Akibat Sanksi AS, Huawei Melepas Bisnis Ponsel Bujet ke Konsorsium Agen dan Dealer

Selasa, 17 November 2020 | 18:10 WIB
Akibat Sanksi AS, Huawei Melepas Bisnis Ponsel Bujet ke Konsorsium Agen dan Dealer
[ILUSTRASI. Gerai Huawei di sebuah mal di Beijing, China, di masa pandemi Covid 19. 18 Mei 2020. REUTERS/Carlos Garcia Rawlins]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - SHENZHEN. Huawei Technologies Co. Ltd., Selasa (17/11), menjual unit smartphone merek Honor ke konsorsium yang beranggotakan lebih dari 30 agen dan dealer ponsel tersebut. Divestasi itu bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup ponsel yang menyasar segmen menengah bawah itu.

Penjualan itu berlangsung setelah Pemerintah Amerika Serikat (AS) meminta perusahaan yang berbasis di negerinya menghentikan pasokan ke Huawei, yang dituding sebagai ancaman bagi keamanan Negeri Paman Sam.

Konsorsium menyatakan, pembelian akan dilakukan oleh perusahaan baru yang bernama Shenzhen Zhixin New Information Technology. Di perusahaan tersebut, Huawei tidak memiliki saham selembar pun, demikian pernyataan konsorsium tersebut.

Baca Juga: Harapan Huawei seiring kemenangan Biden, bisa kembali berbisnis di AS

Sementara Huawei menyatakan bahwa lini bisnis konsumennya berada di bawah tekanan yang luar biasa besar karena ketidaktersediaan elemen teknis untuk bisnis ponsel.  

"Langkah ini diambil rantai industri Honor untuk memastikan kelangsungan hidupnya sendiri," demikian pernyataaan Huawei.

Perubahan kepemilikan tidak akan memengaruhi arah pengembangan Honor, demikian pernyataan Huawei dan konsorsium pembeli. Namun baik Huawei maupun konsorsium tidak mengungkapkan nilai kesepakatan.

Baca Juga: Tertinggi sepanjang masa, Samsung catat 72,3% pangsa pasar smartphone Korea Selatan

Sumber yang mengetahui akuisisi Honor, mengatakan, sanksi yang dijatuhkan Pemerintah AS memaksa pembuat smartphone terbesar kedua di dunia, setelah Samsung Electronics Co. Ltd. asal Korea Selatan, untuk fokus ke handset kelas atas dan bisnis yang berorientasi perusahaan.

Seorang sumber lain menyatakan Pemerintah AS tidak akan memiliki alasan untuk menerapkan sanksi yang serupa kepada Honor setelah perusahaan itu berpisah dari Huawei.

Honor menjual smartphone melalui situs webnya sendiri dan pengecer pihak ketiga di China. Di negeri asalnya, Honor bersaing dengan produk dari Xiaomi Corp, Oppo, dan Vivo di segmen pasar bawah. Dengan total pengiriman di dunia yang mencapai 70 juta unit per tahun, Honor juga merambah pasar Asia Tenggara dan Eropa, demikian pernyataan Huawei.

Gerai produk dan peralatan elektronik online, Suning.com, tercantum di daftar anggota konsorsium. Anggota konsorsium lainnya termasuk sejumlah perusahaan investasi milik Pemerintah Daerah Shenzen, yang merupakan kota kelahiran Huawei.

Honor akan mencari lebih banyak investor di masa depan, dan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan penawaran saham perdana di bursa, kata sumber itu.

Reuters melaporkan awal bulan ini bahwa Huawei sedang dalam pembicaraan untuk menjual Honor dalam kesepakatan senilai 100 miliar yuan, setara US$ 15,2 miliar, kepada konsorsium yang dipimpin distributor handset Digital China dan pemerintah Shenzhen.

Baca Juga: Donald Trump larang investor AS berinvestasi di 31 perusahaan China ini

Namun sumber Reuters menegaskan, Digital China tidak ikut menjadi anggota konsorsium yang membeli Honor.

Huawei mengatakan lini smartphone kelas atas juga berada di bawah tekanan akibat sanksi AS. Kepala bisnis konsumen Huawei, Agustus lalu, menyatakan mereka tidak akan dapat terus membuat chip Kirin yang menggerakkan model premiumnya.

