CEO Fourtis, Yasa Singgih: Memulai Investasi dari Sejak SMA

Sabtu, 02 Juli 2022 | 04:55 WIB
CEO Fourtis, Yasa Singgih: Memulai Investasi dari Sejak SMA
[]
Reporter: Yuliana Hema | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perjuangan Yasa Singgih membangun bisnis sepatu dengan merek Republic menjadi pelajaran berharga saat ia berinvestasi. Pria yang saat ini menjabat sebagai CEO PT Fortius Distribution Indonesia ini lebih memilih investasi yang konvensional. 

Yasa mengenang, ia mulai berinvestasi saat masih duduk di bangku SMA. Di saat masih berusia 16 tahun, ia membeli instrumen investasi pertamanya, yaitu emas yang ia beli lewat Pegadaian. 

Pemilik bisnis sepatu yang semula bermerek Men's Republic ini mengaku memilih emas setelah mendapat informasi dari buku. Menurut buku yang dia baca, emas punya nilai cenderung stabil bahkan meningkat dibandingkan memegang uang. 

Baca Juga: Hebat, 17 anak muda Indonesia masuk "Forbes"

"Katanya emas itu dari beberapa ratus tahun lalu sampai saat ini nilainya sama, berbeda dengan nilai uang yang turun, jadi aku mulai investasi emas," kenang Yasa. Sambil membesarkan bisnis sepatunya, ia menyisihkan keuntungan untuk membeli emas. Setelah satu sampai dua tahun mengoleksi emas, Yasa memantapkan diri untuk membeli properti. 

Jenis properti yang dibeli kala itu adalah tanah. Hasil investasi ini tergolong sukses dan menjadi investasi pertama Yasa yang menghasilkan cuan. Dia menuturkan, dalam kurun waktu satu hingga dua tahun, harga tanahnya sudah naik dua kali lipat. 

Lalu pada umur 19 tahun, pria kelahiran 1995 ini, pertama kali membeli rumah untuk investasi. Sayangnya, investasi ini tidak berjalan mulus, lantaran harga jualnya tidak naik. 

Meski begitu, Yasa tidak kapok dalam berinvestasi properti. Saat ini dia juga memiliki satu rumah lainnya. Walaupun belum dijual, nilai jual aset rumah kedua Yasa ini sudah bertumbuh. Dari situ, dia memetik pelajaran, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat memilih aset properti untuk dijadikan investasi. 

"Sekarang kalau mau beli properti lagi, aku menganalisa apakah daerah ini akan hidup. Jadi tak sekadar melihat harga murah, tapi lebih apakah developer bisa menghidupkan suasana di sekitarnya," ujar Yasa. 

Baca Juga: Peruri gelar webinar literasi keuangan dan digitalisasi untuk UMKM

Yasa mengaku pernah berhenti berinvestasi karena fokus untuk mengembangkan bisnis. Dia bilang, semua uangnya selalu diputar untuk mendorong pertumbuhan bisnisnya. 

Investasi saham

Sampai pada 2019, Yasa mulai melirik investasi saham. Dia mengaku, pertama kali berinvestasi saham, ia cuma mengandalkan feeling dan asal-asalan. 

Yasa mengenang saat pertama berinvestasi di saham, ia justru memilih saham dengan volatilitas tinggi. Namun dia bilang gaya investasi seperti itu tidak cocok buat dirinya, karena ia tidak punya waktu untuk mencermati pergerakan harga saham. 

Kini, pria yang tahun ini berusia 27 tahun ini menambatkan hatinya untuk fokus ke investasi pada saham-saham yang punya fundamental kokoh dan menerapkan value investing. Dia terbiasa untuk investasi dalam jangka waktu sekitar enam bulan sampai satu tahun. 

Baca Juga: OCBC NISP: Kekuatan ekonomi Indonesia 2020 ada pada generasi muda

Ada empat prinsip yang ia pegang dalam berinvestasi. Pertama, berusaha menyisihkan uang untuk investasi, bukan menunggu saat ada uang sisa. Kedua, punya mindset atau fokus pada compound interest, bukan menilai besaran nilai investasi. Ketiga, mulai dari langkah kecil dan tidak berfokus pada besar kecil nominal, tapi konsistensi. Keempat, punya aset investasi yang bisa buat tidur nyenyak dan makan enak. 

"Karena itu aku enggak masuk ke kripto dan NFT. Bukan berarti enggak benar, tapi kedua instrumen itu belum bisa membuat aku tidur nyenyak dan makan enak, jadi aku masih fokus ke saham," jelas Yasa. 

Tak hanya itu, Yasa juga gemar berinvestasi di bisnis secara langsung. Investasi ini sudah dilakukan sejak tiga tahun lalu. Dia kini memiliki dua UMKM. Menurut dia, investasi di bisnis juga bisa membuat roda ekonomi berputar, karena bisa membuka lapangan kerja. 

Pria yang masuk daftar 30 Under 30 Young Leaders and Entrepreneurs in Asia di periode 2016 ini mengaku, saat berinvestasi di bisnis atau UMKM lebih banyak rugi dan gagal. Toh, dia merasa senang karena bisa berproses bersama seiring pertumbuhan bisnis yang diinvestasikan. Kini posisi investasi Yasa 50% di properti, 40% saham dan 10% emas. 

Baca Juga: Pebisnis startup tetap butuh tempat usaha

Mulai Mengembangkan Bisnis Baru 

Menjadi pebisnis dari usia belia membuat Yasa Singgih lebih fokus membesarkan bisnis ketimbang bersenang-senang. Apalagi, bisnis yang dijalani tak selalu berjalan mulus. Brand sepatu Men's Republic yang sempat menguntungkan baginya pun pernah harus vakum karena pandemi .

