Investor Asing Meningkatkan Belanjanya di Pasar Modal China Selama Mei

Rabu, 08 Juni 2022 | 18:14 WIB
Investor Asing Meningkatkan Belanjanya di Pasar Modal China Selama Mei
[ILUSTRASI. Pejalan kaki dengan masker melintas di depan Shanghai Stock Exchange di kawasan Pudong, Shanghai, China, 3 Februari 2020. REUTERS/Aly Song/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Sepanjang Mei lalu, sejumlah investor asing masuk ke bursa saham dan pasar obligasi China yang sedang babak belur. Masa itu,  Beijing menggencarkan upaya untuk merangsang ekonominya yang lesu akibat lockdown selama dua bulan lebih dan peningkatan ketegangan politik global.

Di saat China memberlakukan pembatasan anti-virus yang keras, investor investor asing melakukan pembelian bersih saham-saham senilai US$ 2,5 miliar, demikian data Refinitiv Eikon dan bursa saham Hong Kong. Itu merupakan nilai pembelian terbersih selama empat bulan terakhir.

Di pasar obligasi China, arus masuk bersih investor asing sepanjang Mei mencapai US$ 2 miliar menurut data dari Institute of International Finance (IIF). Jika dikonfirmasi oleh data resmi China, maka arus masuk dana selama Mei mematahkan tren arus keluar dana asing yang terjadi selama Februari hingga April.

Mark Haefele, kepala investasi UBS Global Wealth Management, mengatakan China adalah pasar pilihannya di Asia karena pelonggaran pembatasan Covid-19 baru-baru ini, stimulus pemerintah dan valuasi saham yang lebih rendah.

Baca Juga: Tekanan Inflasi Semakin Kuat, Bank Sentral India Naikkan Bunga Acuan Lagi

Shanghai mengakhiri masa lockdown yang telah berlangsung dua bulan pada 1 Juni. Ibukota China, Beijing, juga melonggarkan pembatasan Covid-19. 

Pembuat kebijakan di China kini mengalihkan fokus kembali ke pertumbuhan untuk menarik ekonomi keluar dari keterpurukan. Meskipun para analis mengatakan China mungkin membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk membangkitkan kembali ekonominya.

Ekspektasi perubahan kebijakan membantu mendorong indeks blue-chip CSI 300 China untuk mengalami rebound selama sebulan terakhir.

Kekhawatiran kemungkinan sanksi Barat terhadap China, yang dipicu oleh operasi militer Rusia di Ukraina, juga telah surut. Kekhawatiran semacam itu, yang disebabkan oleh persahabatan Beijing dengan Moskow, berkontribusi terhadap arus keluar modal yang "belum pernah terjadi sebelumnya" di China selama kuartal pertama, menurut IIF.

Menurut data Refinitiv, pendapatan perusahaan China diperkirakan tumbuh 12,42% pada tahun 2022 meskipun ada dampak dari penguncian, lebih tinggi dari pertumbuhan rata-rata Asia sebesar 10,9%.

Baca Juga: Impor Bahan Bakar Melonjak, Surplus Transaksi Belanja Jepang Menyusut

Rasio price-to-earning emiten China selama 12 bulan terakhir sebesar 9,62, terendah kedua di Asia setelah Korea Selatan. Ini yang menjadi alasan sejumlah investor untuk melakukan bargain hunting.

Arus keluar dana asing di bursa China selama lima bulan pertama tahun ini secara kumulatif sebesar US$ 465 juta. Nilai itu jauh lebih kecil dibandingkan outflow di bursa India yang mencapai US$ 20,1 miliar, Taiwan US$ 24,8 miliar, maupun Korea Selatan US$ 11,3 miliar.

Goldman Sachs mengatakan ketegangan geopolitik dan pembatasan Covid tidak secara fundamental mengubah pertimbangan investor dalam menentukan apakah akan berinvestasi di bursa ekuitas terbesar kedua di dunia itu.

Bank Wall Street itu menambahkan, namun dalam setahun terakhir, ada kecenderungan investor global melakukan diversifikasi dari China. Atau, mengelola risiko yang terkait China dengan lebih baik.

Bagikan

Berita Terbaru

Metrodata Electronics (MTDL) Memperkuat Bisnis Solusi Digital Lewat AI
| Minggu, 09 November 2025 | 06:05 WIB

Metrodata Electronics (MTDL) Memperkuat Bisnis Solusi Digital Lewat AI

Melalui Megarock, MTDL membantu perusahaan mempercepat adopsi AI, dari ide menjadi implementasi nyata.

Direktur Eksekutif CSA Institute Pilih Saham yang Rajin Bagi Dividen
| Minggu, 09 November 2025 | 06:00 WIB

Direktur Eksekutif CSA Institute Pilih Saham yang Rajin Bagi Dividen

Perkenalan David Sutyanto, Direktur Eksekutif CSA Institute dengan dunia pasar modal dimulai dari bangku kuliah.

Baca Pola Dulu, Merajut Cuan Kemudian
| Minggu, 09 November 2025 | 05:45 WIB

Baca Pola Dulu, Merajut Cuan Kemudian

Merajut benang berwarna-warni menjadi tas, syal hingga gantungan kunci kian digemari orang. Kegiatan sederhana yang menu

 
Cuan Mekar Berbisnis Atap Berbahan Limbah Plastik
| Minggu, 09 November 2025 | 05:35 WIB

Cuan Mekar Berbisnis Atap Berbahan Limbah Plastik

Di tengah krisis sampah plastik yang mencemari, PT Impack Pratama Industri Tbk (IMPC) berinisiatif mengolah limbah jadi bahan baku.

 
Tumbuh Jangan Timpang
| Minggu, 09 November 2025 | 05:10 WIB

Tumbuh Jangan Timpang

​Konsumsi rumah tangga, yang selama ini berkontribusi paling dominan terhadap perekonomian nasional, hanya tumbuh 4,89% (yoy).

Strategi Investasi David Sutyanto : Pilih Saham yang Rajin Membagi Dividen
| Sabtu, 08 November 2025 | 11:08 WIB

Strategi Investasi David Sutyanto : Pilih Saham yang Rajin Membagi Dividen

Ia melakukan averaging down ketika dirasa saham tersebut masih punya peluang untuk membagikan dividen yang besar.

Rupiah Sepekan Terakhir Tertekan Risk Off dan Penguatan USD
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:15 WIB

Rupiah Sepekan Terakhir Tertekan Risk Off dan Penguatan USD

Nilai tukar rupiah cenderung tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan ini, meski menguat tipis di akhir minggu.

Bidik Popok hingga Tisu Sebagai Barang Kena Cukai
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:07 WIB

Bidik Popok hingga Tisu Sebagai Barang Kena Cukai

Ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 70 Tahun 2025 yang baru diterbitkan Kementerian Keuangan

Mengingat Iklim
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:05 WIB

Mengingat Iklim

Pemerintah harusmulai ambil ancang-ancang meneruskan upaya mengejar target emisi nol bersih dan memitigasi perubahan iklim.

Phising, Ancaman Transaksi Digital
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:05 WIB

Phising, Ancaman Transaksi Digital

Teknologi yang canggih sekalipun tidak bisa melindungi masyarakat banyak jika kewaspadaan masih lemah.​

INDEKS BERITA

Terpopuler