Eka Tjipta Widjaja Khawatirkan Rebutan Warisan Sejak 23 Tahun Lalu

Selasa, 14 Juli 2020 | 15:08 WIB
Eka Tjipta Widjaja Khawatirkan Rebutan Warisan Sejak 23 Tahun Lalu
[ILUSTRASI. Eka Tjipta Widjaja, pendiri Sinar Mas Group/1996/. Pendiri Grup Sinar Mas Eka Tjipta Widjaja telah mengantisipasi agar anak cucunya tidak berebut harta warisan. Pho.Lukas Ferdinand.]
Reporter: Herry Prasetyo | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pendiri Grup Sinar Mas Eka Tjipta Widjaja yang meninggal dunia pada 27 Januari 2019 lalu barangkali tidak pernah menyangka bahwa anak-anaknya akan berebut harta warisan usai kepergiannya.

Maklum, jauh-jauh hari saat masih hidup, Eka Tjipta Widjaja telah menyiapkan segala sesuatunya agar anak cucunya kelak tidak berebut harta warisan. Ia khawatir, perebutan harta warisan pada akhirnya akan mengakibatkan kehancuran Grup Sinar Mas yang telah ia bangun sejak 1938 silam dari sebuah perusahaan kecil di bidang perdagangan.

Namun, hanya berselang satu setengah tahun usai kepergian Eka Tjipta Widjaja alias Oei Ek Tjhong, perebutan harta warisan dan aset Grup Sinar Mas mulai bergulir.

Baca Juga: Mengupas Bisnis Manajer Investasi Pasca Terseret Skandal Korupsi

Pada Juni lalu, salah seorang anak Eka Tjipta Widjaja, Freddy Widjaja, mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat. Ia menuntut hak warisan atau wasiat mending Eka Tjipta Widjaja.

Perkara tersebut didaftarkan pada 16 Juni lali dengan nomor perkara 301/Pdt.G/2020/PN.Jkt.Pst. Sebagai tergugat dalam perkara yang diajukan oleh Freddy Widjaja adalah lima anak Eka Tjipta Widjaja lainnya.

Kelima anak Eka Tjipta Widjaja tersebut adalah Indra Widjaja alias Oei Pheng Lian, Teguh Ganda Widjaja alias Oei Tjie Goan, Muktar Widjaja alias Oei Siong Lian, Djafar Widjaja alias Oei Piak Lian, dan Franky Oesman Widjaja alias Oeo Jong Nian.

Dalam gugatannya, Freddy Widjaja meminta majelis hakim menyatakan penggugat dan tergugat sebagai ahli waris yang sah dari almarhum Eka Tjipta Widjaja. Freddy Widjaja juga meminta pengadilan menyatakan menghukum kelima anak Eka Tjipta Widjaja yang menjadi tergugat untuk membagi harta waris menurut hukum perdata, masing-masing setengah bagian.

Baca Juga: Eka Tjipta dan tentakel gurita bisnis Sinar Mas Group

Harta waris yang Freddi Widjaja maksud adalah harta peninggalan Eka Tijpta Widjaja berupa PT Smart Tbk, PT Sinar Mas Multi Artha, Sinar Mas Land, PT Bank Sinar Mas Tbk, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk, PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk, dan PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry.

Lalu, Asia Food and Properties Limited, China Renewable Energy Investment, PT Golden Energy Mines Tbk, dan Paper Excellence BV Netherlands.

Nama Freddy Widjaja bisa jadi merupakan nama yang cukup asing di telinga publik. Ini berbeda dengan nama anak-anak Eka Tjipta Widjaja lainnya seperti Indra Widjaja, Teguh Widjaja, Muktar Widjaja, maupun Franky Widjaja.

Freddy Widjaja merupakan anak Eka Tjipta Widjaja dari pasangan Lidia Herawati Rusli. Eka Tjipta Widjaja menikah dengan Lidia Herawati secara adat/Agama Budha pada 3 Oktober 1967. Namun, pernikahan tersebut tidak tercatat di Catatan Sipil.

Selain Freddy Widjaja, dua orang anak lainnya dari pernikahan Eka Tjipta Widjaja dan Lidia Herawati adalah Robbin Widjaja dan Sindy Widjaya.

Baca Juga: Hotman Paris, Sinarmas, dan Kisah Gagal Bayar Terbesar di Asia

Pada Januari lalu, Freddy Widjaja telah mengajukan permohonan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dalam permohonan yang terdaftar dengan nomor 36/Pdt.P/2020/PN.Jkt.Pst itu, Freddy Widjaja meminta pengadilan menetapkannya sebagai anak dari perkawinan pasangan Lidia Herawati Rusli dengan Eka Tjipta Widjaja.

