Lambannya Pendalaman Instrumen Pembiayaan Bencana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada ironi yang sulit kita abaikan. Indonesia berada di salah satu wilayah paling rawan bencana di dunia, namun kesiapan pembiayaannya berjalan seperti negara yang merasa aman-aman saja. Setiap tahun kita berada dalam disaster cycle. Ada banjir. Ada gempa. Ada longsor. Ada gunung meletus. Siklusnya berulang. Polanya sama. Dampaknya jelas. Tetapi pendekatan fiskalnya tertinggal. Seolah negara menunggu bencana datang dulu, baru kemudian mencari kursi kosong di ruang anggaran.
Dalam ekonomi pembangunan, tragedi terbesar bukan sekadar kerusakan fisik, melainkan kegagalan untuk belajar dari pengalaman. Setiap kejadian semestinya memperkuat sistem. Bukan hanya memperbesar rasa iba. Namun Indonesia justru berjalan sebaliknya. Ruang fiskal untuk mitigasi bencana menyempit. Kapasitas belanja menurun. Kesiapsiagaan dibiarkan menggantung. Tahun 2025, anggaran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) turun drastis menjadi Rp 2,01 triliun dibandingkan 2024 senilai Rp 4,92 triliun. Pemotongan anggaran ini bukan sekadar angka. Ini cermin cara kita memahami risiko bencana.
