnya kepercayaan pebisnis dan konsumen yang membebani perekonomian.

INDEKS BERITA

Terpopuler