Morgan Stanley menilai overweight portofolio Indonesia

Senin, 05 November 2018 | 05:00 WIB
Morgan Stanley menilai overweight portofolio Indonesia
[]
Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Morgan Stanley memberi rekomendasi overweight ke Indonesia. Itu berarti lembaga keuangan ini menyarankan kliennya untuk memperbesar bobot Indonesia dalam portofolio investasi mereka. Rekomendasi itulah yang turut membuat IHSG menguat belakangan ini.

Morgan Stanley Asia juga memandang positif langkah-langkah kebijakan pemerintah, baik secara moneter maupun fiskal. Dalam risetnya, Kamis (1/11), analis Morgan Stanley Asia Sean Gardiner menyebut, pertumbuhan positif juga tampak pada barang konsumsi dan pinjaman di tengah dinamika ekonomi global sepanjang tahun ini.

Morgan Stanley menilai saham sektor perbankan dan telekomunikasi menjadi yang paling diminati, sedangkan saham sektor material dan bahan baku tergolong underweight hingga tahun depan.

Saham perbankan dinilai bakal terdongkrak oleh pertumbuhan kredit yang positif, sementara saham telekomunikasi bangkit seiring berakhirnya perang tarif dan penggunaan data mobile yang makin tinggi.

Tak ketinggalan Morgan Stanley juga memprediksi saham-saham berkapitalisasi besar yang akan mengalami rebound hingga periode 2019. Mereka adalah PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).

Untuk saham middle caps, analis Morgan Stanley merekomendasikan saham PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON).

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, kenaikan maupun penurunan harga saham-saham tersebut tergantung pada kondisi pasar dan persepsi pelaku pasar.

"Di sisi lain, adanya pelaku pasar yang berorientasi jangka pendek juga turut mempengaruhi di mana mereka biasanya mencari momentum-momentum tertentu untuk ambil di harga bawah dan ketika naik di level tertentu akan profit taking," jelasnya, Minggu (4/11).

Lebih lanjut, dia bilang, dilihat dari potensi yang dimiliki emiten-emiten tersebut dibandingkan dengan harganya saat ini jelas masih rendah atau undervalue.

"Misalnya, saham EXCL yang harganya rendah karena secara sektor dianggap sedang turun dan kinerjanya juga mengalami perlambatan. Termasuk PWON yang dari sektor properti dianggap kinerjanya akan terpengaruh dengan pelemahan di sektor properti. Padahal belum tentu akan demikian," katanya.

Ia juga memandang sahamjuga terpengaruh oleh persepsi pelaku pasar. "Padahal belum tentu demikian karena harus dilihat dari kondisi internal setiap emiten," tambahnya.

Oleh sebab itu Reza merekomendasikan mengoleksi saham-saham berkapitalisasi pasar besar.

Ia bilang target harga moderat untuk saham-saham tersebut pada 2019 nanti diprediksi naik 15% dari harga saat ini, sedangkan untuk EXCL diperkirakan naik 9-10%.

"Target harga ini disesuaikan dengan kondisi pasar. Apalagi tahun politik, maka para pelaku pasar akan cenderung wait and see sambil cari momentum yang pas untuk masuk dengan memanfaatkan berita-berita yang ada," imbuhnya.

Bagikan

Berita Terbaru

KPK Sidik Kasus Dugaan Korupsi Pengadaan EDC di BRI (BBRI), ini Profil Mitra BRI
| Senin, 30 Juni 2025 | 11:26 WIB

KPK Sidik Kasus Dugaan Korupsi Pengadaan EDC di BRI (BBRI), ini Profil Mitra BRI

Juru Bicara KPK Budi Prasetyo saat dikonfirmasi KONTAN mengenai keberadaan PCS mengatakan, pihaknya masih menyidik kasus tersebut.

Profit 26,3% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Susut (30 Juni 2025)
| Senin, 30 Juni 2025 | 09:02 WIB

Profit 26,3% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Susut (30 Juni 2025)

Harga emas Antam hari ini (30 Juni 2025) Rp 1.880.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 26,3% jika menjual hari ini.

Neraca Perdagangan Berpotensi Kembali Mencetak Surplus Besar
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:51 WIB

Neraca Perdagangan Berpotensi Kembali Mencetak Surplus Besar

Kinerja ekspor pada bulan Mei diperkirakan meningkat akibat normalisasi setelah liburhari raya pada April lalu

Tantangan Berat Para Pengelola Dana Investasi
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:51 WIB

Tantangan Berat Para Pengelola Dana Investasi

Hanya MI dengan permodalan kuat yang mampu mendanai pengembangan ini, memperkuat prinsip Pareto (20/80) dan survival of the fittest.

Harga Pangan Bisa Picu Inflasi Juni
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:40 WIB

Harga Pangan Bisa Picu Inflasi Juni

Inflasi kelompok harga bergejolak diperkirakan meningkat, terutama disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas pangan

Sisa Anggaran Pemerintah Cetak Rekor Tertinggi
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:32 WIB

Sisa Anggaran Pemerintah Cetak Rekor Tertinggi

Sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA) dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) per akhir Mei 2025 melampaui Rp 300 triliun

Mengawal Harga Beras
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:05 WIB

Mengawal Harga Beras

Pemerintah perlu mengawal harga beras yang masih di atas harga eceran tertinggi (HET) agar tidak menimbulkan gejolak di publik.

Terjebak Dalam Demokrasi Konsumtif
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:00 WIB

Terjebak Dalam Demokrasi Konsumtif

Relasi negara dengan masyarakatnya adalah sebuah modal yang penting untuk membangun demokrasi berkualitas.​

Pelonggaran Moneter AS Bisa Kembali Mengangkat Bitcoin
| Senin, 30 Juni 2025 | 06:45 WIB

Pelonggaran Moneter AS Bisa Kembali Mengangkat Bitcoin

Berdasarkan data Coinmarketcap, BTC naik 6,16% dalam sepekan terakhir ke level US$ 108.158 pada Minggu (29/6).

Wamen Investasi dan Hilirisasi Memperkenalkan Terobosan Kemudahan Berusaha di OSS
| Senin, 30 Juni 2025 | 06:44 WIB

Wamen Investasi dan Hilirisasi Memperkenalkan Terobosan Kemudahan Berusaha di OSS

Fiktif positif diberlakukan sebagai terobosan reformasi birokrasi untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi layanan perizinan.

INDEKS BERITA

Terpopuler