Kas Lebih Lemah, Fitch Pangkas Outlook PP Properti (PPRO) Jadi Negatif

Senin, 22 April 2019 | 16:54 WIB
Kas Lebih Lemah, Fitch Pangkas Outlook PP Properti (PPRO) Jadi Negatif
[]
Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fitch Ratings Indonesia menilai, kas PT PP Properti Tbk (PPRO) lebih lemah dari prapenjualan properti di tahun 2018. Kondisi tersebut membuat Fitch memangkas outlook peringkat PPRO menjadi negatif, dari sebelumnya stabil. 

Fitch juga mengafirmasi peringkat nasional jangka panjang PPRO di BBB+. Hal ini juga termasuk peringkat obligasi senior tanpa jaminan sebesar Rp 2 triliun dan program medium term notes (MTN) sebesar Rp 600 miliar. 

Menurut lembaga pemeringkat tersebut, revisi outlook ini karena kas PPRO yang lemah, disertai risiko signifikan dalam dua tahun ke depan. Di sisi lain, peringkat BBB+ masih mencerminkan likuiditas yang cukup dalam bentuk kas dan ketersediaan fasilitas pinjaman yang belum ditarik. PPRO juga masih punya cadangan lahan untuk proyeknya yang bisa mendorong penjualan dalam jangka menengah. 

Fitch memperkirakan, kas PPRO akan tetap lemah dalam dua tahun ke depan, terutama apabila perusahaan tidak dapat meraup pembayaran sebesar Rp 1,8 triliun dari penjualan tiga proyek apartemen di Surabaya yang dijual secara bulk ke satu investor. 

Tekanan terhadap dana kas ini bisa terjadi karena PPRO telah memperpanjang periode pembayaran prapenjualan ke sekitar 36-60 bulan dari sebelumnya, 12-36 bulan. Ini memang strategi PPRO untuk meningkatkan penjualannya saat permintaan properti sedang melemah. 

Rasio koleksi kas dari prapenjualan per utang kotor PPRO turun ke 14% di 2018 dari 42% di 2017. Rasio ini tetap turun meski PPRO telah memperlambat laju konstruksi dari tiga menara tersebut untuk menghemat dana kas.

Saat ini, PPRO tengah dalam pembicaraan dengan beberapa bank domestik untuk mengubah pembayaran pembeli dari cicilan menjadi KPR/KRA, untuk mempercepat arus masuk kas.

Di sisi lain, Fitch memperkirakan leverage PPRO yang diukur dengan net debt/adjusted inventory, akan meningkat ke 39% di 2018 dan 44% di 2020. Sebelumnya, rasio ini hanya sebesar 33% pada 2018. 

Fitch memperkirakan angka prapenjualan PPRO akan naik di atas Rp 2 triliun pada tahun ini. Angka ini belum memperhitungkan penjualan bulk. Proyeksi ini meningkat dari prapenjualan tahun 2018 sebesar Rp 1,3 triliun.

"Sebagian besar dari peningkatan tersebut kemungkinan akan terjadi di semester kedua 2019 setelah Pemilihan Umum Presiden," ujar analis Fitch, Sein (22/4). 

PPRO telah mengeluarkan sekitar Rp 2 triliun dan Rp 1,6 triliun untuk akuisisi lahan pada tahun 2017 dan 2018. Makanya, kini PPRO memiliki cadangan lahan yang cukup di sekitar proyek-proyek utamanya, seperti Grand Kamala Lagoon Bekasi, Transyogi Cibubur, dan Grand Shamaya. Proyek-proyek ini akan mendorong sebagian besar penjualan PPRO dalam dua tahun ke depan.

 

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Reli TRIN Mulai Patah, Analis: Kenaikan Masih Didominasi Sentimen Non Fundamental
| Senin, 15 Desember 2025 | 10:00 WIB

Reli TRIN Mulai Patah, Analis: Kenaikan Masih Didominasi Sentimen Non Fundamental

Reli saham TRIN terpicu kehadiran Rahayu Saraswati Djojohadikusumo sebagai calon pemegang saham strategis dan Komisaris Utama.

Bencana Sumatra dan Peran Investor Dalam Menjaga Lingkungan
| Senin, 15 Desember 2025 | 09:12 WIB

Bencana Sumatra dan Peran Investor Dalam Menjaga Lingkungan

Sebagai investor dan pengelola dana yang rasional maka konsep ESG investing akan sangat penting diperhatikan.

Ramai Penerbitan Obligasi ESG Sampai Akhir Tahun
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:49 WIB

Ramai Penerbitan Obligasi ESG Sampai Akhir Tahun

Korporasi getol meluncurkan obligasi bertema ESG di tahun ini. Nilai penerbitannya melampaui tahun 2024 lalu.

Mencari Reksadana Terbaik Tahun 2025 dengan Jensen Alpha
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:36 WIB

Mencari Reksadana Terbaik Tahun 2025 dengan Jensen Alpha

Namun dalam pemilihan investasi, investor hendaknya tetap memperhatikan faktor risiko yang harus ditanggung. 

ESG & Keberlanjutan HMSP:  Mengepul Dengan Produk Bebas Asap
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:32 WIB

ESG & Keberlanjutan HMSP: Mengepul Dengan Produk Bebas Asap

Isu kesehatan dan dampak sosial melekat di perusahaan rokok. PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) terus bertransisi untuk mengatasi isu tersebut.

Cadangan Devisa Akhir Tahun Berpotensi Menguat
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:23 WIB

Cadangan Devisa Akhir Tahun Berpotensi Menguat

BI mencatat, pada periode 8 hingga 11 Desember 2025, nonresiden beli neto sebesar Rp 1,14 triliun di pasar saham dan Rp 2,85 triliun di pasar SBN

Nataru Jadi Momentum Bagi Industri Ritel, Cek Target Harga Saham AMRT, ACES, dan MAPI
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:17 WIB

Nataru Jadi Momentum Bagi Industri Ritel, Cek Target Harga Saham AMRT, ACES, dan MAPI

Kinerja keuangan emiten peritel seperti AMRT, ACES, dan MAPI diprediksi bisa membaik di kuartal IV-2025.

Panca Anugrah Wisesa (MGLV) Siap Menambah Lini Produk Baru
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:05 WIB

Panca Anugrah Wisesa (MGLV) Siap Menambah Lini Produk Baru

Perusahaan akan menambah lini produk baru berupa outdoor furnitur dari salah satu nama beken asal Italia.

Manuver Keluarga Presiden Prabowo: Arsari Caplok COIN, Rahayu Saraswati Borong TRIN
| Senin, 15 Desember 2025 | 07:55 WIB

Manuver Keluarga Presiden Prabowo: Arsari Caplok COIN, Rahayu Saraswati Borong TRIN

Ekspansi bisnis keluarga Prabowo diterjemahkan pasar sebagai sinyal arah kebijakan ekonomi masa depan.

Pajak Bisa Pantau Properti WNI di Luar Negeri
| Senin, 15 Desember 2025 | 07:48 WIB

Pajak Bisa Pantau Properti WNI di Luar Negeri

Pertukaran data properti dengan negara-negara OECD ditargetkan mulai berlaku di 2030                

INDEKS BERITA

Terpopuler