Batal Belanja

Selasa, 26 November 2024 | 06:17 WIB
Batal Belanja
[ILUSTRASI. Jurnalis KONTAN Wahyu Tri Rahmawati. (Ilustrasi KONTAN/Steve GA)]
Wahyu Tri Rahmawati | Senior Editor

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang akhir tahun ini, Indonesia ramai dengan Pilkada yang akan berlangsung esok. Pilkada digadang-gadang bisa mengerek tingkat konsumsi masyarakat menjelang akhir tahun yang biasanya juga lebih tinggi. 

Tapi prediksi pertumbuhan ekonomi kuartal keempat tahun ini dari sejumlah ekonomi justru lebih rendah ketimbang kuartal keempat tahun lalu. Satu momok yang mengadang konsumsi masyarakat yang akhirnya berdampak ke pertumbuhan masyarakat adalah rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di awal tahun depan. 

Biasanya, produsen akan melanjutkan biaya PPN ini ke produk akhir. Artinya konsumen yang pada akhirnya akan membayar lebih untuk mendapatkan barang.

Memang, kenaikan PPN dari 11% menjadi 12% ini masih rencana dan baru berlaku awal tahun 2025. Tetapi dampak rencana ini bisa jadi sudah terasa. Mari melongok sejarah dari Jepang. 

Pada 2013, mendiang Perdana Menteri Shinzo Abe mengungkapkan rencana kenaikan PPN  sebanyak dua kali, yakni pada 2014 dan 2017. Sebelum kenaikan PPN berlaku, tingkat konsumsi masyarakat Jepang turun 4% menurut salah satu penelitian yang ditulis tahun 2016. Pada saat PPN berlaku, tingkat konsumsi turun lagi 1%.

Penurunan yang lebih kecil ini tercatat karena daya beli sudah jauh turun. Akhirnya, pemerintah Jepang menunda kenaikan PPN kedua dari 2017 menjadi tahun 2019 karena daya beli yang makin lunglai.

Kenaikan PPN di Jepang waktu itu dipandang perlu karena postur fiskal yang berantakan dengan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) lebih dari 200%. Bagaimana dengan Indonesia? 

Rasio utang terhadap PDB Indonesia akhir tahun ini diprediksi mencapai 38,7%. Angka ini masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata Asia Pasifik sebesar 86,8%. Jadi rasanya kenaikan PPN kok belum mendesak.

Bagi banyak orang, utang Indonesia dipandang berbahaya dan terus meningkat. Tapi ketika pemerintah perlu duit segera untuk hajatan besar seperti Makan Bergizi Gratis, kenaikan PPN belum tentu menjadi senjata yang ampuh.

Tak cuma makan gratis, pembengkakan anggaran juga berpotensi terjadi dengan jumlah kabinet yang besar. Jadi penghematan anggaran per kementerian pun belum tentu terasa bagi APBN.

Jadi apakah janji kampanye Prabowo Subianto akhirnya harus ditanggung oleh rakyat juga?

Selanjutnya: Mulai Menghijau, Tapi Tetap Pasang Mode Waspada, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Bagikan

Berita Terbaru

Credit Agricole Hingga FMR Rajin Borong, Begini Prospek dan Rekomendasi Saham BBCA
| Selasa, 26 November 2024 | 08:05 WIB

Credit Agricole Hingga FMR Rajin Borong, Begini Prospek dan Rekomendasi Saham BBCA

Perdagangan saham BBCA oleh investor asing institusi sepanjang pekan lalu didominasi oleh transaksi beli.

ABM Investama (ABMM) Akuisisi Entitas Anak Usaha Citra Tubindo (CTBN)
| Selasa, 26 November 2024 | 08:00 WIB

ABM Investama (ABMM) Akuisisi Entitas Anak Usaha Citra Tubindo (CTBN)

Pada 21 November 2024, PT Cipta Krida Bahari (CKB) telah melakukan penandatanganan perjanjian pengikatan jual beli saham (PPJB) dengan CTBN.

Delta Dunia Makmur (DOID) Akuisisi Tambang Batubara di Australia
| Selasa, 26 November 2024 | 07:55 WIB

Delta Dunia Makmur (DOID) Akuisisi Tambang Batubara di Australia

Aksi ini memberikan BUMA International kepemilikan pengendali atas salah satu tambang batubara metalurgi terbesar di Australia.​

Jelang Tutup Tahun 2024, Korporasi Gencar Berburu Dana
| Selasa, 26 November 2024 | 07:50 WIB

Jelang Tutup Tahun 2024, Korporasi Gencar Berburu Dana

Tak hanya lewat perbankan, emiten juga gencar menjaring dana lewat pasar modal dan penerbitan obligasi.

Tarif PPN Naik, Pasar Properti Bisa Menukik
| Selasa, 26 November 2024 | 07:50 WIB

Tarif PPN Naik, Pasar Properti Bisa Menukik

Kenaikan PPN menjadi 12% di awal tahun depan bakal memicu kenaikan harga rumah, sehingga penjualan properti dipastikan menurun.

Gelar IPO, MR DIY Siap Ekspansi Bisnis
| Selasa, 26 November 2024 | 07:38 WIB

Gelar IPO, MR DIY Siap Ekspansi Bisnis

Langkah MR DIY menggelar IPO sebagai langkah strategis mempercepat ekspansi dan memperkuat posisi di industri ritel berbasis non-grocery. 

Keyakinan Konsumen Jadi Tantangan Emiten Konsumer
| Selasa, 26 November 2024 | 07:32 WIB

Keyakinan Konsumen Jadi Tantangan Emiten Konsumer

Pelemahan daya beli konsumen di Tanah Air ​terus menghantui prospek kinerja dan saham emiten konsumer.

Fokus Bisnis Berkelanjutan, Saham Emiten Makin Menawan
| Selasa, 26 November 2024 | 07:23 WIB

Fokus Bisnis Berkelanjutan, Saham Emiten Makin Menawan

Sejalan makin maraknya emiten fokus ke bisnis  hijau, kinerja indeks Sri Kehati terus melaju positif. 

Antisipasi Trump, Eksportir Cari Pasar Alternatif
| Selasa, 26 November 2024 | 07:15 WIB

Antisipasi Trump, Eksportir Cari Pasar Alternatif

Eksportir mulai menyusun langkah strategis dalam menghadapi kebijakan proteksionisme Trump yang berencana menaikkan pajak impor.

BEI Tengah MengKaji Revisi Persyaratan Keuangan Perusahaan yang akan IPO
| Selasa, 26 November 2024 | 07:12 WIB

BEI Tengah MengKaji Revisi Persyaratan Keuangan Perusahaan yang akan IPO

Bursa Efek Indonesia (BEI) mengkaji persyaratan IPO secara keseluruhan, salah satunya terkait kriteria finansial. 

INDEKS BERITA

Terpopuler