Akhir Free Trade?

Jumat, 11 April 2025 | 05:57 WIB
Akhir Free Trade?
[ILUSTRASI. TAJUK - Khomarul Hidayat]
Khomarul Hidayat | Redaktur Pelaksana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Era globalisasi dan perdagangan bebas telah berakhir. Begitu kata Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong saat menanggapi kebijakan tarif impor tinggi Donald Trump, 8 April 2025. Wong menyebut ini sebuah kenyataan pahit. Apalagi, yang membuat era perdagangan bebas usai justru Amerika Serikat sendiri. 

Padahal AS adalah negeri yang sejak berakhirnya perang dunia kedua menjadi sponsor lahirnya perdagangan bebas dan pasar terbuka yang memungkinkan perdagangan berkembang pesat. Paman Sam juga selalu menggaungkan sistem perdagangan multilateral. Kini, titik balik terjadi dalam tempo cepat.

Dunia masuk fase era baru dalam perdagangan global yang sarat proteksionis dan perang tarif sewenang-wenang dengan sponsor tunggalnya Amerika juga. Era baru yang malah menjerumuskan ekonomi dunia dalam ketidakpastian dan ketidakstabilan.

Era perang tarif perdagangan yang membuat risiko resesi ekonomi meningkat karena prospek ekonomi menjadi suram. Lebih dari itu, perang tarif juga membawa goncangan kuat ke pasar keuangan. Apakah ini akan menjadi akhir era perdagangan bebas seperti disebut Lawrence Wong? 

Bukan tak mungkin itu akan terjadi. Sebab, bisa jadi perang tarif dagang bakal meluas jika AS terus mempromosikan ini. Perang dagang bukan cuma AS dengan China, AS dengan tetangganya Kanada dan Meksiko, atau AS dengan Uni Eropa. Juga bisa meluas ke antarnegara lain. Apalagi, AS juga menetapkan tarif impor tinggi ke semua negara.

Tujuannya memaksa negara-negara dunia mau tunduk dan melakukan negosiasi dengan AS. Dus, negosiasi tarif perdagangan tak lagi berdasarkan kesepakatan dan prinsip-prinsip multilateralisme perdagangan. Tetapi ditentukan negosiasi sepihak. Tindakan ini yang memicu langkah balasan negara lain dengan juga memberlakukan pembatasan perdagangan dan tarif mereka sendiri.

Jika ini yang terjadi dan kemudian meluas, berakhirnya masa perdagangan bebas yang sudah berlangsung sejak hampir 80 tahun sejak perang dunia kedua tinggal menunggu waktu. Kalau sudah begini, sulit memprediksi apa yang akan terjadi dengan prospek ekonomi global di masa mendatang. Sekarang saja kondisinya sudah bikin was-was.

Semoga saja ekonomi dunia tidak sampai terjerembab seperti era Depresi Besar alias Great Depression tahun 1929–1939. Era berat yang salah satu bandul pemberatnya juga perang tarif dagang saat AS memberlakukan kenaikan tarif melalui Undang-Undang Smoot-Hawley di tahun 1930 dan kemudian dibalas negara lain.

Bagikan

Berita Terbaru

Target Rasio Penerimaan Pajak Daerah Terancam Luput
| Jumat, 11 Juli 2025 | 08:16 WIB

Target Rasio Penerimaan Pajak Daerah Terancam Luput

Hingga akhir Juni 2025, pendapatan pajak daerah hanya mencapai Rp 107,7 triliun, terkontraksi 8,06% secara tahunan.

Meski Lepas dari Tarif, Tapi Jatuh ke Mulut Defisit
| Jumat, 11 Juli 2025 | 08:11 WIB

Meski Lepas dari Tarif, Tapi Jatuh ke Mulut Defisit

Mengukur potensi defisit neraca perdagangan efek negosiasi perdagangan dengan Amerika Serikat (AS)  

Sejumlah Sektor Ini Masih Digelayuti Tantangan, Kinerja Kuartal II Diprediksi Melemah
| Jumat, 11 Juli 2025 | 08:07 WIB

Sejumlah Sektor Ini Masih Digelayuti Tantangan, Kinerja Kuartal II Diprediksi Melemah

Meski dibayangi sentimen negatif sektoral, sejumlah saham emiten dinilai masih menarik untuk dicermati.

Ekonomi Juga Butuh Stimulus Bunga dari Bank Sentral
| Jumat, 11 Juli 2025 | 08:05 WIB

Ekonomi Juga Butuh Stimulus Bunga dari Bank Sentral

Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada tanggal 15-16 Juli pekan depan   

Harga Saham UNTR Tengah Rebound, namun Potensi Kenaikan Lanjutannya Relatif Terbatas
| Jumat, 11 Juli 2025 | 07:38 WIB

Harga Saham UNTR Tengah Rebound, namun Potensi Kenaikan Lanjutannya Relatif Terbatas

Kinerja PT Pamapersada Nusantara serta pelemahan harga batubara global membatasi prospek PT United Tractors Tbk (UNTR).

Harga Saham JPFA Mendaki Kala Ramai Rekomendasi Beli, Institusi Juga Rajin Akumulasi
| Jumat, 11 Juli 2025 | 07:10 WIB

Harga Saham JPFA Mendaki Kala Ramai Rekomendasi Beli, Institusi Juga Rajin Akumulasi

Target harga rata-rata 12 bulan berdasar rekomendasi analis menunjukkan ada upside potential lebih dari 50%.

Anomali Saham IOTF, Naik Hampir 70% Usai Calon Pengendali Jual Sebagian Kepemilikan
| Jumat, 11 Juli 2025 | 06:48 WIB

Anomali Saham IOTF, Naik Hampir 70% Usai Calon Pengendali Jual Sebagian Kepemilikan

Ketika PT Gaia Artha Dinamic melakukan akumulasi, harga saham PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF) justru melorot. 

Pertimbangkan Diversifikasi Investasi ke Instrumen Rendah Risiko
| Jumat, 11 Juli 2025 | 06:30 WIB

Pertimbangkan Diversifikasi Investasi ke Instrumen Rendah Risiko

 Memasuki separuh kedua 2025, kinerja aset-aset investasi masih diselimuti oleh volatilitas pasar yang tinggi. 

Erajaya Swasembada (ERAA) Memacu Penjualan di Pameran Jakarta Fair
| Jumat, 11 Juli 2025 | 06:15 WIB

Erajaya Swasembada (ERAA) Memacu Penjualan di Pameran Jakarta Fair

Walau tak mengumbar angka pasti, Erajaya optimistis penjualan selama pameran akan mencatat hasil yang manis.

Mimpi Dapat Kerja
| Jumat, 11 Juli 2025 | 06:14 WIB

Mimpi Dapat Kerja

Sang Wapres, Gibran Rakabuming Raka, yang pernah gembar-gembor menciptakan 19 juta lapangan kerja, tetap tak mengubah pola kerja.

INDEKS BERITA

Terpopuler