Ekonomi China Bakal Menjadi Penghambat Pertumbuhan Ekonomi Global

Selasa, 19 September 2023 | 22:17 WIB
Ekonomi China Bakal Menjadi Penghambat Pertumbuhan Ekonomi Global
[ILUSTRASI. OECD memperkirakan, produk domestik bruto (PDB) global akan tumbuh 3% di tahun ini, lebih lambat dari pertumbuhan PDB di tahun lalu sebesar 3,3%.]
Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - PARIS. Ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari perkiraan akan membantu mengendalikan perlambatan global pada tahun ini. Namun, Organisasi untuk Pembangunan Ekonomi (OECD) menilai, melemahnya perekonomian China akan menjadi hambatan besar pada tahun depan. 

OECD memperkirakan, produk domestik bruto (PDB) global akan tumbuh 3% di tahun ini, lebih lambat dari pertumbuhan PDB di tahun lalu sebesar 3,3%. Namun proyeksi PDB tersebut lebih baik dari asumsi yang dibuat pada Juni 2023 yang memperkirakan PDB global di 2,7% di tahun ini. 

Untuk tahun depan, OECD memperkirakan PDB global akan melambat di 2,7%. Angka ini jauh lebih buruk dari proyeksi yang dibuat pada Juni 2023 yang memperkirakan PDB global di 2,9% di 2024. 

Baca Juga: Tantangan dan Keuntungan Indonesia Bila Jadi Anggota OECD

Hitungan OECD, perekonomian AS akan tumbuh 2,2% pada tahun ini lebih baik dari perkiraan pada Juni sebesar 1,6%. Ini karena AS lebih tangguh dibandingkan ekspektasi sebagian besar ekonom dalam menghadapi serangkaian kenaikan suku bunga.

Meskipun demikian, angka tersebut akan melambat pada tahun depan menjadi 1,3%. Prospek AS yang membaik untuk tahun ini membantu mengimbangi pelemahan ekonomi di China dan Eropa. Ekonomi Eropa masih loyo karena Jerman berada dalam resesi.

OECD memperkirakan perekonomian China akan melambat dari 5,1% tahun ini menjadi 4,6% tahun depan karena pasar properti yang masih sulit. Pada Juni, OECD memperkirakan PDB China mencapai 5,4% tahun ini dan 5,1% tahun depan.

Untuk PDB zona Euro tahun ini, OECD memperkirakan akan menjadi 0,6% dari proyeksi di bulan Juni 2023 di 0,9%. Namun pertumbuhan akan terjadi di tahun depan yakni PDB menjadi 1,1%, turun dari asumsi sebelumnya di 1,5%. Ini seiring dengan pertumbuhan ekonomi Jerman.

Meskipun prospek pertumbuhan ekonomi tahun depan sebagian besar akan lemah, OECD mengatakan bank sentral harus mempertahankan suku bunga tinggi sampai tanda-tanda jelas bahwa tekanan inflasi telah mereda.

Baca Juga: Sederet PR Menjadi Anggota OECD

Bagikan

Berita Terbaru

Prospek Bisnis Emiten Properti Tersengat Penurunan BI Rate
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:49 WIB

Prospek Bisnis Emiten Properti Tersengat Penurunan BI Rate

Penurunan BI Rate membuat industri properti akan semakin menarik dan bisa jadi katalis positif. Suku bunga KPR akan semakin diminati konsumen. 

Rogoh Kocek Rp 80,3 Miliar, Berdikari Pondasi (BDKR) Siap Buyback Saham
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:41 WIB

Rogoh Kocek Rp 80,3 Miliar, Berdikari Pondasi (BDKR) Siap Buyback Saham

PT Berdikari Pondasi Perkasa Tbk (BDKR) menyiapkan anggaran Rp 80,32 miliar untuk membeli kembali atau buyback sahamnya.

Ingin Private Placement, Sidomulyo Selaras (SDMU) Minta Restu RUPSLB
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:35 WIB

Ingin Private Placement, Sidomulyo Selaras (SDMU) Minta Restu RUPSLB

Dalam aksi korporasi ini, SDMU akan menerbitkan 2,27 miliar saham baru seri B dengan nilai nominal Rp 25 per saham.

Harga Minyak WTI Berpotensi Menanjak Hingga Akhir Tahun
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:30 WIB

Harga Minyak WTI Berpotensi Menanjak Hingga Akhir Tahun

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) diproyeksi akan meningkat karena sejumlah faktor eksternal.

Rupiah Masih Akan Tertekan di Akhir Pekan
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:25 WIB

Rupiah Masih Akan Tertekan di Akhir Pekan

Melansir Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,33% dibandingkan hari perdagangan sebelumnya ke posisi Rp 16.340 per dolar AS.

Garap Rumah Subsidi, Ingria Pratama Capitalindo (GRIA) Hadapi Banyak Tantangan
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:20 WIB

Garap Rumah Subsidi, Ingria Pratama Capitalindo (GRIA) Hadapi Banyak Tantangan

Salah satunya adalah soal penyesuaian harga jual rumah subsidi yang terus terdampak oleh inflasi dan kenaikan harga material bangunan.

IHSG Naik 6,14% Dalam Reli Sembilan Hari, Saham-Saham Ini Jadi Penyokong
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:15 WIB

IHSG Naik 6,14% Dalam Reli Sembilan Hari, Saham-Saham Ini Jadi Penyokong

Dalam sembilan hari kenaikan, IHSG mengakumulasikan kenaikan 6,14% dari posisi terakhir 4 Juli 2025 lalu.

Harga Melonjak Tinggi, Saham Emiten Masuk Radar BEI
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:15 WIB

Harga Melonjak Tinggi, Saham Emiten Masuk Radar BEI

Bursa Efek Indonesia (BEI) memasukkan lima saham yang baru IPO di bulan Juli ini masuk UMA. Dua diantaranya sahamnya disuspensi BEI. 

Dolar Tertekan, Kesempatan Kurs Rupiah Bisa Menguat
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:15 WIB

Dolar Tertekan, Kesempatan Kurs Rupiah Bisa Menguat

Analis memproyeksi dolar Amerika Serikat (AS) masih akan terjerembap ke dalam zona koreksi hingga akhir 2025.

Kowtow Diplomasi Tarif
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:10 WIB

Kowtow Diplomasi Tarif

Perlu dipertimbangkan betul jangan sampai 50 unit pesawat baru itu hanya terbang kosong sehingga membuat keuangan Garuda boncos.

INDEKS BERITA

Terpopuler