Divestasi Honor akan memperpanjang nafas Huawei untuk memperbaiki rantai pasok bagi bisnis ponsel premium, sembari mengembangkan sistim operasi ponselnya, yaitu HarmonyOS, tutur Nicole Peng, wakil presiden mobilitas di konsultan riset industri Canalys.

Baca Juga: Ini daftar HP terlaris di dunia pada kuartal ketiga 2020, iPhone 11 juaranya

Penjualan akan membantu mempertahankan merek, sambil memungkinkan kemungkinan membeli kembali Honor suatu hari nanti, kata Will Wong, seorang analis di IDC.

"Akan lebih mudah bagi Huawei untuk melakukan buyback potensial di masa mendatang dari konsorsium ini, yang mungkin tidak akan mudah jika mereka menjualnya ke pembuat smartphone atau produk elektronik lain," ujar dia.

Selanjutnya: India Melonggarkan Lagi Permohonan Investasi Langsung dari China

 

Bagikan

Berita Terbaru

Moratorium Izin Properti Mengusik Investasi Jabar
| Senin, 22 Desember 2025 | 07:04 WIB

Moratorium Izin Properti Mengusik Investasi Jabar

Moratorium penerbitan izin pembangunan perumahan di Jawa Barat berefek negatif bagi prospek bisnis properti

Dividen Interim Bawa Sentimen Positif Bagi Bank
| Senin, 22 Desember 2025 | 06:40 WIB

Dividen Interim Bawa Sentimen Positif Bagi Bank

Setelah BBCA dan BBRI mengumumkan akan menebar dividen interim dari buku tahun 2025, Bank Mandiri (BMRI) menyusul dengan pengumuman serupa.​

Segmen Korporasi Jadi Penopang Kredit Perbankan
| Senin, 22 Desember 2025 | 06:35 WIB

Segmen Korporasi Jadi Penopang Kredit Perbankan

Menurut data OJK, kredit korporasi per Oktober 2025 tumbuh sebesar 11,02% secara YoY, walau melandai dari bulan sebelumnya yang tumbuh 11,53%

Bea Keluar Emas Berpotensi Tekan Laba Emiten Penyuplai Emas
| Senin, 22 Desember 2025 | 06:30 WIB

Bea Keluar Emas Berpotensi Tekan Laba Emiten Penyuplai Emas

Bea keluar untuk ekspor emas akan mengubah strategi bisnis dan menekan profitabilitas penyuplai emas berorientasi ekspor 

Jalan Perbankan Menjaga Margin Masih Terjal
| Senin, 22 Desember 2025 | 06:30 WIB

Jalan Perbankan Menjaga Margin Masih Terjal

Setelah tertekan sepanjang 2025, margin perbankan diperkirakan belum akan pulih setidaknya hingga awal 2026.​

Kinerja Modal Ventura Diprediksi Bisa Tumbuh Meski Diselimuti Tantangan
| Senin, 22 Desember 2025 | 06:25 WIB

Kinerja Modal Ventura Diprediksi Bisa Tumbuh Meski Diselimuti Tantangan

Industri modal ventura tahun ini diperkirakan masih bisa tumbuh positif tahun 2026 meski sejumlah tantangan diperkirakan masih akan membayangi

Banjir Pesanan Paket Wisata Via Aplikasi
| Senin, 22 Desember 2025 | 06:15 WIB

Banjir Pesanan Paket Wisata Via Aplikasi

Pengembang aplikasi wisata terus berinovasi menghadirkan fitur dan pilihan wisata yang sesuai dengan pasar.

Pembiayaan Mobil Listrik Masih Ngebut
| Senin, 22 Desember 2025 | 06:10 WIB

Pembiayaan Mobil Listrik Masih Ngebut

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, nilai pembiayaan mobil listrik per Oktober 2025 mencapai Rp 17,64 triliun, tumbuh 2,70% secara bulanan.​

Nilai Rupiah Masih Bisa Tertekan Ekonomi Domestik
| Senin, 22 Desember 2025 | 06:00 WIB

Nilai Rupiah Masih Bisa Tertekan Ekonomi Domestik

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 0,16% ke Rp 16.750 dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (19/12).

Nilai Ekspor Komoditas Karantina Rp 393,2 Triliun
| Senin, 22 Desember 2025 | 06:00 WIB

Nilai Ekspor Komoditas Karantina Rp 393,2 Triliun

Badan Karantina Indonesia sudah melakukan sertifkasi komoditas ekspor lebih dari 2,6 juta sertifikat sepanjang tahun ini.

INDEKS BERITA

Terpopuler