Berita Perdagangan dan Jasa

Dulang Rupiah dari Sampah Bernilai Rendah

Minggu, 31 Desember 2023 | 07:37 WIB
Dulang Rupiah dari Sampah Bernilai Rendah

ILUSTRASI. Pekerja melakukan bongkar muat sampah plastik yang tiba untuk didaur ulang di pabrik Tridi Oasis, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (25/10/2022). Sejak Januari hingga Oktober 2022 Tridi Oasis bersama DBS Foundation Social Enterprise telah mengolah 5.000 ton sampah plastik menjadi kemasan dan produk tekstil berkelanjutan sekaligus membantu penanganan sampah plastik di Indonesia dalam upaya mewujudkan Indonesia bebas sampah plastik pada tahun 2040. ANTARA FOTO/Fauzan/foc.

Reporter: Fransiska Firlana | Editor: Asnil Amri

KONTAN.CO.ID - Awam diketahui publik, popok bayi sekali pakai jika sudah digunakan kerap berakhir di tempat sampah. Kadang kerap pula popok berakhir di selokan, teronggok tak bertuan. Penampung air seni dan kotoran bayi itu kerap menjadi masalah lingkungan apalagi bahannya sulit terurai. 

Jika ditelisik, 55% material popok bayi sekali pakai terbuat dari plastik. Butuh waktu lebih dari 100 tahun bagi si popok itu terurai. Meski ada material plastik, namun limbah popok tergolong tidak ada nilainya dibandingkan jenis limbah plastik lain seperti botol minuman kemasan. Sehingga, limbah popok kerap tak dipedulikan dan berakhir di tempat sampah atau terbawa arus sungai sampai lautan. 
 
Begitu juga dengan kemasan sampo, kemasan penyedap makanan, kemasan makanan ringan, kemasan mi instan dan banyak lagi. Semua kemasan berbahan plastik itu dikenal dengan kemasan low value alias bernilai rendah. Kemasan itu hampir senasib dengan popok, meski punya nilai plastik tetapi dianggap tak ekonomis. 
Kemasan, popok sekali pakai dan juga kantong kresek kerap tak dilirik perusahaan daur ulang, bank sampah atau bahkan pemulung sekalipun. Aneka jenis plastik inilah yang kerap berakhir di selokan, sungai, sampai lautan nan luas. 
 
Melihat kondisi limbah plastik low value yang berserakan itu, hati kecil Yuris Sarifudin pun terketuk. Tahun 2019 lalu, ia mendirikan daurulang.id, sebuah platform yang mengembangkan teknologi untuk mendaur ulang sampah low grade tersebut. 
 
Meski terbilang teknologi sederhana, Yuris berusaha mencari solusi mengurangi masalah sampah tersebut. Yuris membuat beragam mesin pengolahan sampah, mulai dari pemilah, cacah, termasuk mesin pemanas plastiknya. Sehingga, plastik low value bisa dipanaskan dan digunakan ulang menjadi material bangunan. 
 
Lantas, pembeli tak hanya dapat mesin saja, juga bisa konsultasi pendirian usaha segregation point atau titik pemisahan atau pemilahan sampah.
“Tak hanya popok, sampah plastik low value atau bernilai rendah ada banyak jenis seperti kemasan saset atau pembalut wanita. Kami membuat limbah itu lebih bernilai. Kami mengolahnya menjadi material bangunan,” terang Yuris yang mengelola usahanya di daerah Klaten, Jawa Tengah. 
 
Yuris mengawali usaha bisnis pengelolaan limbah karena punya usaha properti yang menggunakan material komposit holzewig. Material ini merupakan pengganti kayu dan besi yang dibuat dengan campuran plastik low value. Materialnya tahan air, tidak merambatkan api, awet, kuat, mudah dikerjakan, dan bisa dicetak sesuai dengan kebutuhan. 
 
Nah, untuk memenuhi kebutuhan pembuatan material komposit holzewig ini, Yuris butuh pasokan bahan baku berupa daur ulang limbah plastik low value. Dia lantas menawarkan kerjasama dengan calon mitra untuk menjadi pengolah limbah plastik low value dengan membuat segregation point.
 
Sumber pemasukan
 
Bagi calon pembeli mesinnya, Yuris akan membantu melakukan riset pasar. Membantu menyiapkan peralatan pengolahan limbah, dan tentunya menampung hasil pengolahan limbah non organiknya tersebut.
 
Jadi, daurulang.id membantu mitra memiliki segregation point untuk menghindari terbentuknya gunung sampah. “Mitra segregation point mendapatkan pendapatan dari konsumen yang buang sampah. Sementara sampah dipilah bisa bernilai tambah,” ujar Yuris.
 
