Harga Minyak Tertahan Ekspektasi Pasokan Tidak Akan Meningkat
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak, Selasa (17/8), berbalik arah seiring aksi bargain hunting investor, yang berekspektasi produsen utama tidak akan segera meningkatkan pasokan. Namun harga tidak bergerak lebih tinggi lagi, karena pasar masih merisaukan melemahnya permintaan.
Minyak mentah Brent naik US$ 0,13 atau 0,2%, menjadi US$ 69,64 per barel pada perdagangan sesi pagi di Asia. Brent melemah 1,5% pada hari Senin.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat US$ 0,14 atau 0,2% menjadi US$ 67,43 per barel, setelah merosot 1,7% pada hari sebelumnya.
Baca Juga: Ini kata Pertamina soal peluang dan tantangan bisnis LNG
Empat sumber mengatakan kepada Reuters bahwa OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, percaya pasar minyak tidak membutuhkan lebih banyak pasokan, daripada yang sudah mereka untuk beberapa bulan mendatang. Kendati, pemerintah Amerika Serikat (AS) membujuk OPEC+ untuk menambah pasokan, agar harga minyak terkendali.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden, pekan lalu mendesak kelompok produsen untuk meningkatkan produksi minyak guna mengatasi kenaikan harga bensin yang dinilai bisa menghambat pemulihan ekonomi global.
"WTI memiliki support di sekitar US$ 65 per barel, dan investor cenderung melakukan bargain hunting setiap kali minyak acuan mendekati level seperti yang telah kita lihat pada hari Senin dan minggu lalu," kata Toshitaka Tazawa, seorang analis di Fujitomi Securities Co Ltd.
Pasar mengabaikan kenaikan produksi minyak serpih AS, imbuh dia.
Produksi minyak serpih AS diperkirakan akan meningkat menjadi 8,1 juta barel per hari (bph) pada September, yang merupakan produksi tertingginya sejak Mei 2020, menurut laporan produktivitas pengeboran bulanan Administrasi Informasi Energi pada Senin.
"Tetapi setiap kenaikan harga minyak kemungkinan akan terbatas karena lonjakan infeksi varian Delta virus corona di seluruh dunia memicu kekhawatiran atas perlambatan permintaan bahan bakar global," kata Tazawa.
Baca Juga: Harga minyak rebound, setelah terkoreksi tiga hari berturut-turut
Kekhawatiran atas permintaan yang lebih lemah di China, importir minyak terbesar dunia, menyeruak di pasar, Senin. Pemicunya, data harian penyulingan minyak mentah di negara itu, bulan lalu, turun ke level terendahnya sejak Mei 2020. Penyebab penurunan itu adalah pemangkasan produksi yang dilakukan pabrik swasta, stok yang masih tinggi, dan laba yang melemah.
Output pabrik dan pertumbuhan penjualan ritel China juga melambat tajam dan meleset dari ekspektasi pada Juli, karena wabah Covid-19 baru dan banjir mengganggu operasi bisnis. Ini menambah tanda-tanda pemulihan ekonomi di China kehilangan momentum.
Hedge fund menjual minyak bumi pekan lalu untuk keenam kalinya dalam delapan minggu karena infeksi virus corona yang bangkit kembali di China, Eropa, dan Amerika Utara. Gelombang baru infeksi mengurangi harapan pembukaan kembali penerbangan penumpang jarak jauh dalam waktu dekat.
Selanjutnya: China Siapkan Rancangan Aturan untuk Cegah Persaingan Tidak Sehat di Bisnis Digital