ILUSTRASI. Pekerja mengalirkan cairan feronikel yang sudah lebur di pabrik Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Sultra PT Aneka Tambang (ANTAM). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/foc/18.
Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Resesi global menjadi salah satu sentimen yang akan membayangi harga komoditas logam, khususnya nikel dan emas. Namun, kenaikan permintaan dari China diharapkan dapat kembali mendorong harga komoditas logam pada tahun depan.
Analis Mirae Asset Sekuritas Juan Harahap mengatakan, harga nikel mengalami koreksi setiap kali periode resesi. Contohnya, pada resesi Amerika Serikat (AS) pada tahun 1990, 2001, 2008 dan 2020, terjadi penurunan harga nikel dengan kisaran 7,4% sampai 67,4%, dengan rata-rata penurunan 32,5%. Penurunan terbesar terjadi selama resesi di 2008.
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.
Sudah berlangganan? Masuk
Berlangganan Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi, bisnis, dan investasi pilihan
Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari
Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.