Melonjak 67,6%, Laba Bersih Inalum Sepanjang 2018 Mencapai Rp 8,28 Triliun

Rabu, 03 April 2019 | 05:45 WIB
Melonjak 67,6%, Laba Bersih Inalum Sepanjang 2018 Mencapai Rp 8,28 Triliun
[]
Reporter: Herry Prasetyo | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indonesia Asahan Aluminium mencetak laba bersih sebesar Rp 8,28 triliun. Jumlah tersebut melonjak 67,6% dibandingkan laba bersih pada 2017 lalu.

Perolehan laba bersih induk BUMN tambang itu ditopang oleh kenaikan pendapatan sebesar 38,3%. Pada 2018 lalu, Inalum membukukan pendapatan sebesar Rp 65,28 triliun.

Anak-anak usaha Inalum memberikan sumbangan yang cukup besar bagi kinerja Inalum. Seperti diketahui, Inalum merupakan induk usaha perusahaan tambang milik pemerintah, yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Timah Tbk (TINS), dan juga PT Freeport Indonesia. 

Segmen batubara masih menjadi penyumbang terbesar bagi pendapatan Inalum, yakni sebesar Rp 21,15 triliun. Dibandingkan periode 2017, pendapatan segmen batubara naik sebesar 7,2%.

Penyumbang terbesar kedua adalah segmen logam timah dan tin solder yang membukukan pendapatan sebesar Rp 18,89 triliun pada 2018 lalu. Jumlah tersebut naik 16% dibandingkan kontribusi segmen logam timah pada 2017.

Menempati posisi ketiga sebagai penyumbang terbesar adalah segmen emas dan logam mulia lainnya yang membukukan pendapatan sebesar Rp 18,21 triliun. Jumlah tersebut melonjak lebih dari dua kali lipat dibandingkan pendapatan pada 2017 sebesar Rp 8,84 triliun.

Lonjakan pendapatan segmen emas dan logam mulia lainnya disebabkan oleh dikonsolidasikannya PT Freeport Indonesia ke dalam laporan keuangan Inalum. Seperti diketahui, sejak Desember 2018 lalu, Inalum resmi menguasai 51,24% kepemilikan saham di Freeport Indonesia.

Sementara itu, segmen nikel dan feronikel menyumbang pendapatan sebesar Rp 7,9 triliun disusul oleh segmen aluminium yang menyumbang pendapatan sebesar Rp 7,8 triliun. Pendapatan segmen nikel pada 2018 naik 62,9% sementara pendapatan segmen aluminium naik 34,5%.

Sumbangan pendapatan paling kecil berasal dari segmen pemurnian logam mulia dan jasa lainnya, yakni sebesar Rp 4,12 triliun. Meski paling kecil, pendapatan segmen pemurnian logam mulia pada tahun lalu naik sebesar 53,16% dibandingkan periode 2017.

Dari sisi kontribusi terhadap laba tahun berjalan, segmen batubara juga menempati peringkat pertama sebagai penyumbang laba tahun berjalan terbesar sebesar Rp 6,78 triliun.

Di urutan kedua dan ketiga adalah segmen aluminium dan segmen nikel dan feronikel yang masing-masing menyumbang laba tahun berjalan sebesar Rp 4,1 triliun dan Rp 2,3 triliun.

Segmen pemurnian logam membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 1,5 triliun. Segmen logam timah mencatatkan laba tahun berjalan sebesar Rp 248,25 miliar.

Sementara itu, segmen emas dan logam mulia lainnya justru membukukan rugi tahun berjalan sebesar Rp 185,4 miliar. Padahal, pada 2017 lalu, segmen emas masih membukukan laba tahun berjalan sebesar 1,98 miliar.

Selain ditopang oleh kenaikan pendapatan, laba bersih Inalum ditopang oleh penghasilan lain-lain sebesar Rp 5,02 triliun.

Penghasilan lain-lain tersebut berasal dari dividen dari Freeport Indonesia sebesar Rp 2,57 triliun.

Selain itu, penghasilan lain-lain juga bersumber dari keuntungan atas penyesuaian nilai wajar investasi sebesar Rp 2,4 triliun.

Keuntungan tersebut berasal dari revaluasi nilai buku investasi saham di Freeport Indonesia atas kepemilikan saham sebesar 9,36%.

Berdasarkan laporan penilaian independen Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) Ruky, Safrudin dan Rekan pada 27 Maret 2019, nilai wajar investasi di Freeport Indonesia untuk porsi 9,36% adalah sebesar Rp 9,66 triliun.

Dari sisi likuiditas, Inalum membukukan arus kas bersih dari aktivitas operasi sebesar Rp 6,12 triliun. Jumlah tersebut naik 6,43% dibandingkan arus kas operasional pada 2018.

Sementara arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi tercatat defisit sebesar Rp 58,98 triliun. Hal itu disebabkan oleh arus kas keluar untuk penambahan investasi di Freeport Indonesia sebesar Rp 55,75 triliun.

Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan pada 2018 tercatat sebesar Rp 56,45 triliun. Sumber arus kas pendanaan terbesar berasal dari penerimaan atas penerbitan obligasi sebesar Rp 57,9 triliun.

Alhasil, posisi kas dan setara kas Inalum di akhir tahun 2018 tercatat sebesar Rp 20,27 triliun. Jumlah tersebut naik 25,6% dibandingkan posisi kas dan setara kas di awal 2018.

Utang obligasi yang dananya digunakan untuk mengakuisisi saham Freeport Indonesia mengakibatkan liabilitas Inalum naik lebih dari tiga kali lipat. Pada akhir 2018, liabilitas Inalum naik menjadi Rp 89,68 triliun dari sebelumnya Rp 27,24 triliun pada 2017.

Sementara itu, ekuitas Inalum hanya naik 15,11% dari Rp 66,01 triliun pada akhir 2017 menjadi Rp 75,99 triliun pada akhir 2018.

Kenaikan liabilitas dan ekuitas itu membuat aset Inalum per akhir 2018 menjadi Rp 165,58 triliun. Dibandingkan periode 2017, aset Inalum tumbuh sebesar 77,7%.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Profit 27,98% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Lagi (21 Mei 2025)
| Rabu, 21 Mei 2025 | 09:27 WIB

Profit 27,98% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Lagi (21 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (21 Mei 2025) 1 gram Rp 1.894.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 27,98% jika menjual hari ini.

Gerak Transisi MEDC Kian Kencang, dari Energi Hijau Hingga Merangsek Pengembangan LNG
| Rabu, 21 Mei 2025 | 08:17 WIB

Gerak Transisi MEDC Kian Kencang, dari Energi Hijau Hingga Merangsek Pengembangan LNG

Sepanjang 2025 pedoman produksi migas PT Medco Energi International Tbk (MEDC) sebesar 145 juta MBOEPD hingga 150 MBOEPD.​

Rencana CUAN Gelar Stock Split Direspons Positif, ke Depan Harga Masih bisa Melejit
| Rabu, 21 Mei 2025 | 07:56 WIB

Rencana CUAN Gelar Stock Split Direspons Positif, ke Depan Harga Masih bisa Melejit

Pendapatan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) untuk setahun penuh 2025 diproyeksi dapat mencapai US$ 1,2 miliar dengan laba bersih US$ 469 juta.

Entitas Grup Sinarmas Anak Usaha Sinar Mas Multiartha (SMMA) Gugat PMH Satgas BLBI
| Rabu, 21 Mei 2025 | 07:48 WIB

Entitas Grup Sinarmas Anak Usaha Sinar Mas Multiartha (SMMA) Gugat PMH Satgas BLBI

Satgas BLBI menjadi tergugat pertama, dalam perkara yang didaftarkan pada awal pekan ini, Senin, 19 Mei 2025.

Arah IHSG Menanti Keputusan BI Rate
| Rabu, 21 Mei 2025 | 07:35 WIB

Arah IHSG Menanti Keputusan BI Rate

Investor akan mencermati hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang diperkirakan menurunkan suku bunga

Menakar Peluang Cuan di Saham-Saham IDX30
| Rabu, 21 Mei 2025 | 07:30 WIB

Menakar Peluang Cuan di Saham-Saham IDX30

Ruang penguatan untuk saham-saham IDX30 masih terbuka namun tetap perlu mengantisipasi potensi koreksi jangka pendek 

Widodo Makmur Unggas (WMUU) Perbaiki Kinerja Pasca Restrukturisasi
| Rabu, 21 Mei 2025 | 07:00 WIB

Widodo Makmur Unggas (WMUU) Perbaiki Kinerja Pasca Restrukturisasi

WMUU berkomitmen untuk melaksanakan seluruh kewajiban sesuai dengan ketentuan perjanjian perdamaian yang telah berkekuatan hukum tetap.

Danantara Menyiapkan Sederet Proyek Strategis
| Rabu, 21 Mei 2025 | 06:15 WIB

Danantara Menyiapkan Sederet Proyek Strategis

Proyek yang tengah disiapkan Danantara sudah memenuhi aspek finansial, legal, administrasi serta teknologi.

Petani Kelapa Minta Tarif Ekspor Tidak Lebih 5%
| Rabu, 21 Mei 2025 | 06:15 WIB

Petani Kelapa Minta Tarif Ekspor Tidak Lebih 5%

Penetapan tarif ekspor untuk kelapa bulat tersebut petani harap bisa untuk beagam kebutuhan memajukan perkebunan kelapa nasional.

Rupiah Masih Akan Terus Menguat pada Rabu (21/5)
| Rabu, 21 Mei 2025 | 06:15 WIB

Rupiah Masih Akan Terus Menguat pada Rabu (21/5)

Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (20/5), rupiah menguat 0,12% secara harian ke level Rp 16.413 per dolar AS. 

INDEKS BERITA

Terpopuler