Ambil Kendali Brexit, Partai Oposisi Inggris Mendorong Aksi Referendum Baru

Selasa, 22 Januari 2019 | 15:39 WIB
Ambil Kendali Brexit, Partai Oposisi Inggris Mendorong Aksi Referendum Baru
[]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Dian Pertiwi

KONTAN.CO.ID - LONDON. Pimpinan Partai Buruh, Jeremy Corbyn terus berupaya mengambil kendali Brexit dari Perdana Menteri Theresa May. Partai oposisi ini terus bergerak untuk membuka jalan terjadinya referendum lain.

Setelah kesepakatan Brexit May ditolak oleh 432 anggota parlemen pekan lalu, beberapa anggota parlemen berusaha mengambil kendali Brexit dari pemerintahan May yang menjadi minoritas dan lemah.

Partai Buruh mengajukan amandemen yang memaksa pemerintah memberikan waktu kepada parlemen untuk mempertimbangkan dan memberikan suara pada opsi untuk mencegah keluarnya Brexit-No Deal.

Di antara opsi tersebut, setidaknya Inggris harus menjadi serikat pebaen permanen dengan Uni Eropa dan melakukan pemungutan suara publik atas kesepakatan. Kedua proposal dari Partai Buruh ini dikesampingkan oleh May.

“Amandeman kami akan memungkinkan anggota parlemen untuk memilih opsi mengakhiri kebuntuan Brexit dan mencegah kesepakatan yang kacau,” kata Corbyn, seperti dikutip Reuters, Selasa (22/1).

Namun, juru bicara buruh, Rebecca Long-Bailey mengatakan amandemen itu tidak berarti bahwa partai mendukung pemungutan suara kedua dan mencerminkan kebijakan yang ada. Namun sayangnya, masih belum ada opsi alternatif yang dapat jadi jalan keluar kebuntuan Brexit ini.

Anggota parlemen akan kembali melakukan pemungutan suara dan berdebat pada 29 Januari pekan depan.

Kemarin (21/1), May sempat mengusulkan penyesuaian kesepakatan kepada Uni Eropa. Langkah ini dilakukan sebagai upaya untuk memenangkan anggota parlemen konservatif yang berontak dan partai Irlandia Utara sebagai pondasi pemerintahannya.

May menyebut, referendum lain justru memperkuat kelompok yang ingin memecah belah Inggris dan merusak kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi Inggris.

Sejak Inggris menggelar referendum pada Juni 2016, politisi Inggris masih gagal menemukan kesepakatan bagaimana cara meninggalkan Uni Eropa atau apakah jadi meninggalkan kawasan tersebut.

Tanpa kesepakatan alternatif yang disetujui, ekonomi terbesar kelima di dunia itu akan pindah menggunakan peraturan WTO pada 29 Maret mendatang. Ini merupakan skenario terburuk bagi para produsen dan pengusaha yang mengandalkan pasokan dari Eropa dan sekitarnya.

Keputusan Brexit juga dianggap bakal merusak reputasi Inggris sebagai tujuan utama investasi asing di Eropa. “Brexit adalah keputusan ekonomi paling bodoh untuk jangka panjang dan hal terburuk yang pernah terjadi,” ujar Kasper Rosted, CEO Adidas yang berbasis di Jerman, seperti dikutip Reuters dari Suddeutsche Zeitung.

Rosted menilai keputusan Brexit tak dapat dihindari. “Saya pikir kereta sudah meninggalkan stasiun secara emosional, saya harap semua pihak bisa sadar,” ujar dia.

Sementara, para pendukung Brexit mengatakan dalam jangka pendek hambatan dan kendala pasti terjadi. Dan tidak menutup kemungkinan bisa terjadi dalam jangka panjang. Namun, mereka bersikeras perekonomian Inggris akan berkembang jika keluar dari Uni Eropa yang didominasi oleh Jerman.

