KONTAN.CO.ID - Antusiasme masyarakat terhadap kendaraan listrik semakin tinggi. Bukan hanya menggunakan kendaraan sendiri, banyak orang juga suka memilih transportasi umum yang dioperasikan dengan tenaga listrik.
Salah satu penyedia layanan bus listrik adalah PT Transportasi Jakarta (TransJakarta). Mereka telah mengerahkan beberapa bus listrik sejak 2022 lalu. Nah, keberadaan bus listrik ini sejatinya bagian dari transformasi yang mereka lakukan, untuk menjadi perusahaan yang berkelanjutan. Jadi, mereka tidak hanya ingin melayani orang, tetapi juga lebih bertanggungjawab terhadap aspek lingkungan dan sosial.
Welfizon Yuza, Direktur Utama TransJakarta, bilang, seiring dengan tren seluruh industri yang mulai menerapkan prinsip berkelanjutan, maka perusahaannya juga mulai berbenah. “Konsep ESG yang sedang berkembang ini, kami adopsi dan disebut kerangka keberlanjutan bersih, berdaya dan bestari,” ujarnya.
Bersih dimaknai sebagai kepedulian terhadap lingkungan, berdaya lebih menonjolkan aspek ekonomi dan bestari menyangkut aspek sosial. Meski tidak diimplementasikan langsung, menurut Welfizon, aspek tata kelola tetap menjadi pondasi dari tiga kerangka keberlanjutan yang diusung.
Nah, penggunaan bus listrik merupakan penerapan aspek bersih, yaitu menghadirkan transportasi umum yang lebih bertanggungjawab terhadap lingkungan.
Pemprov DKI sendiri telah menargetkan untuk mencapai net zero emisi di tahun 2050. Dengan bus listrik, jejak karbon yang dihasilkan bisa berkurang signifikan. Berdasarkan perhitungan World Resources Institute (WRI) Indonesia dalam satu perjalanan yang beralih menggunakan kendaraan pribadi ke kendaraan umum bus diesel, maka jejak karbon akan berkurang 94%.
Namun, ketika dari kendaraan pribadi beralih ke kendaraan listrik jejak karbon bisa turun hingga 99,9%. Apalagi, pengguna kendaraan umum, jejak karbon yang dihasilkan bisa dibagi lagi kepada seluruh penumpang.
Targetnya, di tahun 2030, seluruh armada TransJakarta bisa beralih menggunakan kendaraan listrik. Bukan hanya bus, peralihan ini juga termasuk pada armada mikrotrans.
Sekarang Transjakarta sudah memiliki 100 unit bus listrik yang beroperasi mayoritas di wilayah Jakarta Selatan. Pemilihan ini didasari pada posisi depo armada tersebut.
Adapun perinciannya: 52 unit bus merek BYD dioperasikan PT Mayasari Bakti, 22 unit bus Golden Dragon dioperasikan PT Bianglala Metropolitan, dan sisanya 26 unit bus rakitan Skywell dioperasikan Damri.
Manajemen TransJakarta sengaja tidak hanya membatasi penggunaan satu merek bus listrik. Semakin banyak merek dan operator, maka proses evaluasi dari sisi produk, layanan, dan bisnis mereka akan semakin komprehensif.
Lebih mudah
Pengoperasian bus listrik bukan sekadar mengganti armada. Sebelum akhirnya beroperasi pada 2022 lalu, TransJakarta telah melewati berbagai persiapan panjang. Mulai dari melakukan studi hingga melakukan pelatihan internal.
Pramudi yang mengemudikan bus listrik merupakan sopir yang telah melalui seleksi dari operator. Hanya mereka yang terpilih saja yang dipercaya mengemudikan bus listrik.
Setelah terpilih, pramudi akan melewati masa pelatihan selama 1-2 bulan. Di sana, pramudi mendapatkan teori hingga praktik. Biasanya, dimulai dengan praktik mengemudi di jalur
TransJakarta tetapi tidak membawa penumpang. Kemudian uji coba dengan tandem, dan ketika sudah lancar baru dilepas sendiri.
Welfizon bilang, pada prinsipnya, peralihan dari kendaraan diesel ke kendaraan listrik tidak akan banyak perubahan. Justru ketika mengemudikan kendaraan listrik akan lebih banyak kemudahan yang dirasakan pramudi. Misalnya, kendaraan tidak bau solar dan bergetar, serta aspek perawatan yang berkurang karena suku cadangnya menjadi lebih ringkas, berganti baterai.
