Bursa New York Memulai Proses Penghapusan Efek dari Tiga Emiten Telko Asal China

Sabtu, 02 Januari 2021 | 13:04 WIB
Bursa New York Memulai Proses Penghapusan Efek dari Tiga Emiten Telko Asal China
[ILUSTRASI. Bursa efek New York, 24 November 2020. REUTERS/Brendan McDermid]
Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Bursa efek New York (NYSE) memulai proses penghapusan sekuritas tiga perusahaan telekomunikasi China, setelah Pemerintah Amerika Serikat (AS) mempertegas larangan investasi di perusahaan-perusahaan Tiongkok yang menurut Washington dimiliki atau dikendalikan oleh militer negeri tersebut.

Dalam situs resminya, NYSE mengumumkan langkah-langkah penghapusan, yang di antaranya berupa pembatasan akses investor AS ke efek-efek milik perusahaan Tiongkok. Penyedia indeks global MSCI Inc, Indeks S&P Dow Jones dan FTSE Russell dan Nasdaq juga akan menghapus berbagai perusahaan China dari indeks mereka.

“Ini langkah yang sederhana, tetapi setidaknya memicu kesadaran tentang pentingnya keamanan nasional dan risiko yang terkait hak asasi manusia", kata Roger Robinson, mantan pejabat Gedung Putih yang mendukung pembatasan akses China ke investor AS.

Baca Juga: AS Menegaskan Larangan Investasi di Perusahaan yang Terkait dengan Militer China

NYSE menyatakan China Telecom Corporation Limited, China Mobile Limited, dan China Unicom (Hong Kong) Limited, tidak lagi sesuai untuk dicatatkan di papan perdagangan.  Delisting itu sesuai dengan perintah Pemerintah AS yang melarang transaksi apa pun di sekuritas "yang dirancang untuk memberikan eksposur investasi pada sekuritas tersebut, dari setiap perusahaan militer Tiongkok, oleh setiap warga negara AS.

Perintah eksekutif yang diterbitkan Presiden Donald Trump bulan November lalu itu, memberikan gigi pada undang-undang tahun 1999 yang mengamanatkan bahwa Departemen Pertahanan menyusun daftar perusahaan militer China. Pentagon, yang hanya memenuhi mandat tahun ini, sejauh ini telah menunjuk 35 perusahaan, termasuk perusahaan minyak CNOOC Ltd dan pembuat chip top China, Semiconductor Manufacturing International Corp.

China telah mengutuk larangan itu. Sedang para pengelola dana mengatakan perintah itu membuka peluang bagi investor non-AS untuk menampung saham-saham di harga yang murah.

NYSE mengatakan akan menghentikan perdagangan saham pada 7 Januari atau 11 Januari. Emiten memiliki hak untuk meninjau kembali keputusan tersebut. Setiap perusahaan telekomunikasi yang disebutkan oleh NYSE juga tercatat di bursa Hong Kong.

China Telecom juga mendapat tekanan dari Komisi Komunikasi Federal AS (FCC). Awal Desember ini, komisi itu menyatakan, telah memulai proses pencabutan izin China Telecom untuk beroperasi di Negeri Paman Sam.

Perusahaan tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar pada hari libur umum di China.

Baca Juga: Presiden Donald Trump larang perusahaan AS investasi di 31 perusahaan China

Hubungan antara Washington dan Beijing semakin panas selama setahun terakhir yang dipicu, setidaknya tiga isyu. Dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu berselisih tentang penanganan wabah virus korona oleh Beijing, penerapan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong dan meningkatnya ketegangan di Laut Cina Selatan.

Presiden Trump juga meneken undang-undang bulan lalu yang akan mengeluarkan perusahaan China dari bursa saham AS kecuali mereka mematuhi standar audit Amerika. Pelaku pasar mengatakan ini akan menguatkan minat perusahaan China yang sudah terdaftar di pasar keuangan AS, untuk pindah ke bursa Hong Kong.

Selanjutnya: Salim Ivomas (SIMP) Suntik Modal Rp 806,90 Miliar Untuk Topang Keuangan Anak Usahanya

 

Bagikan

Berita Terbaru

Proses Tender FEED Masela Tuntas, Tunggu Pemenang
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 06:11 WIB

Proses Tender FEED Masela Tuntas, Tunggu Pemenang

Proyek LNG Abadi yang dikembangkan Inpex melalui anak usahanya, Inpex Masela Ltd, merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN).

PANR Meraup Pendapatan Rp 1,8 Triliun di Semester I
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 06:09 WIB

PANR Meraup Pendapatan Rp 1,8 Triliun di Semester I

Salah satu pencapaian positif Panorama adalah berhasil menekan beban bunga dengan memangkas utang bank 67%,

Pemerintah Umumkan Besaran Bea Keluar Batubara dan Emas Bulan Ini
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 06:04 WIB

Pemerintah Umumkan Besaran Bea Keluar Batubara dan Emas Bulan Ini

Pemerintah bersama DPR sepakat, ada pengenaan bea keluar bagi batubara dan emas yang akan berlaku mulai 2026

Berharap Lebih Mulus dari Stimulus yang Berlanjut
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 06:00 WIB

Berharap Lebih Mulus dari Stimulus yang Berlanjut

Pengusaha minta stimulus fiskal properti diperluas hingga produk menengah bawah, sehingga bisa meningkatkan penjualan

Anak Sopir Taksi Jadi Presdir
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 05:54 WIB

Anak Sopir Taksi Jadi Presdir

Perjalanan karier Sumardi dari keluarga yang sempat bangkrut hingga menduduki kursi Presiden Direktur VICI

Bisnis Kepercayaan
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 04:22 WIB

Bisnis Kepercayaan

PPATK harus membuktikan jutaan rekening nganggur itu benar-benar ada tindakan pidananya agar publik tidak panik.

Trimitra Trans Persada Tbk (BLOG) Menadah Cuan di Bisnis Logistik
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 04:22 WIB

Trimitra Trans Persada Tbk (BLOG) Menadah Cuan di Bisnis Logistik

Menilik prospek dan strategi bisnis PT Trimitra Trans Persada Tbk (BLOG) setelah menjadi perusahaan publik di BEI

Reksadana Berisiko Rendah Masih Diminati
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 04:22 WIB

Reksadana Berisiko Rendah Masih Diminati

Hingga separuh tahun 2025, kinerja reksadana masih diwarnai oleh dinamika siklus pasar dan kekuatan fundamental jangka panjang

Rupiah Selama Sepekan Tertekan Otot Dolar AS
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 04:22 WIB

Rupiah Selama Sepekan Tertekan Otot Dolar AS

Melansir data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp 16.513 per dolar AS, melemah 0,35% pada Jumat (1/8), dibanding penutupan hari sebelumnya. 

Pameran Jadi Ladang Pengharapan Leasing
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 04:21 WIB

Pameran Jadi Ladang Pengharapan Leasing

Multifinance menggantungkan harapan pada gelaran pameran otomotif untuk mengucurkan pembiayaan saat pasar melambat.

INDEKS BERITA

Terpopuler