Emiten Menuai Berkah Keperkasaan Rupiah

Jumat, 08 Februari 2019 | 06:34 WIB
Emiten Menuai Berkah Keperkasaan Rupiah
[]
Reporter: Intan Nirmala Sari, Yoliawan H | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan rupiah ternyata tak bisa langsung disambut positif oleh emiten berbasis ekspor. Namun bagi emiten dengan basis dari barang impor dinilai akan langsung terasa.

PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) mengaku nilai tukar rupiah yang cenderung menguat di bawah level Rp 14.000 per dollar AS belum memberikan dampak bagi perusahaan tekstil ini. Sampai Kamis (7/2) emiten yang banyak mengekspor produknya ini masih memasang asumsi kurs di Rp 14.000-Rp 14.500 per dollar AS.

Sekretaris Perusahaan SRIL Welly Salam mengatakan, penguatan rupiah bagi perusahaan berbasis ekspor cenderung merugikan. Biaya yang harus dikeluarkan menjadi lebih tinggi karena mengacu pada kurs dollar AS. "Volatilitas rupiah sudah terjadi sejak 2018, jadi strategi kami saat ini tetap meningkatkan porsi ekspor mencapai 60% dari total penjualan," kata Welly, kepada KONTAN, kemarin.

Welly mengatakan, margin SRIL menurun 1% setiap rupiah menguat 10%. Untuk itu, mengantisipasi risiko volatilitas, SRIL hedging atas penjualan dollar AS hasil ekspor. Saat ini, aktivitas ekspor SRIL berkontribusi 58% terhadap pendapatan.

PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) pun menganggap level rupiah saat ini masih di batas wajar. Tahun ini, WOOD mematok kurs di Rp 13.500-Rp 14.000 per dollar AS. Direktur Keuangan WOOD Wang Sutrisno mengaku telah menyiapkan strategi mengantisipasi risiko volatilitas nilai tukar rupiah dengan memaksimalkan penggunaan bahan baku domestik.

Namun, apabila penguatan nilai tukar rupiah di luar batas kewajaran, WOOD khawatir daya saing akan terkikis. Padahal di tahun ini, WOOD menargetkan pendapatan tumbuh 30%.

Emiten berbasis impor

PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) tidak memiliki patokan kurs dollar tertentu. "Penguatan rupiah terasa bagi konsumen karena sistem pricing kami adalah price true. Sehingga, pelemahan ataupun penguatan rupiah akan berpengaruh ke harga jual produk," ungkap Head of Corporate Communication MAPI Fetty Kwartati. Penguatan rupiah menurut dia, akan membuat penawaran harga produk lebih kompetitif. Sehingga, permintaan akan terjaga.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Perusahaan ini berjanji jika rupiah terus menguat tidak akan lagi menaikkan harga jual. "Sekarang nilai tukar rupiah rata-rata di level Rp 14.000. Kalau penguatan rupiah berlanjut, bisa kami pastikan harga tidak jadi naik," jelas Vidjongtius, Direktur Utama Kalbe Farma.

Tahun lalu, patokan kurs dollar KLBF di Rp 14.500-Rp 15.000. Jika rupiah terus menguat, KLBF akan merevisi acuan tersebut.

David Sutyanto, Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas, menilai, penguatan rupiah hanya berlangsung selama kuartal I tahun ini. Untuk selanjutnya pelaku industri harus hati-hati.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Tak Banyak Katalis yang bisa Menopang, IHSG Pekan Ini Diprediksi Lanjutkan Koreksi
| Minggu, 03 Agustus 2025 | 17:11 WIB

Tak Banyak Katalis yang bisa Menopang, IHSG Pekan Ini Diprediksi Lanjutkan Koreksi

Tekanan jual investor asing atas aset berisiko termasuk saham di bursa Indonesia, diperkirakan akan terus berlanjut.

Adu Balap Kinerja GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) dan Bukalapak.com (BUKA)
| Minggu, 03 Agustus 2025 | 13:00 WIB

Adu Balap Kinerja GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) dan Bukalapak.com (BUKA)

BUKA telah melaporkan kinerja semester I-2025 dengan perolehan laba bersih Rp 464,45 miliar dari sebelumnya rugi bersih Rp 751,90 miliar.

Membedah Dampak Kehadiran IMIP terhadap Ekonomi Masyarakat Bahodopi dan Morowali
| Minggu, 03 Agustus 2025 | 11:12 WIB

Membedah Dampak Kehadiran IMIP terhadap Ekonomi Masyarakat Bahodopi dan Morowali

Kawasan Industri PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) mengubah Bahodopi menjadi wilayah yang tak pernah tidur.

Profit 25,30% Setahun, Belum Ada Update Harga Emas Antam Hari Ini (3 Agustus 2025)
| Minggu, 03 Agustus 2025 | 09:50 WIB

Profit 25,30% Setahun, Belum Ada Update Harga Emas Antam Hari Ini (3 Agustus 2025)

Harga emas batangan Antam 24 hari ini masih sesuai update 2 Agustus 2025 di Logammulia.com Rp 1.948.000 per gram, buyback Rp 1.793.000 per gram.

Program Serampangan
| Minggu, 03 Agustus 2025 | 06:15 WIB

Program Serampangan

Menjelang akhir Juli 2025, jutaan warga di Jember dan Banyuwangi, Jawa Timur dibuat sengsara akibat kelangkaan bahan bakar minyak (BBM).

Lika-liku Usaha KAI Meniti Impian Transportasi Hijau
| Minggu, 03 Agustus 2025 | 05:50 WIB

Lika-liku Usaha KAI Meniti Impian Transportasi Hijau

Dari sisi lingkungan, KAI secara bertahap menurunkan jejak karbon meski jalan masih panjang. Namun KAI masih punya pekerjaan rumah, apa saja ?

Bisnis Studio Estetik Beromzet Fantastik
| Minggu, 03 Agustus 2025 | 05:35 WIB

Bisnis Studio Estetik Beromzet Fantastik

Kebutuhan promosi konten di sosial media makin berkembang. Usaha studio pun jadi peluang menjanjikan. Seperti apa bisnisnya?

 
Nasib LCGC Saat Mobil Listrik Murah Makin Bergairah
| Minggu, 03 Agustus 2025 | 05:10 WIB

Nasib LCGC Saat Mobil Listrik Murah Makin Bergairah

Kehadiran BYD Atto 1 bukan hanya menggoyang pasar mobil listrik, tetapi juga mengancam eksistensi pasar mobil low cost green car (LCGC).

 
Ada Unsur Spekulasi, BEI Suspensi Dua Emiten Ini
| Minggu, 03 Agustus 2025 | 04:50 WIB

Ada Unsur Spekulasi, BEI Suspensi Dua Emiten Ini

Pergerakan harga BUVA seperti tengah mengejar ketertinggalan kenaikan, dengan memanfaatkan sentimen dari aksi beli Hapsoro.

Daya Beli Masyarakat Lesu dan Ekonomi Buruk Bikin Sido Muncul (SIDO) Masuk Angin
| Minggu, 03 Agustus 2025 | 04:45 WIB

Daya Beli Masyarakat Lesu dan Ekonomi Buruk Bikin Sido Muncul (SIDO) Masuk Angin

Penurunan tersebut dikarenakan pelemahan konsumsi rumah tangga serta kondisi makroekonomi yang kurang baik selama semester pertama 2025,

INDEKS BERITA

Terpopuler