Aset Holding BUMN Geothermal Mencapai Rp 57 Triliun, Menarik untuk IPO?
Rabu, 28 Juli 2021 | 06:00 WIB
Reporter:
Muhammad Julian |
Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pembentukan Holding BUMN Geothermal akan membuat aset panas bumi milik perusahaan pelat merah semakin membesar. Pada Agustus nanti, seluruh aset PLN Group dan PT Geo Dipa Energi akan beralih ke PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) sebagai pimpinan Holding BUMN Geothermal.
Dengan bergabungnya perusahaan panas bumi tersebut, maka aset Holding BUMN Geothermal akan semakin gendut dan menjadi yang terbesar di Indonesia.
Saat ini PGE mencatatkan aset Rp 35,98 triliun, PT PLN Gas and Geothermal (PLN G&G) Rp 16,4 triliun, serta PT Geo Dipa Energi Rp 4,75 triliun. Total aset dari ketiganya mencapai Rp 57,13 triliun.
Angka ini belum termasuk aset PT Indonesia Power yang belakangan akan masuk ke Holding BUMN Geothermal.
Hingga tahun 2030, mereka akan menggarap 20 sampai 30 proyek panas bumi. Masing-masing anggota holding menyiapkan dana belanja modal yang besar. PGE mengalokasikan belanja modal mencapai Rp 48 triliun, PLN Group Rp 28 triliun dan Geo Dipa Energi sebesar Rp 25 triliun.
Dengan belanja modal sebesar itu, maka nanti pada 2030 kapasitas pembangkit panas bumi Holding BUMN Geothermal akan menjadi 2.331 MW.
Saat ini PGE memiliki kapasitas PLTP sebesar 672 MW, PLN G&G 13 MW, dan Geo Dipa sebanyak 120 Megawatt (MW).
Senior Vice President Downstream, Gas, Power, NRE Business Development & Portofolio PT Pertamina, Aris Mulya Azof mengatakan, Pertamina masih mempunyai banyak wilayah kerja panas bumi. Untuk itu, mereka menargetkan bisa mengerek kapasitas Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) dari semula 672 MW menjadi 1.128 Mega MW pada tahun 2026.
“Pertamina sudah cukup lama mempunyai keahlian dan kemampuan di bidang panas bumi dan kami juga mempunyai banyak wilayah kerja panas bumi,” kata Aris dalam dalam acara Green Summit 2021 yang disiarkan virtual, kemarin.
Program pengembangan panas bumi ini merupakan salah satu bagian dari rencana jangka panjang pengembangan energi baru terbarukan (EBT) Pertamina. Mereka sudah mengalokasikan kurang lebih 9% dari total capital expenditure tahun 2020-2024.
Alokasi capex sekitar 9% tersebut setara US$ 8 miliar. “Saat ini dari nilai tersebut kalau kami benchmark dengan perusahaan energi sejenis, maka masih di atas rata-rata, di mana rata-rata capex perusahaan energi sejenis (untuk pengembangan EBT) sebesar 4,3%,” kata Aris.
Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia Toto Pranoto bilang, rencana pembentukan holding panas bumi berpotensi membuat kekuatan PGE menjadi semakin besar. Pembentukan holding ini juga diharapkan bisa meningkatkan efisiensi dan produktivitas. “PGE menjadi kandidat terkuat karena mereka BUMN pengelola PLTP terbesar di antara yang lainnya,” kata dia, kemarin.
Meski begitu, Toto menilai ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan holding. Dalam hal hubungan antara PGE dan PLN, PGE dinilai harus bisa mengembangkan hubungan yang harmonis dengan PLN secara win-win. "Tapi kalau Geo Dipa menjadi anak usaha, apakah masih bisa menjadi operator?" ujar dia.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.