China Kritik Kebijakan AS Memperpanjang Tarif Impor atas Produk Pembangkit Surya

Sabtu, 05 Februari 2022 | 22:03 WIB
China Kritik Kebijakan AS Memperpanjang Tarif Impor atas Produk Pembangkit Surya
[ILUSTRASI. Deretan panel pembangkit listrik tenaga matahari di Dunhuang, Provinsi Gansu, China, 10 Juni 2011. REUTERS/Stringer/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. China mengkritik keputusan Pemerintah Amerika Serikat (AS) memperpanjang masa pengenaan tarif impor atas produk pembangkit listrik tenaga cahaya matahari. Kementerian Perdagangan China pada Sabtu (5/2) menyatakan, perpanjangan tarif atas solar cell mendistorsi perdagangan internasional dan menghambat pengembangan energi bersih dan rendah emisi.

 Presiden AS Joe Biden pada Jumat (4/2) memperpanjang pengenaan tarif impor atas peralatan energi surya selama empat tahun. Namun Biden melonggarkan persyaratan untuk mengecualikan panel bifacial yang menghasilkan daya di kedua sisi, yang dominan di antara proyek-proyek besar AS.

Tarif itu diberlakukan pertama kali oleh administrasi Donald Trump pada 2018. Trump memanfaaatkan kewenangan yang diberikan oleh Pasal 201 dari Undang-undang perdagangan 1974. Tarif bea dimulai dari 30% sebelum dipangkas menjadi 15%.

Baca Juga: Masa Jabatan Sudah Berakhir, Powell Menjadi Ketua Sementara Federal Reseve

"Pemerintah AS bersikeras untuk memperpanjang tindakan pasal 201 meskipun ada tentangan kuat dari pihak terkait di dalam dan luar negeri, dan mereka tidak hanya tidak membantu perkembangan industri domestik AS yang sehat, tetapi juga mendistorsi tatanan normal perdagangan internasional fotovoltaik sebagai produk energi baru," kata Kementerian Perdagangan China dalam sebuah pernyataan.

China menyatakan harapan bahwa Amerika Serikat akan mengambil "tindakan nyata" untuk memfasilitasi perdagangan bebas produk energi baru dan "berkontribusi pada pengembangan global ekonomi emisi gas rumah kaca yang rendah."

Didorong oleh meningkatnya proteksionisme di luar negeri serta meningkatnya permintaan domestik, produsen pembangkit listrik tenaga surya di China semakin fokus ke pasar dalam negeri.

Kapasitas pembangkit surya di China membukukan pertumbuhan tertinggi dalam setahun, yaitu 54,9 gigawatt (GW), menjadi 306,6 GW pada tahun lalu. Beijing menargetkan total kapasitas gabungan pembangkit tenaga angin dan surya menjadi 1.200 GW gabungan pada akhir dekade, dari 635 GW pada akhir tahun lalu.

Bagikan

Berita Terbaru

UNTR Berisiko Menghadapi Low Cycle, Diversifikasi ke Emas dan Nikel Masih Menantang
| Kamis, 20 November 2025 | 14:00 WIB

UNTR Berisiko Menghadapi Low Cycle, Diversifikasi ke Emas dan Nikel Masih Menantang

Prospek bisnis United Tractors (UNTR) diprediksi menantang hingga 2026, terlihat dari revisi proyeksi kinerja operasional.

Neraca Pembayaran Q3-2025 Defisit US$ 6,4 Miliar, Tertekan Arus Keluar Dana Asing
| Kamis, 20 November 2025 | 11:07 WIB

Neraca Pembayaran Q3-2025 Defisit US$ 6,4 Miliar, Tertekan Arus Keluar Dana Asing

Defisit NPI Indonesia berlanjut tiga kuartal berturut-turut. Transaksi berjalan surplus didorong ekspor nonmigas, namun modal finansial defisit.

Belanja Beberapa Lembaga & Kementerian Masih Seret
| Kamis, 20 November 2025 | 09:53 WIB

Belanja Beberapa Lembaga & Kementerian Masih Seret

Realisasi anggaran tiga K/L tercat baru mencapai sekitar 60% dari pagu                              

Wamenkeu Ikut Koordinasi Fiskal Moneter
| Kamis, 20 November 2025 | 09:45 WIB

Wamenkeu Ikut Koordinasi Fiskal Moneter

Kementerian Keuangan akan turut hadir dalam setiap Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan yang digelar Bank Indonesia

Setoran Pajak Masih Loyo, Target Berisiko Jebol
| Kamis, 20 November 2025 | 09:27 WIB

Setoran Pajak Masih Loyo, Target Berisiko Jebol

Hingga akhir Oktober 2025, realisasi penerimaan pajak tercatat masih terkontraksi 3,92%                         

Agresif Menambah Armada, Seberapa Menarik Saham MBSS Untuk Dilirik?
| Kamis, 20 November 2025 | 08:15 WIB

Agresif Menambah Armada, Seberapa Menarik Saham MBSS Untuk Dilirik?

Kinerja MBSS diprediksi membaik dengan penambahan kapal. Diversifikasi ke nikel dan utilisasi armada jadi sorotan.

Ekspansi RAJA Kian Agresif di Bisnis Energi, Lewat Jalur Organik dan Non-Organik
| Kamis, 20 November 2025 | 07:50 WIB

Ekspansi RAJA Kian Agresif di Bisnis Energi, Lewat Jalur Organik dan Non-Organik

Seiring rencana akuisisi dan pendirian anak usaha, ekspektasi terhadap saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) tetap terjaga. 

BEI Mengkaji Penyesuaian Efek Redenominasi Rupiah Ke Pasar Saham
| Kamis, 20 November 2025 | 07:34 WIB

BEI Mengkaji Penyesuaian Efek Redenominasi Rupiah Ke Pasar Saham

Saat ini Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mengkaji dampak penerapan redenominasi rupiah terhadap perdagangan saham.

Menakar Prospek Saham BNGA Seiring Kinerja Keuangan yang Diprediksi Makin Sehat
| Kamis, 20 November 2025 | 07:33 WIB

Menakar Prospek Saham BNGA Seiring Kinerja Keuangan yang Diprediksi Makin Sehat

Mulai tahun buku 2024, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA( telah menaikkan dividend payout ratio (DPR) menjadi 60%.

ADMR Ekspansi Smelter Aluminium
| Kamis, 20 November 2025 | 07:32 WIB

ADMR Ekspansi Smelter Aluminium

PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR) akan mengoperasikan smelter aluminium fase pertama berkapasitas 500.000 ton per tahun

INDEKS BERITA

Terpopuler