Gazprom Minta Perusahaan Gas India Membayar Pasokan dengan Euro, Bukan Dolar

Senin, 28 Maret 2022 | 16:01 WIB
Gazprom Minta Perusahaan Gas India Membayar Pasokan dengan Euro, Bukan Dolar
[ILUSTRASI. Ilustrasi pipa gas alam di atas logo Gazprom, 31 Januari 2022. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Gazprom meminta penyalur gas terbesar di India, GAIL (India), untuk membayar pasokan gas dalam euro, bukan dolar Amerika Serikat (AS), tutur dua sumber. Permintaan itu mencerminkan upaya raksasa energi Rusia itu untuk melepaskan diri dari mata uang AS menyusul konflik Ukraina.

Negara-negara Eropa dan AS telah memberlakukan sanksi ekonomi bagi Rusia sejak negara itu mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari.

GAIL memiliki kesepakatan impor gas jangka panjang dengan Gazprom Marketing & Trading Singapore. Dalam kesepakatan tersebut, GAIL membeli 2,5 juta ton gas alam cair setiap tahunnya dari Gazprom. Atas pasokan gas tersebut, GAIL membayar dalam dolar AS.

GAIL, yang mengimpor dan mendistribusikan gas, juga mengoperasikan jaringan pipa gas terbesar di India.

Pekan lalu, Gazprom menulis kepada GAIL meminta agar perusahaan menyelesaikan pembayaran untuk pembelian gas dalam euro, bukan dolar, demikian penuturan sumber yang mengetahui masalah tersebut. Ia menambahkan bahwa perusahaan India yang dikelola negara itu masih memeriksa permintaan tersebut.

Baca Juga: Untuk Tingkatkan Produksi, Sinopec Boros Berinvestasi di Sektor Hulu pada Tahun Ini

"GAIL tidak melihat adanya masalah dalam menyelesaikan pembayaran dalam euro karena negara-negara Eropa membayar impor mereka dalam euro," kata salah satu sumber. Sumber tersebut mengatakan bahwa sanksi mungkin tidak mengenai pembayaran dalam euro karena kontrak GAIL adalah dengan unit Gazprom Singapura.

Gazprom dan GAIL tidak menanggapi email Reuters yang meminta komentar.

Sanksi Barat telah menekan dan melumpuhkan ekonomi Rusia. Tetapi Uni Eropa, yang bergantung pada minyak dan gas Rusia, telah berhenti membatasi impor energi dan terus membayar dalam euro.

Presiden Vladimir Putin mengatakan pada hari Rabu bahwa Rusia, produsen gas terbesar di dunia, akan segera meminta negara-negara "tidak ramah" untuk membayar bahan bakar dalam rubel.

Baca Juga: Ekonomi Makin Melambat, China Siapkan Insentif Penerbitan Obligasi Korporasi

Kendati menyerukan diakhirnya kekerasan di Ukraina, India menahan diri untuk mengecam Rusia. Negeri itu juga tidak melarang impor minyak dan gas Rusia, seperti beberapa negara Barat.

Faktanya, perusahaan India memborong minyak dari Rusia yang saat ini tersedia dengan harga diskon, karena beberapa perusahaan dan negara Barat menghindari pembelian dari Moskow.

Sumber tersebut mengatakan bahwa sejauh ini Gazprom memasok volume yang dijanjikan berdasarkan kontraknya dengan GAIL.

Sumber tersebut menolak disebutkan namanya karena mereka tidak berwenang untuk berbicara kepada media.

Bagikan

Berita Terbaru

Prospek RMK Energy (RMKE) Cerah Meski Harga Batubara Terpuruk
| Selasa, 30 Desember 2025 | 15:00 WIB

Prospek RMK Energy (RMKE) Cerah Meski Harga Batubara Terpuruk

Menurut analis, model bisnis RMKE memiliki keunggulan, terutama dari sisi efektifitas biaya, keselamatan, kepatuhan regulasi, dan biaya.

MLBI Jaga Kinerja di Momen Penting Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
| Selasa, 30 Desember 2025 | 13:00 WIB

MLBI Jaga Kinerja di Momen Penting Natal 2025 dan Tahun Baru 2026

Manajemen MLBI memastikan, merek-merek mereka berada dalam posisi yang kuat dan tersedia untuk memenuhi permintaan konsumen.

Prospek Minyak Dunia 2026 Masih Tertekan, Surplus Pasokan Jadi Tema Utama
| Selasa, 30 Desember 2025 | 11:00 WIB

Prospek Minyak Dunia 2026 Masih Tertekan, Surplus Pasokan Jadi Tema Utama

Goldman Sachs dalam risetnya menilai pasar minyak global masih akan berada dalam kondisi kelebihan pasokan pada 2026.

Richer Versus Faster Richer : Perhitungan Kalkulus di Balik Investasi
| Selasa, 30 Desember 2025 | 09:22 WIB

Richer Versus Faster Richer : Perhitungan Kalkulus di Balik Investasi

Di masa lalu, kekayaan ratusan miliar dolar Amerika Serikat (AS) terdengar mustahil. Hari ini, angka-angka itu menjadi berita rutin. 

Menavigasi Jalan Terjal Ekonomi Global 2026
| Selasa, 30 Desember 2025 | 07:12 WIB

Menavigasi Jalan Terjal Ekonomi Global 2026

Di sejumlah negara dengan pendekatan populis yang kuat, peran pemerintah melalui jalur fiskal begitu kuat, mengalahkan peran ekonomi swasta.

Bayar Tagihan Ekologis
| Selasa, 30 Desember 2025 | 07:02 WIB

Bayar Tagihan Ekologis

Penerapan kebijakan keberlanjutan di sektor perkebunan dan pertambangan tak cukup bersifat sukarela (voluntary compliance).

Mengejar Investasi untuk Mencapai Target Lifting
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:06 WIB

Mengejar Investasi untuk Mencapai Target Lifting

ESDM mencatat, realisasi lifting minyak hingga akhir November 2025 berada di kisaran 610.000 bph, naik dari capaian 2024 yang sekitar 580.000 bph.

Laju Saham Properti Masih Bisa Mendaki
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:05 WIB

Laju Saham Properti Masih Bisa Mendaki

Di sepanjang tahun 2025, kinerja saham emiten properti terus melaju. Alhasil, indeks saham emiten properti ikut terdongkrak.

Beragam Tantangan Mengadang Emas Hitam di Tahun Depan
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:01 WIB

Beragam Tantangan Mengadang Emas Hitam di Tahun Depan

Sektor mineral dan batubara turut menopang anggaran negara melalui setoran penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Prodia Widyahusada (PRDA) akan Ekspansi Jaringan ke Asia Tenggara
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:00 WIB

Prodia Widyahusada (PRDA) akan Ekspansi Jaringan ke Asia Tenggara

Fokus utama PRDA diarahkan pada pengembangan layanan kesehatan masa depan, terutama di bidang terapi regeneratif 

INDEKS BERITA

Terpopuler