Menyoroti Tata Kelola di Negeri Rawan Bencana

Sabtu, 14 Desember 2024 | 04:02 WIB
 Menyoroti Tata Kelola di Negeri Rawan Bencana
[ILUSTRASI. TAJUK - Sandy Baskoro]
Sandy Baskoro | Redaktur Pelaksana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Sudah selayaknya program penanggulangan bencana masuk dalam prioritas utama pemerintah saban tahun. Ada sederet argumentasi untuk mendukung pernyataan itu. Satu alasan utama yang kita mafhum, Indonesia adalah negeri yang akrab dengan aneka bencana. 

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, di periode 1 Januari hingga 13 Desember 2024, terdapat 1.942 bencana di Indonesia.

Perinciannya, 976 banjir, 420 cuaca ekstrem, 120 tanah longsor, 336 kebakaran hutan dan lahan, 13 gelombang pasang dan abrasi, 18 gempa bumi, 54 kekeringan serta 5 erupsi gunung api. Bencana tersebut menimbulkan korban jiwa dan harta benda.

Baca Juga: Pemerintah Pastikan PPN 12% Berlaku Awal 2025

Masih di periode yang sama, BNPB mencatat bencana alam di Indonesia mengakibatkan 469 orang meninggal dunia, 58 orang hilang, 1.157 luka-luka serta 5,64 juta orang mengungsi.

Bencana alam juga merusak 61.554 unit rumah dan 949 fasilitas publik meliputi sarana pendidikan, rumah ibadah dan fasilitas layanan kesehatan.

Pada kasus teranyar di awal Desember, bencana alam melanda 39 kecamatan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Akibat tanah longsor, banjir, angin kencang hingga pergerakan tanah, lebih dari 13.000 warga setempat mengungsi.

Baca Juga: Barang Mewah Pun Tak Kebal Tekanan Ekonomi

Indonesia memang menjadi salah satu negara dengan tingkat kerawanan bencana tertinggi di dunia. Berdasarkan data World Risk Report 2024, Indonesia berada di peringkat kedua dari 193 negara yang masuk penilaian. Indonesia mencatatkan indeks 41,13, di bawah Filipina yang berada di posisi puncak dengan mencatatkan indeks 46,91. World Risk Report dirilis oleh Bündnis Entwicklung Hilft, aliansi sembilan organisasi kemanusiaan yang berbasis di Jerman.

Ada lima parameter penilaian World Risk Index (WRI), yakni paparan (exposure), kerentanan (vulnerability), kerawanan (susceptibility), kurangnya kapasitas dalam mengatasi bencana (lack of coping capacities) serta kurangnya kapasitas adaptif (lack of adaptive capacities)

Tak ada cara lain, pemerintah mesti segera berbenah. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berintegritas perlu disiapkan untuk menanggulangi bencana, termasuk pemulihan pasca bencana.

Baca Juga: Penerbitan Obligasi Perbankan Bakal Semarak Tahun Depan

Lantaran sudah langganan bencana, pemerintah harus melipatgandakan dana bersama penanggulangan bencana (pooling fund bencana). Dalam jangka panjang, pemerintah perlu mendorong keterlibatan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan kebencanaan di sekolah harus dirancang sejak usia din

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Mencari Investasi ESG Menarik saat Pasar Lesu
| Senin, 30 Juni 2025 | 13:37 WIB

Mencari Investasi ESG Menarik saat Pasar Lesu

Indikator instrumen investasi bertema ESG masih merah. Dari saham, reksadana, dan obligasi, apa pilihan menarik bagi investor saat ini?

KPK Sidik Kasus Dugaan Korupsi Pengadaan EDC di BRI (BBRI), ini Profil Mitra BRI
| Senin, 30 Juni 2025 | 11:26 WIB

KPK Sidik Kasus Dugaan Korupsi Pengadaan EDC di BRI (BBRI), ini Profil Mitra BRI

Juru Bicara KPK Budi Prasetyo saat dikonfirmasi KONTAN mengenai keberadaan PCS mengatakan, pihaknya masih menyidik kasus tersebut.

Profit 26,3% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Susut (30 Juni 2025)
| Senin, 30 Juni 2025 | 09:02 WIB

Profit 26,3% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Susut (30 Juni 2025)

Harga emas Antam hari ini (30 Juni 2025) Rp 1.880.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 26,3% jika menjual hari ini.

Neraca Perdagangan Berpotensi Kembali Mencetak Surplus Besar
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:51 WIB

Neraca Perdagangan Berpotensi Kembali Mencetak Surplus Besar

Kinerja ekspor pada bulan Mei diperkirakan meningkat akibat normalisasi setelah liburhari raya pada April lalu

Tantangan Berat Para Pengelola Dana Investasi
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:51 WIB

Tantangan Berat Para Pengelola Dana Investasi

Hanya MI dengan permodalan kuat yang mampu mendanai pengembangan ini, memperkuat prinsip Pareto (20/80) dan survival of the fittest.

Harga Pangan Bisa Picu Inflasi Juni
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:40 WIB

Harga Pangan Bisa Picu Inflasi Juni

Inflasi kelompok harga bergejolak diperkirakan meningkat, terutama disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas pangan

Sisa Anggaran Pemerintah Cetak Rekor Tertinggi
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:32 WIB

Sisa Anggaran Pemerintah Cetak Rekor Tertinggi

Sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA) dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) per akhir Mei 2025 melampaui Rp 300 triliun

Mengawal Harga Beras
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:05 WIB

Mengawal Harga Beras

Pemerintah perlu mengawal harga beras yang masih di atas harga eceran tertinggi (HET) agar tidak menimbulkan gejolak di publik.

Terjebak Dalam Demokrasi Konsumtif
| Senin, 30 Juni 2025 | 07:00 WIB

Terjebak Dalam Demokrasi Konsumtif

Relasi negara dengan masyarakatnya adalah sebuah modal yang penting untuk membangun demokrasi berkualitas.​

Pelonggaran Moneter AS Bisa Kembali Mengangkat Bitcoin
| Senin, 30 Juni 2025 | 06:45 WIB

Pelonggaran Moneter AS Bisa Kembali Mengangkat Bitcoin

Berdasarkan data Coinmarketcap, BTC naik 6,16% dalam sepekan terakhir ke level US$ 108.158 pada Minggu (29/6).

INDEKS BERITA

Terpopuler