Indeks Obligasi Mencetak Rekor Tertinggi

Selasa, 16 Juli 2019 | 05:32 WIB
Indeks Obligasi Mencetak Rekor Tertinggi
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia masih bergerak dalam tren positif. Sejumlah analis menilai, meski pekan ini ada rapat petinggi Bank Indonesia (BI) yang bisa mempengaruhi pasar, pasar obligasi domestik tetap menarik, apapun keputusan BI nanti.

Research Analyst Capital Asset Management Desmon Silitonga mengatakan, agenda Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI memang menjadi sentimen utama yang dicermati pelaku pasar pekan ini. Maklum, ekspektasi BI menurunkan suku bunga acuan BI 7-day repo rate (BI 7-DRR) di bulan ini cukup besar.

Ekspektasi tersebut diperkuat oleh membaiknya kondisi fundamental ekonomi Indonesia. Misalnya, data neraca dagang di bulan Juni kembali surplus sebesar US$ 200 juta. Kemarin, nilai tukar rupiah pun berhasil menguat dan akhirnya tembus ke bawah Rp 14.000 per dollar AS.

Dengan begitu, Desmon yakin apabila BI jadi memangkas suku bunga acuan, pasar obligasi Indonesia akan makin bullish. "Probabilitas yield SUN 10 tahun turun ke bawah level 7% semakin terbuka dalam waktu dekat," kata dia, Senin (15/7).

Asal tahu saja, kemarin yield SUN bertenor 10 tahun kembali menembus level terendah, yakni 7,081%. Artinya, harga obligasi di dalam negeri cenderung menguat. Penguatan ini tercermin pada pergerakan indeks obligasi.

Indonesia Composite Bond Index (ICBI) pada penutupan perdagangan kemarin mencapai level 265,57. Ini merupakan level tertinggi ICBI sepanjang masa. Sejak awal tahun, ICBI sudah naik 10,17%.

Indeks SUN yang dirangkum Himdasun juga mencetak rekor. Pada perdagangan kemarin, indeks ini ditutup di 100,58, level tertinggi sejak Mei tahun lalu.

Desmon menilai, pasar obligasi masih akan stabil meskipun bank sentral Indonesia kembali menahan suku bunga acuan di level 6,00% sambil menunggu keputusan pasti dari The Federal Reserve. Skenario ini dianggap masih sejalan dengan ekspektasi para pelaku pasar.

Pengamat Pasar Modal Anil Kumar cukup yakin BI akan memilih mempertahankan suku bunga acuan di level saat ini. "Jika suku bunga acuan kembali ditahan, artinya BI menginginkan stabilitas. Keputusan ini tetap akan menimbulkan efek positif bagi pasar obligasi," jelas dia.

Minat investor asing juga tinggi. Sejak berakhirnya libur lebaran, investor asing terus berbondong-bondong masuk ke pasar obligasi.

Apalagi, S&P menaikkan peringkat utang Indonesia, di tengah meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga acuan AS. Tak heran, porsi kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN) terus bertambah.

Sentimen politik

Sentimen politik juga membuat pasar obligasi ciamik, "Ketidakpastian politik dalam negeri dipastikan hilang usai pertemuan Jokowi dan Prabowo akhir pekan kemarin," kata Anil. Terlebih, pidato visi-misi kepemimpinan Joko Widodo di periode kedua juga menimbulkan optimisme pelaku pasar.

Akhirnya ini berdampak positif bagi pasar obligasi. "Yield SUN bisa mengalami tren penurunan satu hingga dua tahun ke depan jika kebijakan pemerintah membuahkan hasil," terang Anil.

Desmon menilai, di tengah kondisi pasar obligasi yang positif akhir-akhir ini, pilihan melakukan strategi trading jangka pendek ataupun menahan kepemilikan obligasi secara jangka panjang sama-sama akan berdampak positif bagi para investor.

Bagikan

Berita Terbaru

Aksi Borong Beras Premium Menambah Getir Pasokan
| Senin, 08 September 2025 | 06:21 WIB

Aksi Borong Beras Premium Menambah Getir Pasokan

Beras premium mulai langka selama 1 bulan terakhir ini, salah satunya karena isu beras oplosan diikuti panic buying (aksi borong).

Saham Big Caps Dibayangi Tekanan Jual, Saham Lapis Kedua Menarik Dilirik
| Senin, 08 September 2025 | 06:05 WIB

Saham Big Caps Dibayangi Tekanan Jual, Saham Lapis Kedua Menarik Dilirik

Saat saham big caps atau berkapitalisasi besar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dibayangi tekanan jual, saham lapis kedua menarik dilirik.

Pintu Kredit Koperasi Merah Putih Mulai Dibuka
| Senin, 08 September 2025 | 05:55 WIB

Pintu Kredit Koperasi Merah Putih Mulai Dibuka

Koperasi Merah Putih bisa dapat kredit maksimal Rp 3 miliar di Bank Himbara per September ini dengan ketentuan tertentu. 

Harga Logam Mulia Berkilau, Prospek Emiten Emas Semakin Memukau
| Senin, 08 September 2025 | 05:55 WIB

Harga Logam Mulia Berkilau, Prospek Emiten Emas Semakin Memukau

Permintaan investasi emas diperkirakan meningkat melalui pembelian ETF emas, yang tiga tahun terakhir  lebih dari 1.000 ton, tertinggi 10 tahun.

Di September IHSG Kerap Terkoreksi, Namun Lima Saham ini Punya Catatan Sebaliknya
| Senin, 08 September 2025 | 05:47 WIB

Di September IHSG Kerap Terkoreksi, Namun Lima Saham ini Punya Catatan Sebaliknya

Rata-rata kinerja Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) di bulan September sepanjang perode tahun 2015-2024, mencetak minus 1,81%.

Mengawali Pekan Setelah Long Weekend, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini, Senin (8/9)
| Senin, 08 September 2025 | 05:46 WIB

Mengawali Pekan Setelah Long Weekend, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini, Senin (8/9)

Asing sendiri pada sepekan lalu tercatat melakukan aksi jual bersih alias net sell sekitar Rp 4,17 triliun.

Harga Beras dan Jagung Masih Bertahan Tinggi
| Senin, 08 September 2025 | 05:40 WIB

Harga Beras dan Jagung Masih Bertahan Tinggi

Harga beras dan jagung masih tetap tinggi meskipun pemerintah sudah mengguyur beragam kebijakan untuk meredam harga pangan.

Pebisnis Furnitur Antisipasi Tarif Tambahan AS
| Senin, 08 September 2025 | 05:20 WIB

Pebisnis Furnitur Antisipasi Tarif Tambahan AS

Meminta pemerintah segera mengambil langkah strategis untuk mengantisipasi dampak kebijakan Trump tersebut.

Daerah Bisa Tambah Dana Lewat Pengajuan Proyek
| Senin, 08 September 2025 | 05:20 WIB

Daerah Bisa Tambah Dana Lewat Pengajuan Proyek

Pemeritah berencana memberi tambahan anggaran ke daerah lewat proyek untuk mengakali penurunan dana transfer ke daerah. 

Menanti Taji Diversifikasi Pasar oleh Perusahaan Leasing
| Senin, 08 September 2025 | 04:45 WIB

Menanti Taji Diversifikasi Pasar oleh Perusahaan Leasing

Pelaku usaha multifince mencetak piutang pembiayaan sebesar Rp 502,9 triliun per Juli 2025 alias hanya tumbuh 1,79% secara tahunan

INDEKS BERITA

Terpopuler