Bahkan, kekhawatiran akan habis baterai di tengah jalan, sejauh ini pun tidak pernah terjadi. Kalau bus diesel sehari rata-rata menempuh perjalanan 190 km-200 km, kemampuan bus listrik jauh lebih tinggi yaitu hampir 300 km. Ketika armada kembali ke depo, baterainya pun masih tersisa.
Paling yang perlu diwaspadai dari moda transportasi adalah kendaraan listrik yang minim suara dan getaran. Pramudi dituntut untuk lebih berhati-hati dan lebih mempelajari teknologi baru yang digunakan.
Dari sisi harga, memang harga bus listrik jauh lebih mahal, bisa sampai 2,5 kali lipat harga bus diesel. Namun, biaya perawatan, yang dikeluarkan lebih rendah di kisaran 18%-25%. Kemudian baterai bus listrik baru diganti setiap delapan tahun sekali. Jadi, “Kalau bisa merangkul ekosistem bus listrik termasuk pemerintah dan regulator, harga rupiah per km bisa turun lagi,” ujar Welfizon.
Sekarang, untuk menekan biaya, TransJakarta sedang berupaya melakukan retrofit. Yaitu, bagaimana memanfaatkan karoseri bus bermesin diesel untuk diganti mesinnya menjadi baterai bus listrik.
Selain mengganti armada menjadi bus listrik, upaya menjaga lingkungan juga diwujudkan dengan meningkatkan jumlah pelanggan. Dengan asumsi, semakin banyak pengguna artinya jumlah orang yang beralih menggunakan kendaraan kendaraan umum menjadi semakin banyak dan akhirnya bisa menekan tingkat emisi karbon.
Untuk meningkatkan jumlah pelanggan yang paling penting adalah layanan. Bagi Welfizon, produk utama TransJakarta bukan bus dan halte, tetapi rute.
“Jadi, kami mengembangkan rute dan melakukan modifikasi rute termasuk kepastian waktu tempuh menjadi salah satu strategi menaikkan jumlah pelanggan,” urain Welfizon.
Kalau dibanding sejak awal berdiri di 2004, sekarang jumlah rute yang mereka miliki sudah berkembang pesat. Tidak hanya terbatas pada koridor saja, TransJakarta sudah mengembangkan layanan non BRT sebagai pengganti bus kota dan mikrotrans. Dengan sekitar 244 rute yang dimiliki, cakupan TransJakarta untuk DKI Jakarta sudah mencapai 88%.
TransJakarta juga meningkatkan layanan dengan melakukan revitalisasi halte. Halte TransJakarta kini sebagian mulai terintegrasi dengan moda transportasi lain, seperti KRL, MRT, dan LRT.
Bukan hanya terkoneksi dengan moda transportasi lain, halte TransJakarta juga sudah diubah konsepnya dengan menggunakan atap solar panel. Jadi, separuh kebutuhan listrik di halte tersebut bisa dipenuhi dengan listrik dari pembangkit energi terbarukan.
Kredit karbon
Selain armada dan halte, upaya penurunan emisi juga dilakukan dengan melakukan penanaman mangrove. Di setiap halte, kini ada semacam QR Code yang bisa penumpang pindai untuk penanaman mangrove di Pulau Harapan, Kepulauan Seribu. Satu kali donasi setara dengan Rp 20.000.
Adapun di internal perusahaan, setiap hari Jumat manajemen TransJakarta membuat kebijakan karyawan tidak boleh menggunakan kendaraan pribadi. Mereka didorong menumpang kendaraan umum demi menurunkan jejak karbon.
Menyadari biaya untuk menerapkan prinsip keberlanjutan bukan hal yang murah, TransJakarta juga sedang melakukan studi untuk mengkreditkan upaya penurunan emisi yang telah mereka lakukan. Jejak karbon yang dikurangi karena pelanggan yang beralih menggunakan kendaraan umum diupayakan menjadi kredit karbon yang bisa dijual.
Menurut Welfizon, sudah ada beberapa negara yang tertarik untuk membeli kredit karbon milik TransJakarta. Jika semua bisa terwujud, setidaknya ini bisa menjadi modal untuk mendorong penerapan inisiatif keberlanjutan lain. “Perlu dicarikan pendanaan kreatif sehingga penerapan keberlanjutan tidak membebani keuangan perusahaan,” cetus Welfizon.
Sejauh ini, penerapan praktik keberlanjutan yang dilakukan TransJakarta sudah mulai membuahkan hasil. Banyak dukungan pembiayaan yang datang dari berbagai pihak untuk mendukung bisnis perusahaan ini. Kemudian, brand awareness juga meningkat. Masyarakat melihat nilai perusahaan menjadi lebih tinggi sejak menerapkan praktik ESG. o
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.