Jauh-jauh hari sebelum meninggal dunia, mendiang Eka Tjipta Widjaja sebetulnya telah membuat surat wasiat untuk Freddy Widjaja. Berdasarkan Akta Wasiat Nomor 60 tertanggal 25 April 2008 itu,  Eka Tjipta Widjaja telah memberikan sejumlah hartanya berupa uang kepada Freddy Widjaja sebagai bekal hidup di masa depan.

Kekhawatiran Eka Tjipta Widjaja >>>

Perebutan harta warisan di antara anak cucunya memang telah menjadi kekhawatiran Eka Tjipta Widjaja sejak lama. Hal itu terungkap dalam wawancara Tabloid Kontan pada November 1996 silam.  

Saat itu, Eka Tjipta Widjaja mengungkapkan, tengah membahas mengenai anggaran rumah tangga perusahaan. Penyusunan anggaran rumah tangga perusahaan itu bertujuan agar anak cucunya kelak tidak saling berebut harta warisan dan aset-aset Sinar Mas.

Dalam penuturannya kepada Tabloid Kontan saat itu, Eka Tjipta Widjaja mengatakan, anak-anaknya akan tetap memegang kendali atas perusahaan-perusahaan di bawah Grup Sinarmas. "Ada enam anak saya yang masuk ke dalam perusahaan," tutur Eka Tjipta Widjaja saat itu.

Baca Juga: Mochtar Riady: Ada Teman-Teman Menantang Saya

Keenam anak yang Eka Tjipta maksud antara lain  Indra Widjaja, Teguh Widjaja, Muktar Widjaja, Djafar Widjaja, maupun Franky Widjaja.

Seperti diketahui, Teguh Widjaja, putra pertama Eka Tjipta Widjaja, misalnya, mendapat tugas untuk mengelola divisi bisnis pulp dan kertas Grup Sinarmas di bawah bendera Asia Pulp & Paper.

Indra Widjaja hingga saat ini bertugas mengelola divisi jasa keuangan di bawah Sinar Mas Multhiarta. Franky Oesman Widjaja mendapat tugas mengelola divisi agribisnis Sinarmas di bawah bendera Golden Agri Resources.

Sementara Muktar Widjaja mendapat tugas mengelola divisi properti Sinarmas di bawah bendera Sinarmas Land. Muktar bersama Franky juga bertugas mengelola divisi energi dan infrastruktur Sinarmas melalui PT Dian Swastika Sentosa Tbk.

"Untuk generasi kedua, bolehlah seperti sekarang," ujar Eka Tjipta Widjaja 23 tahun silam.

Baca Juga: Eka Tjipta Widjaja: Berawal dari berjualan permen dan biskuit keliling

Namun, Eka Tjipta Widjaja sudah membuat aturan khusus bagi generasi ketiga. Menurut Eka Tjipta Widjaja, setiap anaknya hanya boleh memasukkan satu anaknya ke dalam perusahaan. Artinya, tidak seluruh cucu Eka Tjipta Widjaja boleh masuk ke perusahaan Sinarmas.

"Hanya satu cucu dari setiap anak," tegas Eka Tjipta Widjaja. Jika ada anak yang memiliki anak lebih dari satu, ia boleh memilih mana yang akan masuk ke perusahaan.

Eka Tjipta Widjaja juga membuat aturan bagi cucu yang masuk ke perusahaan. Mereka hanya boleh duduk di dewan komisaris.

Alih-alih terlibat langsung, generasi ketiga Eka Tjipta Widjaja hanya boleh mengawasi dan membuat kebijakan. Sementara untuk pelaksananya, Sinarmas akan tetap memakai tenaga profesional.

Baca Juga: Nasib Modernland (MDLN) di Tangan Pemegang Obligasi

Bukan tanpa alasan Eka Tjipta Widjaja membuat aturan khusus bagi cucu-cucunya. Saat itu, Eka bilang, aturan ini bertujuan agar tidak ada perebutan di antara cucu-cucunya.

"Mereka tentu mau yang enak, saya mau di sini, saya mau di sana . Ini tidak baik, nanti perusahaan bisa hancur karena perebutan itu," ujar Eka Tjipta Widjaja waktu itu.

Lalu, bagaimana dengan cucu yang tidak bisa masuk ke perusahaan?

Menurut Eka Tjipta Widjaja, cucu-cucu yang tidak masuk ke Grup Sinarmas bisa memulai usaha lain. Toh, mereka memiliki saham di Grup Sinarmas. "Bisa dia pegang sahamnya terus. Atau, bisa juga menjual sahamnya untuk memulai usaha sendiri," kata Eka Tjipta Widjaja.

