Wake Up Call: Strategi Investasi Favorit Lo Kheng Hong

Senin, 10 Januari 2022 | 07:10 WIB
Wake Up Call: Strategi Investasi Favorit Lo Kheng Hong
[]
Reporter: Harian Kontan | Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - Ada artikel yang saya tulis dan menjadi favorit dari Lo Kheng Hong (LKH). Salah satunya adalah tentang Investasi Damai ala Rip Van Winkle (RVW).

Rip Van Winkle tahu betul cara menikmati hidup. Ia suka tidur. Suatu hari ia tertidur di bawah pohon dan baru bangun 20 tahun kemudian.

Dia sadar jenggotnya memanjang dan dunia di sekitarnya telah berubah. Isterinya dan sebagian besar temannya telah meninggal dunia. Beruntung, anak perempuannya masih mengenalinya.

Ini cerita klasik karya Washington Irving, pengarang asal Amerika Serikat (AS), yang dipublikasikan pada tahun 1819. Lantas, apa hubungan Rip dengan investasi?

Baca Juga: Untuk SIapkan IPO-nya, Reddit Menunjuk Morgan Stanley dan Goldman Sachs

Investasi saham terlanjur identik dengan petualangan mencari saham 'salah harga' (underpriced) atau yang bakal cepat naiknya. Agenda utamanya adalah mengamati pergerakan harga saham dan berita seputar ekonomi dan bisnis, serta melakukan analisis teknikal dan fundamental yang rumit.

Berbagai stock picking strategy dipraktikkan demi mencapai tujuan get rich quick. 'Permainan' menjadi semakin seru ketika investor lebih suka berinvestasi dengan horizon jangka pendek alias melakukan trading.

Ritme menang-kalah-menang-kalah jadi menu sehari-hari bagi para investor. Ibaratnya, strategi investor jadi seperti pendulum yang berayun di antara ketakutan (fear) dan ketamakan (greed). Dibutuhkan otot kawat, jantung besi serta kematangan emosi, agar bisa bertahan.

Lantas mengapa tidak mencoba sesuatu yang lain dalam berinvestasi? Misalnya, berinvestasi dengan gaya Rip Van Winkle.

Richard Thaler, pakar Ekonomi Keuangan dari University of Chicago, mengatakan, "Rip Van Winkle would be the ideal stock market investor". Sebagai investor ala Rip Van Winkle, kita membeli semua saham pada awal 1990, ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di level 400.

Baca Juga: Demi Jadi Pengendali Saham Mandarin Oriental, Reliance Rogoh Dana Hampir US$ 100 Juta

Kemudian kita bisa 'tidur' selama 32 tahun, sehingga tidak perlu merasakan panasnya suhu politik di tahun 1997, susahnya hidup selama krisis moneter pada tahun 1998, kekhawatiran akibat krisis subprime mortgage yang terjadi di tahun 2008 dan krisis akibat pandemi Covid-19 sejak tahun lalu.

Bum! Saat kita terbangun pada awal 2022, IHSG sudah berada di level 6.700. Secara rata-rata, investasi di bursa Indonesia memberikan imbal hasil sebesar 10% per tahun.

Hasil lebih bagus jika kita beruntung mengoleksi saham perusahaan yang memiliki fundamental kuat dengan harga beli yang murah (underpriced). Inilah yang dipraktekkan LKH, hingga bisa begitu sukses dalam melakukan investasi saham.

Meskipun LKH tidak tidur sampai puluhan tahun layaknya Rip Van Winkle, durasi holding period saham-saham pemenang dalam portofolio LKH biasanya mencapai dua hingga enam tahun.  Dengan cara ini LKH bisa meraup imbal hasil hingga puluhan kali lipat. Dari orang miskin hingga bisa menjadi triliuner melalui investasi di Bursa Efek Indonesia.

Baca Juga: Borong Jutaan Saham DRMA, Direktur Dharma Polimetal Kantongi Potential Gain 31,68%

Tertarik mempelajari lebih jauh soal strategi investasi tidur ala LKH? Pertama, carilah saham yang bagus (wonderful company), tetapi harganya sedang berada di posisi yang salah alias underpriced.

LKH sering menekankan pentingnya mengenal fundamental perusahaan sebelum memutuskan membeli saham tersebut. Karena bagi LKH membeli saham adalah membeli bisnis.

LKH banyak mengandalkan cara sederhana untuk mengenal fundamental suatu perusahaan dan menemukan saham yang salah harga, yaitu menggunakan rasio keuangan seperti price earnings ratio (PER) dan rasio price to book value (PBV). Biasanya LKH menggunakan angka PER  di bawah 5 kali dan PBV di bawah 0,5 kali sebagai acuan.

Bagi LKH, membeli saham di level harga yang jauh di bawah valuasinya merupakan suatu keharusan. Istilahnya, investor harus memiliki margin of safety (MOS) yang besar.

Jika misalnya seorang investor membeli saham yang memiliki PBV 0,5 kali, dan investor tersebut cukup yakin harga wajarnya adalah sebesar PBV 1 kali, maka berarti investor tersebut akan memiliki MOS dengan angka sebesar 50%.

Baca Juga: Kapitalisasi Pasar Duet ARTO dan BBHI Terus Mendaki

MOS ini melindungi kita dari kerugian besar jika ternyata valuasi kita salah, atau ternyata kondisi perusahaan setelah dibeli tidak seperti yang kita harapkan. Dalam beberapa kasus, meskipun harapan LKH terhadap sebuah saham kurang terwujud atau bahkan sama sekali tidak terwujud, ia masih bisa menikmati keuntungan yang nilainya lumayan.