 

 

Bagikan

Berita Terbaru

Pertebal Portofolio, Saratoga (SRTG) Siapkan Dana US$ 150 Juta
| Kamis, 23 Januari 2025 | 09:07 WIB

Pertebal Portofolio, Saratoga (SRTG) Siapkan Dana US$ 150 Juta

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) membidik sejumlah perusahaan potensial untuk didanai pada tahun 2025 ini. 

Berbenah, Prospek Saham GOTO Berpotensi Merekah
| Kamis, 23 Januari 2025 | 09:03 WIB

Berbenah, Prospek Saham GOTO Berpotensi Merekah

Pemulihan kinerja dan bisnis on demand service mendorong prospek harga saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO)

Menangkap Peluang Mengoleksi Emas Saat Harga Terkoreksi
| Kamis, 23 Januari 2025 | 08:31 WIB

Menangkap Peluang Mengoleksi Emas Saat Harga Terkoreksi

Di jangka pendek ada peluang harga emas terkoreksi. Data-data inflasi Amerika Serikat menunjukkan pelambatan

Langkah Konsolidasi Akan Berlanjut, Taji KPR Syariah Bank BTN (BBTN) Kian Kuat
| Kamis, 23 Januari 2025 | 08:26 WIB

Langkah Konsolidasi Akan Berlanjut, Taji KPR Syariah Bank BTN (BBTN) Kian Kuat

Ketimbang IPO entitas hasil merger UUS BTN Syariah dan Bank Victoria Syariah, BBTN membuka peluang untuk mengakuisisi bank syariah lain.

Tarik Minat Masyarakat di Program 3 Juta Rumah, Kementerian BUMN Gunakan Konsep TOD
| Kamis, 23 Januari 2025 | 08:09 WIB

Tarik Minat Masyarakat di Program 3 Juta Rumah, Kementerian BUMN Gunakan Konsep TOD

Pemerintah akan menyisir dan mendata developer nakal agar tidak bisa berpartisipasi dalam Program Tiga Juta Rumah. 

Diam-Diam Sahamnya Sudah Terbang 45%, SMKL Rupanya Berkongsi dengan Perusahaan China
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:53 WIB

Diam-Diam Sahamnya Sudah Terbang 45%, SMKL Rupanya Berkongsi dengan Perusahaan China

PT Satyamitra Kemas Lestari Tbk (SMKL) dan Ghuangzhou Yi Song berkongsi masuk ke bisnis paper pulp mold. ​

PK Ditolak, Subagio Wirjoatmodjo Mesti Melepas Kepemilikannya di Trimata Benua
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:41 WIB

PK Ditolak, Subagio Wirjoatmodjo Mesti Melepas Kepemilikannya di Trimata Benua

Data terbaru menunjukkan, kepemilikan Subagio Wirjoatmodjo di perusahaan batubara PT Trimata Benua sebanyak 25 persen.

Gara-Gara Perintah Donald Trump, Arus Masuk Dana ke Obligasi Domestik Tersendat
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:02 WIB

Gara-Gara Perintah Donald Trump, Arus Masuk Dana ke Obligasi Domestik Tersendat

Peluang pemangkasan suku bunga acuan alias BI rate dapat mendukung valuasi yield obligasi domestik. 

Bank Indonesia Siap Borong SBN di Pasar Sekunder
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:00 WIB

Bank Indonesia Siap Borong SBN di Pasar Sekunder

Langkah borong SBN oleh Bank Indonesia sebagai bentuk dukungan bank sentral terhadap program ekonomi pemerintah.

Indonesia Menawarkan Investasi Baterai Listrik
| Kamis, 23 Januari 2025 | 06:45 WIB

Indonesia Menawarkan Investasi Baterai Listrik

Pada September nanti Indonesia secara keseluruhan bisa memenuhi standar besar seperti Exponential Moving Average (EMA).

INDEKS BERITA

Terpopuler