Butuh Insentif Bukan Disinsentif

Minggu, 29 Desember 2024 | 03:36 WIB
Butuh Insentif Bukan Disinsentif
[ILUSTRASI. TAJUK - Khomarul Hidayat]
Khomarul Hidayat | Redaktur Pelaksana

Tahun 2024 berlalu. Tahun yang cukup menantang karena merupakan tahun pemilu dan pergantian pemerintahan. Syukurlah, kita bisa melewati tahun politik tanpa gejolak berarti.

Pemilu dan transisis kekuasaan berjalan adem ayem, membuat ekonomi Indonesia tak bergolak. Tapi juga tak banyak membantu mengangkat ekonomi kita. Ekonomi Indonesia tetap saja stagnan, malah sedikit melambat di kuartal III 2024.Di tahun 2025, prospek ekonomi sepertinya lebih cerah. Berbagai prediksi menyebut ekonomi Indonesia tumbuh lebih tinggi meski masih tak jauh-jauh dari level 5%.

Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), semisal, memperkirakan, ekonomi Indonesia tahun 2025 akan tumbuh 5,2%, lebih tinggi dari tahun 2024 yang diprediksi tumbuh 5,1%.

Proyeksi Bank Dunia sedikit lebih rendah. Yakni 5,1% di 2025, walau masih lebih tinggi dari prediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2024 sebesar 5%. Kabar baiknya, ekonomi global diperkirakan meningkat meski menghadapi tantangan yang signifikan. OECD meramalkan pertumbuhan PDB global sebesar 3,3% pada tahun 2025, naik dari 3,2% tahun 2024, lalu akan tumbuh 3,3% pada 2026.

Baca Juga: Uang Saya, Masalah Anda

Namun, itu baru prediksi di atas kertas. Sebab, sejumlah masalah yang potensial mengganjal ekonomi Indonesia masih membayangi.

Daya beli yang melemah, penurunan jumlah kelas menengah, maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah sekian masalah yang masih bisa jadi ganjalan ke depan. Pertama, soal penurunan daya beli yang bisa terbaca dari deflasi berkepanjangan di 2024. Dan ini terkonfirmasi dari pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2024 yang melambat menjadi 4,95%. Sebagai gambaran, di kuartal III 2024 lalu, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,91% year on year dan menyumbang 53,08% pertumbuhan ekonomi nasional.

Sumbangan konsumsi rumah tangga itu melambat dari kuartal II 2024 yang berandil 54,54% ke pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan 4,93%. Pelambatan mengonfirmasi bahwa penurunan daya beli memang telah menekan konsumsi rumah tangga.

Pelemahan daya beli ini bisa berlanjut seiring keputusan pemerintah menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% mulai awal Januari 2025.

Kedua, turunnya jumlah kelas menengah Indonesia. Merujuk laporan LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, populasi kelas menengah pada 2023 mencapai 52 juta jiwa dan mewakili 18,8% dari total populasi. Kelas menengah ini menyumbang 36,8% konsumsi rumah tangga di Indonesia. Turun dibandingkan 2018 atau sebelum pandemi yang mencapai 41,9%.

Mengingat porsinya yang besar ke konsumsi rumah tangga, menyusutnya jumlah kelas menengah jelas akan berpengaruh ke pertumbuhan ekonomi. Apalagi, kelas menengah juga jadi andalan mendulang setoran pendapatan negara dari pajak penghasilan, PPN dan berbagai pungutan lain. Kenaikan tarif pajak dan sejumlah tarif lain berpotensi bakal makin menggerus populasi kelas menengah ini.

Baca Juga: Menyoroti Tata Kelola di Negeri Rawan Bencana

Ketiga, PHK yang makin marak. Menurut hitungan Kementerian Ketenagakerjaan, telah ada sekitar 80.000 pekerja/buruh yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) sejak Januari sampai awal Desember tahun 2024. Padahal, masih ada beberapa perusahaan yang terancam karena pailit, seperti Sritex. Jadi, tren PHK berpotensi masih berlanjut

