ADB Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi China dan India dalam Level Signifikan

Rabu, 11 Desember 2019 | 10:04 WIB
ADB Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi China dan India dalam Level Signifikan
[ILUSTRASI. Aktivitas bongkar-muat barang di pelabuhan Yantai, Provinsi Shandong, China (17/10/2019). REUTERS/Stringer]
Reporter: Tedy Gumilar | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - MANILA. Asian Development Bank (ADB) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dua raksasa asia, yakni China dan India.

Dalam pernyataan yang disampaikan Rabu (11/12), ADB memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi kedua negara itu untuk 2019 dan 2020 dalam tingkat yang signifikan. 

Proyeksi ekonomi China 2019 dipangkas menjadi 6,1% dari estimasi sebelumnya di 6,2%.

Sementara pada 2020, pertumbuhan ekonomi negeri tirai bambu itu diperkirakan hanya 5,8%.

Jauh lebih rendah ketimbang proyeksi sebelumnya di 6% yang dirilis pada September lalu.

Tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang tak kunjung mendingin menjadi alasan ADB memangkas proyeksi pertumbuhan negara tersebut.

Baca Juga: Bursa Asia naik tipis mendekati batas waktu tarif AS-China

"Meskipun tingkat pertumbuhan masih solid di negara berkembang Asia, ketegangan perdagangan yang terus-menerus telah berdampak pada kawasan dan masih merupakan risiko terbesar terhadap prospek ekonomi jangka panjang," kata Yasuyuki Sawada, Kepala Ekonom ADB.

Selain itu, tingginya harga daging babi akibat wabah demam babi Afrika (African swine fever) juga telah mengerek inflasi dan memangkas daya beli masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal III-2019 yang 6% merupakan yang terlemah dalam hampir tiga dekade terakhir.

Tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut juga berada di batas terbawah target yang dipasang pemerintah, yang ada di kisaran 6% hingga 6,5%.

India lebih parah

Khusus untuk India, pemangkasan proyeksi pertumbuhan yang dilakukan Bank Pembangunan Asia sangat signifikan.

Pada proyeksi yang dirilis September 2019, ADB masih mematok estimasi pertumbuhan ekonomi 2019 di 6,5%.

Namun, pada proyeksi terbarunya, proyeksi ekonomi India 2019 telah dipangkas menjadi tinggal 5,1%.

Untuk tahun fiskal 2020, ADB memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi India dari 7,2% menjadi hanya 6,5%.

Baca Juga: Indonesia Siap Lepas Pasar CPO Uni Eropa premium

Estimasi tersebut muncul akibat ketatnya likuiditas di perusahaan-perusahaan keuangan non-bank.

Serta rendahnya pertumbuhan lapangan kerja di India.

Secara keseluruhan, ADB memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi negara berkembang di asia pada 2019 dan 2020 menjadi 5,2%.

Lebih rendah ketimbang proyeksi sebelumnya yang 5,4% untuk 2019 dan 5,5% untuk 2020.

Bagikan

Berita Terbaru

BABY Targetkan Pertumbuhan Dua Digit, Begini Strategi Ekspansinya Tahun Depan
| Selasa, 09 Desember 2025 | 09:20 WIB

BABY Targetkan Pertumbuhan Dua Digit, Begini Strategi Ekspansinya Tahun Depan

PT Multitrend Indo Tbk (BABY) ikut memanfaatkan tren shoppertainment di TikTok Shop dan berhasil mengerek penjualan lewat kanal ini.

Potensi Pasar Menggiurkan, Robinhood Akuisisi Buana Capital dan Pedagang Aset Kripto
| Selasa, 09 Desember 2025 | 09:03 WIB

Potensi Pasar Menggiurkan, Robinhood Akuisisi Buana Capital dan Pedagang Aset Kripto

Reputasi global tidak serta-merta menjadi jaminan keamanan dana nasabah yang anti-bobol, mengingat celah oknum internal selalu ada.

Beda Nasib Hingga Prospek Anggota MIND ID di 2026: INCO dan PTBA (Bag 2 Selesai)
| Selasa, 09 Desember 2025 | 08:29 WIB

Beda Nasib Hingga Prospek Anggota MIND ID di 2026: INCO dan PTBA (Bag 2 Selesai)

Faktor kebijakan pemerintah ikut memengaruhi kinerja dan prospek PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Mengintip Strategi Bisnis RAAM, Tambah 3-5 Bioskop per Tahun & Genjot Pendapatan F&B
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:54 WIB

Mengintip Strategi Bisnis RAAM, Tambah 3-5 Bioskop per Tahun & Genjot Pendapatan F&B

Penurunan penjualan PT Tripar Multivision Plus Tbk (RAAM) diimbangi oleh menyusutnya rugi bersih hingga 82%.

Akuisisi Korporasi Selalu Mengandung Ketidakpastian, Madu Atau Racun?
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:36 WIB

Akuisisi Korporasi Selalu Mengandung Ketidakpastian, Madu Atau Racun?

Akuisisi korporasi adalah keputusan investasi sangat strategis. Akuisisi  menjadi alat sebuah perusahaan untuk bertumbuh lebih cepat. ​

Dian Swastatika Sentosa (DSSA) Lunasi Obligasi dan Sukuk yang Jatuh Tempo
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:19 WIB

Dian Swastatika Sentosa (DSSA) Lunasi Obligasi dan Sukuk yang Jatuh Tempo

Jumlah obligasi yang jatuh tempo pada 6 Desember 2025 terdiri dari pokok sebesar Rp 199,17 miliar dan bunga keempat sebesar Rp 3,596 miliar.

Kantongi Dana Segar dari IPO, RLCO Bidik Laba Rp 40 Miliar
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:10 WIB

Kantongi Dana Segar dari IPO, RLCO Bidik Laba Rp 40 Miliar

PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (8/12).​

Investor Asing Masih Hati-Hati
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:08 WIB

Investor Asing Masih Hati-Hati

Kendati tampak pemulihan, investor asing masih berhati-hati berinvestasi, terlihat dari arus keluar dana asing yang dominan di pasar obligasi.​

Tantangan Penerapan Biodiesel B50 di 2026
| Selasa, 09 Desember 2025 | 06:54 WIB

Tantangan Penerapan Biodiesel B50 di 2026

SPKS juga menyoroti munculnya perusahaan seperti Agrinas Palma yang mengelola1,5 juta ha lahan sawit dan berpotensi menguasai pasokan biodiesel

Rupiah Loyo Mendekati Rp 16.700 per Dolar AS, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Selasa, 09 Desember 2025 | 06:51 WIB

Rupiah Loyo Mendekati Rp 16.700 per Dolar AS, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Pasar juga mewaspadai kurs rupiah yang terus melemah mendekati Rp 16.700 per dolar AS. Kemarin rupiah tutup di Rp 16.688 per dolar AS.

INDEKS BERITA

Terpopuler