Ekonomi Membaik, Prospek Emiten Perbankan Kian Cair

Senin, 20 Juni 2022 | 04:05 WIB
Ekonomi Membaik, Prospek Emiten Perbankan Kian Cair
[]
Reporter: Aris Nurjani | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten perbankan mulai membaik tahun ini. Kondisi ini terlihat dari pertumbuhan kredit. Per April 2022, berdasarkan data OJK, penyaluran pinjaman naik 9,10% secara tahunan.

Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Raditya Pradana mengatakan, secara umum, peningkatan kredit pada April 2022 disebabkan pemulihan perekonomian dan masa transisi pandemi ke endemi. Peralihan ini meningkatkan pendapatan dan laba bersih emiten perbankan. 

Selain itu ada kenaikan bunga yang menjadi katalis positif bagi emiten perbankan. "Ketika suku bunga naik, maka bunga kredit dan simpanan naik, sehingga banyak investor memilih investasi di deposito," ucap Raditya.

Baca Juga: Pasar Keuangan Diperkirakan akan Fluktuatif ke Depan, Imbas Tren Kenaikan Suku Bunga

Analis BRI Danareksa Sekuritas Eka Savitri dalam riset per 3 Juni 2022 menuliskan, pertumbuhan kredit dari empat bank besar dalam cakupannya dalam posisi yang lebih baik. Ini berkat dana murah (CASA) dan aset produktif yang likuid. 

Analis Trimegah Sekuritas, Prasetya Gunadi dalam risetnya juga menuliskan, pertumbuhan kredit akan terus meningkat. Penyaluran kredit oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), yang berkonsentrasi pada segmen mikro dan akan mendapatkan keuntungan dari relaksasi PPKM, berpotensi naik tinggi.

Kinerja tumbuh

Eka mempediksi penyaluran kredit bank yang masuk cakupan investment universe BRI Danareksa bisa tumbuh 9,5% secara tahunan. Bank yang masuk cakupan BRI Danareksa yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), PT BTPN Syariah Tbk (BTPS), PT BPD Jatim Tbk (BJTM) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). 

Sementara laba bersih diharapkan bisa tumbuh 21,1%. Biaya kredit juga diperkirakan bisa jadi lebih rendah 196 basis poin (bps). "Kami memperkirakan akan ada kenaikan net interest margin 5,8% dan biaya dana naik 11 bps menjadi 2% karena likuiditas yang terkendali," ujar Eka. 

Prasetya menilai, bank yang lebih berani mengambil risiko dalam menyalurkan kredit serta bank yang memiliki produk kredit dengan yield tinggi bisa mencetak kinerja lebih kuat. Ia mencontohkan BBRI yang sukses mencetak pertumbuhan kredit 13%, ditopang segmen mikro, serta BMRI yang menawarkan kredit komersial dengan bunga tinggi, diiringi penerapan manajemen risiko lebih baik.

Baca Juga: BI Masih Tahan Suku Bunga, Obligasi Korporasi Tenor Pendek Jadi Pilihan Menarik

Eka dan Prasetya mempertahankan peringkat overweight bagi sektor perbankan. Saham yang menjadi pilihan Eka adalah BBNI. Alasannya, laba bersih bank ini tumbuh mencapai 47,7%, sementara biaya kredit lebih rendah. 

Prasetya rekomendasi BBRI dan BMRI. Dia mengingatkan, masih ada risiko biaya kredit jadi lebih tinggi.  

Beberapa saham pilihan analis diantaranya sebagai berikut: 

Bank Negara Indonesia (BBNI)
BBNI fokus pada segmen pasar berisiko rendah, seperti korporasi papan atas, program pemerintah KUR dan pinjaman berbasis payroll. Tahun ini, penyaluran kredit akan naik 8% dengan net interest margin (NIM) naik 10 bps menjadi 4,5%. Analis percaya laba bersih BBNI akan naik 47,7% secara yoy menjadi Rp 16,1 triliun di tahun ini .
Rekomendasi: Buy Target harga: Rp 10.700
Eka Savitri, BRI Danareksa Sekuritas

Baca Juga: Rights Issue Bank Makin Semarak pada Semester II, Ini Rekomendasi Saham dari Analis

Bank Rakyat Indonesia (BBRI)
Kredit BBRI di tahun ini diperkirakan naik mencapai 9%-11%, didukung penyaluran kredit segmen mikro yang naik 13%-15%. Net interest margin (NIM) pun bakal lebih tinggi, yakni di sekitar 7,6%-7,8% pada tahun ini dari tahun 2021 yang hanya 6,9%. Ini karena biaya kredit lebih rendah, yakni 2,8%-3% tahun ini, naik dari 3,8% di 2021.
Rekomendasi: Buy Target harga: Rp 5.600
Prasetya Gunadi, Trimegah Sekuritas

