KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sudah dua pekan terjadi kebocoran gas dan tumpahan minyak di sekitar anjungan lepas pantai YYA, Blok migas Offshore North West Java (ONWJ). Namun hingga kini pengelola blok tersebut, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) belum juga mampu mengatasinya.
Direktur Hulu PT Pertamina (Persero), Dharmawan H. Samsu, mengemukakan saat ini pihaknya masih menggelar investigasi menyeluruh dan mendalam terkait penyebab kejadian tersebut. Namun sejauh ini, Pertamina mengindikasikan terjadi anomali tekanan pada saat pengeboran sumur YYA-1 sehingga muncul gelombang gas dan tumpahan minyak.
"Dampaknya, terjadi pergeseran fondasi anjungan," ungkap Dharmawan dalam konferensi pers di Kantor Pusat Pertamina, Kamis (25/7). Pertamina merencanakan produksi dari struktur YYA-1 sebesar 23 juta kaki kubik gas per hari dan 3.000 barel minyak per hari (bph).
Saat ini Pertamina mengambil langkah dengan membuat relief well di dekat sumur YYA-1. Sumur ini akan digunakan untuk menginjeksi semen ke sumur YYA-1 yang nantinya bisa menghentikan kebocoran. Pertamina akan membangun relief well dengan menggunakan Rig Suhana. "Peralatannya akan datang pada Sabtu (27/7) pekan ini," kata Dharmawan.
Jika tak ada aral melintang, tim bisa menghentikan kebocoran gas dan tumpahan minyak dalam jangka waktu delapan hingga 10 minggu sejak pernyataan kondisi darurat atau 15 Juli 2019. Dus, Pertamina bekerjasama dengan Boots and Coots, perusahaan asal Amerika Serikat (AS) yang diklaim memiliki pengalaman dalam menangani kasus serupa.
Proyek YYA memiliki total tiga sumur. Dua sumur lainnya masih belum dibuka (isolated). Dengan kejadian ini, produksi migas Pertamina ikut terdampak. Untuk menutupi kekurangan produksi, kata Dharmawan, Pertamina berupaya mengoptimalkan produksi anak usaha lainnya.
Kebocoran gas dan tumpahan minyak di sekitar anjungan lepas pantai YYA terjadi pada 12 Juli 2019 pukul 01:30 WIB, saat melakukan re-entry di sumur YYA-1 pada kegiatan re-perforasi. Kemudian muncul gelembung gas di Anjungan YY dari rig Ensco-67 di wilayah operasional offshore ONWJ. Adapun Sumur YYA-1 yang mengalami kebocoran adalah sumur eks eksplorasi YYA-4 yang dibor pada 2011.
Pada 14 Juli 2019 pukul 22:40 WIB, Pertamina mengevakuasi seluruh pekerja di anjungan dan sekitar area itu. Pada 15 Juli, Pertamina menyatakan keadaan darurat dan melaporkannya kepada SKK Migas dan Kementerian ESDM.
Sehari kemudian mulai terlihat lapisan minyak oil spill di permukaan laut, selain gelembung gas yang masih terlihat. Tumpahan minyak mulai terlihat di sekitar anjungan pada 17 Juli.