Ini Valuta Asing Pilihan Saat Bunga Acuan dan Harga Komoditas Naik

Kamis, 09 Juni 2022 | 04:05 WIB
Ini Valuta Asing Pilihan Saat Bunga Acuan dan Harga Komoditas Naik
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun ini, dollar Amerika Serikat (AS) menjadi mata uang yang paling perkasa disandingkan dengan rupiah. Sementara yen Jepang justru jadi mata uang dengan kinerja paling buruk.

Kendati begitu, pada Mei, investor yang memegang yen Jepang menghasilkan cuan 2,36% dan menjadi kinerja paling baik dibanding mata uang lainnya. 

Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengungkapkan, apiknya kinerja yen Jepang selama Mei karena optimistis terhadap perekonomian Jepang yang diproyeksikan mulai membaik di tengah stimulus bank sentral jepang (BoJ). Kendati begitu, dalam jangka panjang, kebijakan BOJ dianggap kontraproduktif dibanding bank sentral global lainnya yang memilih menaikkan suku bunga yang menyebabkan mata uangnya menjadi lebih menarik. 

Baca Juga: Mata Uang Komoditas Diyakini Punya Prospek Paling Cuan di Tahun Ini

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf juga sepakat menyebut jika penguatan yen Jepang tidak akan bertahan lama apalagi pabrikan Jepang di Indonesia cukup banyak. Sehingga, tidak mungkin menahan yen menguat lama. 

Ke depan, Alwi dan Faisyal meyakini, mata uang komoditas masih menarik. Salah satunya adalah dollar Australia. Kata Alwi, keputusan bank sentral Australia (RBA) menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin menjadi 0,85% menarik disimak. Hal itu adalah level tertinggi sejak September 2019.

Bahkan Alwi menilai, ke depan masih ruang bagi RBA melakukan pengetatan moneter lagi. Di satu sisi, konflik Rusia-Ukraina yang tak jelas ujungnya akan membuat harga komoditas unggulan Australia, yakni batubara masih tetap tinggi di sisa tahun ini.

Baca Juga: Dolar AS Diyakini Jadi Mata Uang Paling Prospektif Hingga Akhir Tahun

"Bagi yang tertarik pada dollar Australia di level Rp 10.250 bisa jadi entry point yang menjanjikan. Lalu level Rp 10.700 bisa dijadikan untuk target exit," imbuh Alwi. Dia juga menyarankan, dollar Kanada untuk jadi pilihan. Secara fundamental, loonie didukung sikap bank sentral Kanada (BoC) yang lebih dahulu agresif dalam pengetatan moneter.

Bahkan tidak menutup kemungkinan, BoC ke depan masih akan menaikkan suku bunga acuan sebagai langkah menghadapi kenaikan inflasi.

Bahkan dengan kenaikan harga minyak ada di US$ 120 per barel, maka PDB Kanada bisa lebih tinggi. "Untuk loonie, investor bisa masuk saat di Rp 11.400 dan jual di Rp 11.750," saran Alwi.

Selain mata uang komoditas Faisyal memilih, dollar AS karena rencana naiknya suku bunga. Dia menyarankan masuk saat di Rp 14.400 dan rupiah bisa melaju ke Rp 15.000. Dia juga menyarankan euro karena rencana bunga acuan dan hindari poundsterling. 

Baca Juga: Harapan Akan ECB Buka Jalan Kenaikan Suku Bunga, Menopang Rekor Euro Atas Yen Jepang

Bagikan

Berita Terbaru

Prospek RMK Energy (RMKE) Cerah Meski Harga Batubara Terpuruk
| Selasa, 30 Desember 2025 | 15:00 WIB

Prospek RMK Energy (RMKE) Cerah Meski Harga Batubara Terpuruk

Menurut analis, model bisnis RMKE memiliki keunggulan, terutama dari sisi efektifitas biaya, keselamatan, kepatuhan regulasi, dan biaya.

MLBI Jaga Kinerja di Momen Penting Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
| Selasa, 30 Desember 2025 | 13:00 WIB

MLBI Jaga Kinerja di Momen Penting Natal 2025 dan Tahun Baru 2026

Manajemen MLBI memastikan, merek-merek mereka berada dalam posisi yang kuat dan tersedia untuk memenuhi permintaan konsumen.

Prospek Minyak Dunia 2026 Masih Tertekan, Surplus Pasokan Jadi Tema Utama
| Selasa, 30 Desember 2025 | 11:00 WIB

Prospek Minyak Dunia 2026 Masih Tertekan, Surplus Pasokan Jadi Tema Utama

Goldman Sachs dalam risetnya menilai pasar minyak global masih akan berada dalam kondisi kelebihan pasokan pada 2026.

Richer Versus Faster Richer : Perhitungan Kalkulus di Balik Investasi
| Selasa, 30 Desember 2025 | 09:22 WIB

Richer Versus Faster Richer : Perhitungan Kalkulus di Balik Investasi

Di masa lalu, kekayaan ratusan miliar dolar Amerika Serikat (AS) terdengar mustahil. Hari ini, angka-angka itu menjadi berita rutin. 

Menavigasi Jalan Terjal Ekonomi Global 2026
| Selasa, 30 Desember 2025 | 07:12 WIB

Menavigasi Jalan Terjal Ekonomi Global 2026

Di sejumlah negara dengan pendekatan populis yang kuat, peran pemerintah melalui jalur fiskal begitu kuat, mengalahkan peran ekonomi swasta.

Bayar Tagihan Ekologis
| Selasa, 30 Desember 2025 | 07:02 WIB

Bayar Tagihan Ekologis

Penerapan kebijakan keberlanjutan di sektor perkebunan dan pertambangan tak cukup bersifat sukarela (voluntary compliance).

Mengejar Investasi untuk Mencapai Target Lifting
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:06 WIB

Mengejar Investasi untuk Mencapai Target Lifting

ESDM mencatat, realisasi lifting minyak hingga akhir November 2025 berada di kisaran 610.000 bph, naik dari capaian 2024 yang sekitar 580.000 bph.

Laju Saham Properti Masih Bisa Mendaki
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:05 WIB

Laju Saham Properti Masih Bisa Mendaki

Di sepanjang tahun 2025, kinerja saham emiten properti terus melaju. Alhasil, indeks saham emiten properti ikut terdongkrak.

Beragam Tantangan Mengadang Emas Hitam di Tahun Depan
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:01 WIB

Beragam Tantangan Mengadang Emas Hitam di Tahun Depan

Sektor mineral dan batubara turut menopang anggaran negara melalui setoran penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Prodia Widyahusada (PRDA) akan Ekspansi Jaringan ke Asia Tenggara
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:00 WIB

Prodia Widyahusada (PRDA) akan Ekspansi Jaringan ke Asia Tenggara

Fokus utama PRDA diarahkan pada pengembangan layanan kesehatan masa depan, terutama di bidang terapi regeneratif 

INDEKS BERITA

Terpopuler