(Wawancara Tabloid Kontan dengan Eka Tjipta Widjaja pada 1996 silam bisa Anda baca secara utuh di tautan berikut: Eka Tjipta: Cuma Satu Cucu Boleh Masuk)

Antisipasi Eka Tjipta Widjaja sejak jauh-jauh hari itu tampaknya ampuh untuk menghindari perebutan harta dan aset Sinarmas. Terbukti, Grup Sinarmas masih bertahan hingga saat ini dan semakin besar meski harus menghadapi berbagai kerikil tajam dalam perjalanannya.

Namun, saat ini, kita tahu, apa yang menjadi kekhawatiran Eka Tjipta Widjaja sejak 23 tahun silam mulai menjadi kenyataan.

Bagikan

Berita Terbaru

Prabowo Ajak Swasta Garap Proyek Infrastruktur, tapi Emiten Konstruksi Bakal Memilah
| Selasa, 04 Februari 2025 | 12:05 WIB

Prabowo Ajak Swasta Garap Proyek Infrastruktur, tapi Emiten Konstruksi Bakal Memilah

Sulit mengharapkan perusahaan jasa konstruksi swasta mau menggarap proyek infrastruktur yang tak masuk hitungan bisnisnya.

Gas Pink Non Subsidi Tak Ganti Gas Melon
| Selasa, 04 Februari 2025 | 09:26 WIB

Gas Pink Non Subsidi Tak Ganti Gas Melon

Lantaran LPG 3 kg langka sehingga harus antre, masyarakat terpaksa menggunakan Bright Gas yang harganya lebih mahal

Bantah Hashim, Dana JETP Disebut Sudah Mengalir, Salah Satunya ke Proyek PLTP MEDC
| Selasa, 04 Februari 2025 | 09:25 WIB

Bantah Hashim, Dana JETP Disebut Sudah Mengalir, Salah Satunya ke Proyek PLTP MEDC

Keterlambatan membangun energi terbarukan skala besar akan melemahkan daya saing Indonesia dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara.

Ekspor Batubara Wajib Pakai Harga Acuan ESDM
| Selasa, 04 Februari 2025 | 09:21 WIB

Ekspor Batubara Wajib Pakai Harga Acuan ESDM

Kementerian ESDM akan mencabut izin ekspor jika produsen tidak mengikuti ketentuan harga batubara acuan (HBA)

Tren Bodi Moge yang Semakin Ramping
| Selasa, 04 Februari 2025 | 08:30 WIB

Tren Bodi Moge yang Semakin Ramping

Moge yang selama ini identik dengan motor touring kini terus berkembang dengan kehadiran tipe dual purpose.

Kurs Rupiah Masih Berpotensi Lanjut Melemah
| Selasa, 04 Februari 2025 | 07:46 WIB

Kurs Rupiah Masih Berpotensi Lanjut Melemah

Ketidakpastian akibat potensi perang dagang masih membayangi pasar. Kemungkinan rupiah hari ini melemah. 

Baru Seumur Jagung Jadi Perusahaan Tercatat, Simak Deretan Emiten Yang Tebar Dividen
| Selasa, 04 Februari 2025 | 07:40 WIB

Baru Seumur Jagung Jadi Perusahaan Tercatat, Simak Deretan Emiten Yang Tebar Dividen

Pembagian dividen oleh emiten anyar tak selalu berkorelasi positif terhadap pergerakan harga saham emiten bersangkutan.

Setelah Ambruk Kemarin, IHSG Ada Peluang Bangkit Hari Ini
| Selasa, 04 Februari 2025 | 07:36 WIB

Setelah Ambruk Kemarin, IHSG Ada Peluang Bangkit Hari Ini

Kenaikan inflasi berpeluang mengurangi potensi pemangkasan suku bunga The Fed. Ini mengganggu jalannya penurunan suku bunga. 

Jaringan Fiber Optik Link Net (LINK) Kian Memanjang
| Selasa, 04 Februari 2025 | 07:35 WIB

Jaringan Fiber Optik Link Net (LINK) Kian Memanjang

LINK telah memiliki 4,03 juta home passed. Layanan tersebar di 47 kota yang didominasi berbagai kota di Pulau Jawa dan kota besar di Sumatra

Menyeduh Cuan dari Lonjakan Harga Kopi
| Selasa, 04 Februari 2025 | 07:25 WIB

Menyeduh Cuan dari Lonjakan Harga Kopi

Tren kenaikan harga biji kopi didorong pasokan global yang terbatas dan ketidakpastian atas panen kopi di Brasil yang terganggu cuaca buruk

INDEKS BERITA

Terpopuler