Contohnya saat LKH membeli saham PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS). Meskipun tampaknya saham ini kurang memenuhi harapannya, LKH masih bisa mendapat keuntungan puluhan miliar dari investasi selama 5 tahun di saham ini, karena membelinya di harga super diskon.

Kedua, terus memegang saham yang diyakini bagus dan prospektif tersebut, selama harganya masih dianggap salah. Kesabaran luar biasa dalam memegang saham adalah kunci sukses LKH.

Rahasianya? Keyakinan (conviction) terhadap prospek sebuah saham. LKH menekankan pentingnya membaca laporan keuangan sebuah saham. “Jangan membeli kucing dalam karung,” demikian LKH selalu mengingatkan.

Baca Juga: Sembari Mengawal Rencana IPO, TPG Investasi US$ 360 Juta di Startup Kecerdasan Buatan

Selain itu, mental yang sudah terasah selama puluhan tahun membuat LKH mampu bertahan di tengah volatilitas harga saham yang semakin tinggi.

Ketiga, mulai menjual saham tersebut saat harganya sudah naik banyak, terutama ketika harganya sudah mendekati harga wajar atau bahkan sudah mencapai harga sasaran (target price). Terdengar mudah bukan?

Namun pada kenyataannya banyak investor yang tidak memiliki disiplin dalam menjual saham sesuai target price. Akibatnya, keuntungan yang sudah terkumpul malah tergerus.

Meski demikian, investor juga harus mengingat bahwa target price sifatnya dinamis. Misalnya, jika harga suatu saham mengalami kenaikan, tetapi laba bersihnya diperkirakan akan naik lebih tinggi, investor masih bisa menahan saham tersebut karena PER-nya justru makin mengecil.                   n

Bagikan

Berita Terbaru

Harga Jual Batubara Menekan Kinerja Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
| Kamis, 06 Februari 2025 | 05:48 WIB

Harga Jual Batubara Menekan Kinerja Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)

PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) diproyeksi akan tingkatkan produksi seiring kontribusi dari tambang baru

Asing Tiga Hari Beruntun Net Sell, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini, Kamis (6/2)
| Kamis, 06 Februari 2025 | 05:44 WIB

Asing Tiga Hari Beruntun Net Sell, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini, Kamis (6/2)

Dana asing kembali keluar dari pasar saham Indonesia dengan penjualan bersih alias net sell Rp 490,49 miliar. 

Butuh Katalis Baru Agar Ekonomi Bisa Menderu
| Kamis, 06 Februari 2025 | 05:35 WIB

Butuh Katalis Baru Agar Ekonomi Bisa Menderu

Berbagai program pemerintah belum akan langsung mendorong ekonomi. Sepanjang tahun 2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 5,03%.

Pasar Masih Menggiurkan, Bisnis Gadai Semakin Cuan
| Kamis, 06 Februari 2025 | 05:10 WIB

Pasar Masih Menggiurkan, Bisnis Gadai Semakin Cuan

Untuk meningkatkan keuntungan, peningkatan penetrasi pasar menjadi salah satu strategi industri gadai tahun ini.

Di Balik Kemunculan DeepSeek
| Kamis, 06 Februari 2025 | 05:07 WIB

Di Balik Kemunculan DeepSeek

Pemerintah dapat berguru pada AS atau China yang telah berpengalaman mengembangkan pembangunan berbasis teknologi. 

Eastparc Hotel (EAST) Bidik Pendapatan Rp 110 Miliar
| Kamis, 06 Februari 2025 | 05:05 WIB

Eastparc Hotel (EAST) Bidik Pendapatan Rp 110 Miliar

Tahun ini EAST  menargetkan okupansi hotel di kisaran 85% hingga 95%, dan untuk menggapai target ini pihaknya  melebarkan target pasar.

Laba Bersih XL Axiata (EXCL) Tumbuh 44,72% Pada 2024
| Kamis, 06 Februari 2025 | 05:05 WIB

Laba Bersih XL Axiata (EXCL) Tumbuh 44,72% Pada 2024

Laba bersih PT XL Axiata Tbk (EXCL) di sepanjang 2024 melejit 44,72% secara tahunan menjadi Rp 1,81 triliun dari Rp 1,25 triliun di 2023. ​

Ini Proyek Terdampak Bantuan USAID ke Indonesia yang Disetop
| Kamis, 06 Februari 2025 | 05:00 WIB

Ini Proyek Terdampak Bantuan USAID ke Indonesia yang Disetop

Proyek tersebut mencakup demokratis, antikorupsi, penanganan perubahan iklim dan lingkungan, pertumbuhan ekonomi, pendidikan, serta kesehatan. 

Marketing Sales Ciputra Development (CTRA) Naik 8% di Sepanjang 2024
| Kamis, 06 Februari 2025 | 04:30 WIB

Marketing Sales Ciputra Development (CTRA) Naik 8% di Sepanjang 2024

PT Ciputra Development Tbk (CTRA) mengantongi marketing sales Rp 11,02 triliun di 2024, naik 8% dibanding tahun 2023 sebesar Rp 10,2 triliun. ​

Sektor Penopang Ekonomi Tumbuh Melambat
| Kamis, 06 Februari 2025 | 04:25 WIB

Sektor Penopang Ekonomi Tumbuh Melambat

Tingkat pertumbuhan konsumsi rumahtangga cuma 4,94%, di bawah pertumbuhan ekonomi. Angka ini lebih rendah dari 2022 di 4,94%. 

INDEKS BERITA

Terpopuler