Untuk membuat segregation point paling tidak lokasinya menjangkau hingga 4.000 kepala keluarga (KK). Mengingatkan pendapatannya berasal dari iuran sampah pelanggan. 
Jika iuran sampah pelanggan Rp 50.000 per bulan, maka dengan jumlah pelanggan 4.000 KK, asumsi pendapatan mitra segregation point bisa mencapai Rp 200 juta per bulan. 
 
“Mitra tinggal siapkan investasi, pelanggan, memilah sampahnya, dan kami siap menampung residu limbah non organik yang dihasilkan. Untuk sampah  organik bisa dijual ataupun digunakan untuk kebutuhan masyarakat dan menyuburkan lingkungan,” terang Yuris. 
 
Yuris membeberkan, untuk menjadi segregation point setidaknya butuh lahan kurang lebih 1000 meter persegi. “Kalau area segregasinya butuh 100 meter persegi, sisanya area pengkomposan,” terang Yuris.
 
Nilai investasinya di kisaran Rp 400 juta-Rp 500 juta. Dengan perincian: investasi mesin cacah pilah, rotary spinner, konveyor pilah sekitar Rp 220 juta, bangun rumah komposter Rp 150 juta, dan sisanya untuk sewa lahan dan persiapan operasional. “Dengan minimal pelanggan 4000 KK, usaha ini bisa balik modal kurang dari setahun,” terang Yuris. 
 
Saat ini, daurulang.id sudah memiliki mitra segregation point di Klaten, Sleman, Probolinggo, Bali, Bandung. Mitra daurulang.id mayoritas adalah pemerintah daerah. Saat ini Yuris konsentrasi menawarkan kerjasama pengolahan limbah ini di Jawa dan Bali.
 
“Potensi usahanya sangat besar. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, butuh 30.000 titik segregasi. Jika terwujud, ini sangat baik bagi lingkungan,” kata Yuris. 
 
Kalau investasi melalui tawaran Yuris dianggap terlalu besar, jangan khawatir dulu. Ada tawaran lain dari Aneka Mesin. Produsen aneka mesin dari Sleman, Yogyakarta, ini juga menyediakan mesin pengolah sampah mulai harga Rp 12 juta sampai Rp 30 jutaan. Detailnya, Anda bisa mengaksesnya melalui laman www.pengolahsampah.com.
 
“Mesin produksi kami biasanya dipesan pemerintah daerah ataupun dinas-dinas terkait untuk disebarkan di tiap kelurahan. Supaya di tiap kelurahan bisa mengolah sampahnya secara mandiri,” ungkap Arik Andrian Putra, marketing dari Aneka Mesin. 
 
Menurut cerita Arik, setiap kelurahan biasanya dimodali satu atau dua mesin. Perusahaan ini juga menawarkan program pelatihan dan konsultasi mengenai penanganan sampah mulai dari konsep dasar sampai menghasilkan sebuah produk yang bermanfaat. 
 
Sejak tahun 2021 permintaan konsumen lebih banyak ke mesin pengolah sampah organik seperti mesin pencacah, mesin pengayak sampah organik, mixer kompos, pembuat pelet kompos. “Mulanya sejak 2012 kami fokus pada mesin pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar mesin,” jelasnya. 
 
Arik bilang, proses pemilahan tetap mengandalkan tenaga manual manusia melalui mesin konveyor. Dari proses tersebut, sampah organik akan masuk ke mesin pencacah kompos dan masuk tahap pengayakan. Hasil ayakan akan dikemas dan dijual sebagai media tanam atau kompos. Inilah yang menjadi sumber pendapatan selain dari pelanggan.
 
“Kalau sampah plastik bernilai seperti botol kemasan tentu sudah minim sekali ke titik pemilahan karena sudah pasti sudah disortir sejak awal karena punya nilai jual,” terang Arik. 
 
Ari bilang, jika mesin pengolah sampah produksi Aneka Mesin sangat mudah dioperasikan dan dirawat. “Hubungan kami dengan mitra hanya sebatas konsumen dan produsen mesin. Kami tidak ikatan untuk menjual hasil olahan sampah mereka,” beber Arik. 
 
Tentu, jika Anda akan menjalankan usaha ini harus memiliki area yang luas dan armada untuk mengangkut sampah dari rumah konsumen.
Anda juga harus memikirkan ke mana harus menjual olahan sampah berupa kompos tersebut. “Biasanya, kalau di tingkat instansi, kompos yang dihasilkan disalurkan ke pelaku usaha sektor perkebunan atau pertanian,” ujar Arik.                    o

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Sudah berlangganan? Masuk

Berlangganan

Berlangganan Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi, bisnis, dan investasi pilihan

Rp 20.000

Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000

Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Terbaru