INCO Menggali Peluang Laba dari Efisiensi

Sabtu, 03 Agustus 2019 | 07:31 WIB
INCO Menggali Peluang Laba dari Efisiensi
[]
Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - LUWU TIMUR. Kenaikan harga nikel menopang penjualan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) pada kuartal kedua lalu. Perusahaan tambang ini juga mengedepankan efisiensi ketimbang sekadar mengandalkan pergerakan harga komoditas untuk menopang kinerja keuangannya.

Pada periode April hingga Juni 2019, produksi nikel emiten ini meningkat 34,79% menjadi 17.631 metrik ton. Sementara pada tiga bulan pertama tahun ini, produksi nikel mencapai 13.080 metrik ton.

Penjualan juga tumbuh 22,34% menjadi 16.965 metrik ton. Perolehan ini ditopang kenaikan harga rata-rata penjualan sebesar 7,2% jadi US$ 9.774 per metrik ton.

Baca Juga: Perhitungan Valuasi Saham Vale (INCO) Menggunakan Skema DCF 

Chief Financial Officer Vale Indonesia Bernadus Irmanto menjelaskan, selain kenaikan penjualan dan harga rata-rata yang lebih tinggi, perusahaan ini juga mampu menekan beban pokok pendapatan per metrik ton nikel matte. "Aktivitas pemeliharaan yang telah direncanakan selesai dikerjakan," kata Bernardus dalam rilis resminya.

Kendati begitu, jika ditarik dari awal tahun, kinerja INCO sejatinya masih lesu. Pada semester I-2019, pendapatan perusahaan ini masih menurun 21,99% menjadi US$ 292,2 juta, dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 374,6 juta.

Laba sebelum bunga, pajak, dan amortisasi (EBITDA) INCO bahkan anjlok 70% menjadi US$ 32,8 juta. Ini karena penjualan dan harga jual rata-rata nikel pada semester satu tahun ini menurun tajam.

Baca Juga: Beli mesin baru, Vale Indonesia (INCO) klaim jadi banyak berhemat 

Volume penjualan...

 

Volume penjualan nikel matte INCO pada semester I-2019 turun 14,36% secara year on year menjadi 30.832 metrik ton. Begitu juga harga jual rata-rata nikel INCO pada periode yang sama turun 8,89% menjadi US$ 9.479 per metrik ton. Oiya, INCO baru akan merilis laporan keuangan semester I pada Senin (5/8) mendatang.

Untuk menjaga agar kinerja keuangan lebih stabil, INCO gencar melakukan efisiensi. Salah satunya dengan menggunakan bahan bakar tenaga listrik. Program ini dimulai sejak Mei 2019 lalu.

Sebelumnya, INCO menggunakan bahan bakar high sulfur fuel oil (HSFO) alias solar. Salah satu kelemahan HSFO adalah harganya tergantung fluktuasi di pasar. Karena itu, harga di luar kendali perusahaan.

Baca Juga: Bertandang ke Taman Mining, Sorowako ala Vale Indonesia 

"Boiler baru ini mendapat suplai listrik dari PLTA kami. Sehingga bisa dikatakan nol emisi," ujar Senior Manager Communications Vale Indonesia Bayu Aji, kemarin (2/8).

Untuk membangun boiler listrik ini, Vale berinvestasi sekitar US$ 3,9 juta. Tak hanya ramah lingkungan, kinerja boiler juga sangat menghemat waktu serta operasional, karena lebih ekonomis 33 kali dibanding model sebelumnya. Penghematannya mencapai US$ 5 juta, atau setara dengan Rp 70 miliar setahun.

Bayu menambahkan, efisiensi sejatinya dilakukan oleh hampir semua divisi. Bahkan di divisi nursery dan reklamasi, bisa ada penghematan antara Rp 200 juta-Rp 300 juta, berkat penggunaan pupuk kompos.

 

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Mayoritas PMI ASEAN Melemah di Juni 2025, Indonesia Paling Bontot
| Rabu, 02 Juli 2025 | 16:07 WIB

Mayoritas PMI ASEAN Melemah di Juni 2025, Indonesia Paling Bontot

Kinerja industri manufaktur mayoritas negara-negara ASEAN masih melempem di penghujung semester I-2025.

Korupsi Proyek Mesin EDC Rp 2,1 Triliun, Hingga Akhir 2024 BRI Miliki 776.000 Unit
| Rabu, 02 Juli 2025 | 15:30 WIB

Korupsi Proyek Mesin EDC Rp 2,1 Triliun, Hingga Akhir 2024 BRI Miliki 776.000 Unit

Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Budi Prasetyo menuturkan bahwa nilai proyek pengadaan EDC di BRI mencapai Rp 2,1 triliun.

Pemerintah Akan Kembali Revisi Aturan PLTS Atap, Ini Bocorannya
| Rabu, 02 Juli 2025 | 15:11 WIB

Pemerintah Akan Kembali Revisi Aturan PLTS Atap, Ini Bocorannya

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana kembali merevisi aturan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).​

Ramai IPO Hari Ini (2/7), Intip Harga Penawaran Perdana Delapan Calon Emiten
| Rabu, 02 Juli 2025 | 15:03 WIB

Ramai IPO Hari Ini (2/7), Intip Harga Penawaran Perdana Delapan Calon Emiten

Menurut laman resmi e-IPO, delapan calon emiten ini menggelar penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) pada 2 Juli 2025.

Inflasi Juni Capai 0,19%, Dipicu Harga Beras
| Rabu, 02 Juli 2025 | 09:20 WIB

Inflasi Juni Capai 0,19%, Dipicu Harga Beras

Secara tahunan, inflasi tercatat sebesar 1,87%, naik dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,6%

Aset Negara per Akhir 2024 Rp 13.600 Triliun
| Rabu, 02 Juli 2025 | 09:03 WIB

Aset Negara per Akhir 2024 Rp 13.600 Triliun

Aset negara mencapai Rp 13.692,4 triliun per 31 Desember 2024, naik dibanding 2023 yang sebesar Rp 13.072,8 triliun

Profit 28,44% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melompat Lagi (2 Juli 2025)
| Rabu, 02 Juli 2025 | 08:30 WIB

Profit 28,44% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melompat Lagi (2 Juli 2025)

Harga emas Antam hari ini (2 Juli 2025) Rp 1.913.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 28,44% jika menjual hari ini.

Surplus Dagang Naik Pasca Perang Mereda
| Rabu, 02 Juli 2025 | 08:08 WIB

Surplus Dagang Naik Pasca Perang Mereda

Neraca perdagangan Indonesia pada bulan Mei 2025 mencatatkan surplus sebesar US$ 4,3 miliar, jauh lebih besar dari bulan sebelumnya

Defisit Anggaran 2025 Melebar dari Target
| Rabu, 02 Juli 2025 | 07:47 WIB

Defisit Anggaran 2025 Melebar dari Target

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, jika tidak dilakukan efisiensi anggaran, defisit bisa lebih lebar lagi

Sektor Manufaktur Kian Loyo, Laju Ekonomi Masih Lesu
| Rabu, 02 Juli 2025 | 07:35 WIB

Sektor Manufaktur Kian Loyo, Laju Ekonomi Masih Lesu

PMI Manufaktur Indonesia pada bulan Juni merupakan terendah sejak April 2025 dan sejak Agustus 2021 lalu

INDEKS BERITA

Terpopuler