Makin Terpojok Akibat Sanksi AS, Huawei Tetap Melayani Klien 5G di Eropa

Senin, 12 Oktober 2020 | 09:29 WIB
Makin Terpojok Akibat Sanksi AS, Huawei Tetap Melayani Klien 5G di Eropa
[ILUSTRASI. Logo Huawei di Bandara Shenzhen di Provinsi Guangdong China, 17 Juni 2019. REUTERS/Aly Song]
Reporter: Nathasya Elvira | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - ZURICH (Reuters) - Raksasa telekomunikasi China Huawei makin kesulitan melawan sanksi yang dirancang Amerika Serikat (AS) untuk mencekik aksesnya ke semikonduktor. Namun hingga kini, Huawei masih dapat melayani klien jaringan 5G di Eropa, kata eksekutif senior Eropa kepada surat kabar Austria.

Produsen peralatan telekomunikasi seluler dan smartphone terbesar di dunia itu masih "mencari solusi" untuk membantu jutaan pengguna ponsel Huawei setelah Google dilarang memberikan dukungan teknis untuk model ponsel Huawei baru yang menggunakan sistem operasi seluler Android.

Baca Juga: Samsung ketiban durian runtuh usai Huawei terus-terusan diserang AS

“Sejak sanksi AS tahun lalu, produsen semikonduktor AS tidak lagi diizinkan untuk memasok kami sehingga mitra AS kami sebelumnya tidak dapat lagi bekerja dengan kami. Sejak Agustus menjadi semakin sulit,” kata Abraham Liu, Wakil Presiden Huawei Eropa, kepada surat kabar Kurier.

Dia mengatakan, Washington "memeras" pembuat chip agar menghindari hubungan dengan Huawei, yang menyangkal tuduhan AS bahwa produknya dapat digunakan oleh Beijing sebagai alat penyadap.

"Meski demikian, kami yakin dapat terus melayani pelanggan Eropa kami di sektor 5G karena banyak persiapan dan investasi di muka dengan teknologi paling canggih," kata Liu tanpa menjelaskan lebih lanjut.

“Untuk pelanggan pribadi dan pemilik ponsel, kami melihat adanya kesulitan besar. Ada 90 juta pengguna Huawei di Eropa. Google tidak lagi diizinkan bekerja sama dengan Huawei, jadi Google tidak lagi mempublikasikan update smartphone Huawei dengan sistem operasi Android,” ujarnya, menambahkan “Kami masih mencari solusi.”

Baca Juga: Samsung dan Huawei masih merek smartphone paling populer di dunia

Di tengah tekanan AS untuk mengecualikan perusahaan Cina tersebut dari pemasok peralatan telekomunikasi utama, Orange dan Proximus, minggu lalu,  memilih Nokia  untuk membantu membangun jaringan 5G di Belgia.

Anggota UE telah meningkatkan pengawasan terhadap vendor yang disebut berisiko tinggi. Ini membuat tata kelola dan teknologi Huawei melalui pemeriksaan kritis dan kemungkinan akan mengarahkan operator Eropa lainnya untuk menghapusnya dari jaringan mereka, kata para analis.

Selanjutnya: Jakarta Kembali PSBB Transisi, Bisnis Bioskop dan Restoran Akhirnya Dilonggarkan

 

Bagikan

Berita Terbaru

Meski Tengah Downtrend, TLKM Dinilai Punya Fondasi Kinerja Lebih Sehat di 2026
| Senin, 22 Desember 2025 | 09:13 WIB

Meski Tengah Downtrend, TLKM Dinilai Punya Fondasi Kinerja Lebih Sehat di 2026

Saham TLKM tertekan jelang tutup tahun, namun analis melihat harapan dari FMC dan disiplin biaya untuk kinerja positif di 2026.

Kepala BMKG: Perubahan Iklim Sudah Berada di Tingkat Kritis
| Senin, 22 Desember 2025 | 08:43 WIB

Kepala BMKG: Perubahan Iklim Sudah Berada di Tingkat Kritis

Simak wawancara KONTAN dengan Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani soal siklon tropis yang kerap terjadi di Indonesia dan perubahan iklim.

Emiten Berburu Dana Lewat Rights Issue
| Senin, 22 Desember 2025 | 08:19 WIB

Emiten Berburu Dana Lewat Rights Issue

Menjelang tutup tahun 2025, sejumlah emiten gencar mencari pendanaan lewat rights issue. Pada 2026, aksi rights issue diperkirakan semakin ramai.

Strategi Rotasi Saham Blue Chip Saat Transaksi Mulai Sepi
| Senin, 22 Desember 2025 | 08:11 WIB

Strategi Rotasi Saham Blue Chip Saat Transaksi Mulai Sepi

Menjelang libur akhir tahun 2025, transaksi perdagangan saham di BEI diproyeksi cenderung sepi. Volatilitas IHSG pun diperkirakan akan rendah. 

Saham MORA Meroket Ribuan Persen, Ini Risiko & Peluang Pasca Merger dengan MyRepublic
| Senin, 22 Desember 2025 | 08:05 WIB

Saham MORA Meroket Ribuan Persen, Ini Risiko & Peluang Pasca Merger dengan MyRepublic

Bagi yang tidak setuju merger, MORA menyediakan mekanisme pembelian kembali (buyback) dengan harga Rp 432 per saham.

Tekanan Restitusi Pajak Bisa Berlanjut di 2026
| Senin, 22 Desember 2025 | 07:58 WIB

Tekanan Restitusi Pajak Bisa Berlanjut di 2026

Restitusi pajak yang tinggi, menekan penerimaan negara pada awal tahun mendatang.                          

Omzet UKM Tertekan, Daya Beli Jadi Beban
| Senin, 22 Desember 2025 | 07:53 WIB

Omzet UKM Tertekan, Daya Beli Jadi Beban

Mandiri Business Survey 2025 ungkap mayoritas UKM alami omzet stagnan atau memburuk. Tantangan persaingan dan daya beli jadi penyebab. 

APBD Tersendat, Dana Daerah Mengendap
| Senin, 22 Desember 2025 | 07:43 WIB

APBD Tersendat, Dana Daerah Mengendap

Pola serapan belanja daerah yang tertahan mencerminkan lemahnya tatakelola fiskal daerah.                          

Saham UNTR Diprediksi bisa Capai Rp 32.000 tapi Disertai Lampu Kuning Akibat Batubara
| Senin, 22 Desember 2025 | 07:41 WIB

Saham UNTR Diprediksi bisa Capai Rp 32.000 tapi Disertai Lampu Kuning Akibat Batubara

Target penjualan alat berat PT United Tractors Tbk (UNTR) untuk tahun fiskal 2026 dipatok di angka 4.300 unit.

Angkutan Barang Terganggu Pembatasan
| Senin, 22 Desember 2025 | 07:32 WIB

Angkutan Barang Terganggu Pembatasan

kendaraan dengan trailer atau gandengan, serta angkutan yang membawa hasil galian, tambang, dan bahan bangunan.

INDEKS BERITA

Terpopuler