Saat ini, brand baru miliknya ini berubah menjadi Republic dan tergabung dalam perusahaan holding yang berfokus untuk membesarkan brand lokal, terutama di segmen lifestyle, yakni PT Fortius Distribution. Yasa bercerita, Fortius dibentuk bersama rekannya, Wesley Yiu, untuk membuat sebuah holding pada 2020 yang menjalankan beberapa brand. 

Selain sepatu mereknya, Fortius juga punya skincare dengan brand Carrania dan agency marketing, Buzzle. "Ke depan kami mengharapkan Fortius bisa memegang 10 brand atau 15 brand. Misalnya, bisnis skincare, tas, parfum atau lainnya," jelas Yasa. 

Baca Juga: Global Student Entrepreneur Awards umumkan finalis terbaik

Kegiatan lain yang Yasa lakukan di sela-  kesibukannya membesarkan bisnis adalah membaca buku. Sejak kecil dia memang gemar membaca buku, termasuk juga buku tentang bisnis dan biografi. Yasa punya salah satu buku favorit, yaitu Good to Great, yang ditulis oleh Jim Collins. Dia bilang, buku ini merupakan salah satu buku bisnis terbaik versi dia. 

Tak hanya itu, Yasa juga menyukai buku biografi yang berjudul Shoe Dog. Buku tersebut mengisahkan perjalanan pendiri sepatu Nike yaitu Phil Knight. Buku ini punya kesamaan dengan perjalanan karier dan bisnisnya. 

     

Bagikan

Berita Terbaru

Selain Sawit Bisnis Kayu Grup Sampoerna Juga Dijual Karena Merugi, Fokus Filantropi
| Sabtu, 22 November 2025 | 18:24 WIB

Selain Sawit Bisnis Kayu Grup Sampoerna Juga Dijual Karena Merugi, Fokus Filantropi

Presiden Direktur Grup Sampoerna Bambang Sulistyo mengatakan pihaknya tetap berkomitmen untuk terus berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia.

Tren Masih Bullish, Saham Petrosea (PTRO) Kenaikannya Mulai Terbatas
| Sabtu, 22 November 2025 | 17:43 WIB

Tren Masih Bullish, Saham Petrosea (PTRO) Kenaikannya Mulai Terbatas

Kontrak kerja sama yang baru dikantonginya menjadi katalis terdekat bagi emiten terafiliasi konglomerat Prajogo Pangestu ini.

Likuidasi Stagnan & Edukasi Minim, Hal Ini yang Perlu Diperhatikan Investor Kripto
| Sabtu, 22 November 2025 | 17:18 WIB

Likuidasi Stagnan & Edukasi Minim, Hal Ini yang Perlu Diperhatikan Investor Kripto

Likuiditas yang flat ini membuat pasar juga berada dalam mode bearish, terutama bagi koin selain bitcoin.

Harga CPO Bikin Laba Melonjak, Prospek Kinerja dan Saham AALI di Q4 Bisa Menguat
| Sabtu, 22 November 2025 | 11:00 WIB

Harga CPO Bikin Laba Melonjak, Prospek Kinerja dan Saham AALI di Q4 Bisa Menguat

Kenaikan harga CPO yang terjadi menjadi katalis positif jangka pendek, sementara area support AALI berada di kisaran Rp 7.600 hingga Rp 7.700.

YELO Bakal Perkuat Bisnis Fixed Broadband Internet ke Segmen Rumah Tangga
| Sabtu, 22 November 2025 | 09:00 WIB

YELO Bakal Perkuat Bisnis Fixed Broadband Internet ke Segmen Rumah Tangga

PT Yeloo Integra Datanet Tbk (YELO) tengah menghadapi masa sulit sepanjang sembilan bulan tahun 2025 ini.

Mengejar Target Pajak Lewat Digitalisasi
| Sabtu, 22 November 2025 | 07:00 WIB

Mengejar Target Pajak Lewat Digitalisasi

Untuk mengejar target pajak penghambat sitem coretax harus segera dibenahi supaya optimalisasi penerimaan pajak terpenuhi..​

Cetak Pekerja Miskin
| Sabtu, 22 November 2025 | 07:00 WIB

Cetak Pekerja Miskin

Negara dan dunia kerja harus mulai merombak strategi dunia tenaga kerja yang bisa menumbuhkan produktivitas serta gaji yang mumpuni.

Bos Hotel Sahid Ingatkan Investor dalam Berinvestasi Jangan Ikut-ikutan Tren Sesaat
| Sabtu, 22 November 2025 | 07:00 WIB

Bos Hotel Sahid Ingatkan Investor dalam Berinvestasi Jangan Ikut-ikutan Tren Sesaat

Dana yang ia miliki sebagian besar kembali ia putar untuk memperkuat modal usaha, ekspansi di berbagai unit bisnis yang ia kelola. 

Setelah Izinnya Dicabut, Kini P2P Lending Crowde Digugat Bank Mandiri Rp 730 Miliar
| Sabtu, 22 November 2025 | 06:38 WIB

Setelah Izinnya Dicabut, Kini P2P Lending Crowde Digugat Bank Mandiri Rp 730 Miliar

Gugatan ini bukan kali pertama dilayangkan Bank Mandiri. 1 Agustus lalu, bank dengan logo pita emas ini juga mengajukan gugatan serupa.

Ini Bisa Jadi Valas Pilihan Saat Dolar AS Perkasa
| Sabtu, 22 November 2025 | 06:30 WIB

Ini Bisa Jadi Valas Pilihan Saat Dolar AS Perkasa

Volatilitas tinggi di pasar valuta asing memerlukan kehati-hatian dan sesuaikan dengan profil risiko

INDEKS BERITA

Terpopuler