Bank Mandiri (BMRI)
Kenaikan suku bunga akan berdampak positif bagi net interest margin (NIM) BMRI. Apalagi pendanaan BMRI berasal dari CASA, sehingga membuat biaya kredit lebih rendah. Analis memperkirakan pertumbuhan kredit BMRI tahun ini bisa mencapai 12%, didukung oleh ekspansi layanan digital, Livin.
Rekomendasi: Buy Target harga: Rp 10.200
Handiman Soetoyo, Mirae Asset Sekuritas

Bank Central Asia (BBCA)
Pertumbuhan kredit BBCA, terutama pada segmen korporasi dan KPR, naik 9%. Sumber dana BBCA yang ditopang CASA juga akan menguntungkan karena biaya kredit lebih rendah. Rasio CASA BBCA meningkat 80% dari 77% di kuartal IV tahun lalu. Analis juga percaya kualitas aset BBCA bakal lebih baik seiring perbaikan ekonomi.
Rekomendasi: Hold Target harga: Rp 8.550
Erni Marsella Siahaan, Ciptadana Sekuritas

Baca Juga: Prospek Kredit Korporasi Perbankan Terangkat Pemulihan Ekonomi

Bagikan

Berita Terbaru

PHK Makin Marak, Klaim JKP BPJS Ketenagakerjaan Ikut Melonjak
| Rabu, 24 Desember 2025 | 04:15 WIB

PHK Makin Marak, Klaim JKP BPJS Ketenagakerjaan Ikut Melonjak

Klaim JKP hingga November 2025 melompat 150% dibanding periode yang sama di tahun lalu menjadi Rp 873,78 miliar.

Hitung Jeli Manfaat dan Biaya MBG
| Rabu, 24 Desember 2025 | 00:14 WIB

Hitung Jeli Manfaat dan Biaya MBG

Anggaran dari makan bergizi gratis (MBG) sebesar Rp 71 triliun tahun ini sudah menjangkau sekitar 50 juta penerima. 

Menanti Tuah Window Dressing di Pekan Pendek, Cermati Saham-Saham Ritel Ini
| Selasa, 23 Desember 2025 | 11:58 WIB

Menanti Tuah Window Dressing di Pekan Pendek, Cermati Saham-Saham Ritel Ini

Saham ritel berpotensi bangkit di sisa 2025. Simak proyeksi pertumbuhan laba 2026 dan rekomendasi saham ACES, MIDI, hingga ERAA.

Niharika Yadav: Inflasi Medis Masih Jadi Tantangan ke Depan
| Selasa, 23 Desember 2025 | 11:40 WIB

Niharika Yadav: Inflasi Medis Masih Jadi Tantangan ke Depan

Penerapan sejumlah regulasi baru dan tingginya inflasi medis akan mempengaruhi bisnis asuransi jiwa di Indonesia di 2026

Laba Melonjak 51% tapi Saham DSNG Justru Tergelincir, Saatnya Masuk Atau Wait & See?
| Selasa, 23 Desember 2025 | 08:17 WIB

Laba Melonjak 51% tapi Saham DSNG Justru Tergelincir, Saatnya Masuk Atau Wait & See?

Prospek kinerja DSNG di 2026 dinilai solid berkat profil tanaman sawit muda dan permintaan CPO yang kuat.

OJK dan KSEI Meluncurkan Integrasi Sistem Perizinan Reksadana
| Selasa, 23 Desember 2025 | 08:15 WIB

OJK dan KSEI Meluncurkan Integrasi Sistem Perizinan Reksadana

Langkah ini  untuk menyederhanakan proses, meningkatkan kepastian layanan, dan memperkuat tata kelola pendaftaran produk investasi reksadana. 

Anak Usaha DOID Perpanjang Kontrak DOID di Tambang Blackwater, Nilainya Segini
| Selasa, 23 Desember 2025 | 08:11 WIB

Anak Usaha DOID Perpanjang Kontrak DOID di Tambang Blackwater, Nilainya Segini

Kontrak tersebut terkait tambang Blackwater. Perpanjangan kontrak yang diperoleh pada 21 Desember 2025 tersebut bernilai sekitar A$ 740 juta. 

Emiten Semen Bisa Pulih Secara Bertahap, Simak Rekomendasi Sahamnya
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:45 WIB

Emiten Semen Bisa Pulih Secara Bertahap, Simak Rekomendasi Sahamnya

Emiten sektor semen berpeluang memasuki fase pemulihan pada 2026 setelah melewati tahun yang menantang.

Tax Holiday Deras, Investasi IKN Terkuras
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:43 WIB

Tax Holiday Deras, Investasi IKN Terkuras

Tercatat 290 perusahaan memperoleh tax holiday, dengan 102 perusahaan telah beroperasi dan merealisasikan investasi sebesar Rp 480 triliun.

Produksi Nikel di 2026 Dibatasi, Saham NCKL, INCO, HRUM, hingga ANTM Makin Seksi
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:43 WIB

Produksi Nikel di 2026 Dibatasi, Saham NCKL, INCO, HRUM, hingga ANTM Makin Seksi

Kebijakan pemangkasan produksi nikel oleh Pemerintah RI diharapkan mendongkrak harga sehingga akan berefek positif ke emiten.

INDEKS BERITA

Terpopuler