Sejumlah masalah itu harusnya jadi cermin pemerintah untuk menentukan kebijakan ekonomi yang lebih realistis dan tidak memaksakan menerapkan kebijakan ekonomi yang membebani. Kebijakan insentif fiskal lebih dikedepankan. Bukan disinsentif dengan menaikkan tarif pajak yang malah membuat daya beli masyarakat terpukul lagi.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Incar Dana IPO Rp 100 Miliar, ASPR Tambah Daftar Panjang Emiten Kemasan di BEI
| Selasa, 24 Juni 2025 | 16:37 WIB

Incar Dana IPO Rp 100 Miliar, ASPR Tambah Daftar Panjang Emiten Kemasan di BEI

PT Asia Pramulia Tbk (ASPR).menyodorkan harga penawaran awal saham perdana di kisaran Rp 118-Rp 124 per saham

Cari Dana Untuk Beli Aset Milik Dirut dan Masuk Bisnis Air Minum, PMUI Gelar IPO
| Selasa, 24 Juni 2025 | 13:44 WIB

Cari Dana Untuk Beli Aset Milik Dirut dan Masuk Bisnis Air Minum, PMUI Gelar IPO

PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk (PMUI) merupakan pengendali PT Graha Prima Mentari Tbk (GRPM) yang IPO pada Juli 2023.

Modal Asing Keluar, Rupiah Berpotensi Tertekan
| Selasa, 24 Juni 2025 | 09:49 WIB

Modal Asing Keluar, Rupiah Berpotensi Tertekan

Pada dasarnya rupiah tertekan insiden Timur Tengah. Penutupan Selat Hormuz  berisiko mendisrupsi rantai pasok global, terutama komoditas energi.

Dampak Rudal Donald Trump ke Iran Masih Berpotensi Bikin IHSG Tertekan
| Selasa, 24 Juni 2025 | 09:05 WIB

Dampak Rudal Donald Trump ke Iran Masih Berpotensi Bikin IHSG Tertekan

Sentimen masih  kekhawatiran investor terkait eskalasi konflik Timur-Tengah setelah keputusan Trump menyerang tiga lokasi fasilitas nuklir Iran

Ekspor Jasa Digital: Dari Komoditas ke Kreativitas
| Selasa, 24 Juni 2025 | 09:00 WIB

Ekspor Jasa Digital: Dari Komoditas ke Kreativitas

Kita tidak bisa berharap mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi jika terus bergantung pada ekspor berbasis sumber daya alam.

Lam Kong, Taipan Asal China Kembali Memboyong Afiliasi Bisnisnya IPO di BEI
| Selasa, 24 Juni 2025 | 08:49 WIB

Lam Kong, Taipan Asal China Kembali Memboyong Afiliasi Bisnisnya IPO di BEI

Emiten terafiliasi Lam Kong yang sebelumnya telah melantai di BEI adalah PT UBC Medical Indonesia Tbk (LABS).

Profit 30,59% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Menyusut (24 Juni 2025)
| Selasa, 24 Juni 2025 | 08:48 WIB

Profit 30,59% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Menyusut (24 Juni 2025)

Harga emas Antam hari ini (24 Juni 2025) Rp 1.942.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 30,59% jika menjual hari ini.

BBM dan Listrik
| Selasa, 24 Juni 2025 | 08:46 WIB

BBM dan Listrik

Kenaikan harga BBM semestinya menjadi momentum bagi banyak orang untuk mempertimbangkan kendaraan listrik sebagai alternatif.

Perusahaan Logistik Djoko Susanto (BLOG) Akan IPO, Rajin Bagi Dividen Sejak 2022
| Selasa, 24 Juni 2025 | 08:31 WIB

Perusahaan Logistik Djoko Susanto (BLOG) Akan IPO, Rajin Bagi Dividen Sejak 2022

Sepanjang ribuan gerai Alfamart dan Alfamidi masih buka, sejauh itu pula bisnis BLOG bakal terus berjalan.

Pancaran Samudera (PSAT) IPO, Mayoritas Dana Untuk Beli Kapal dari Afiliasi
| Selasa, 24 Juni 2025 | 07:51 WIB

Pancaran Samudera (PSAT) IPO, Mayoritas Dana Untuk Beli Kapal dari Afiliasi

Untuk pengangkutan batubara, pesaing utama PSAT adalah PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) dan PT IMC Pelita Logistik Tbk (PSSI).

INDEKS BERITA

Terpopuler