Menelisik Tabir Aksi Pendirian Entitas Usaha Green Power Group (LABA) Bersama China

Rabu, 02 Oktober 2024 | 08:50 WIB
Menelisik Tabir Aksi Pendirian Entitas Usaha Green Power Group (LABA) Bersama China
[ILUSTRASI. Siswa SMK memasang baterai pada unit motor listrik konversi di bengkel Alders Garage Jakarta, Senin (26/8/2024). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meluncurkan program konversi motor konvensional menjadi motor listrik sebanyak 1.000 unit yang ditujukan untuk masyarakat Jabodetabek. (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)]
Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yuwono Triatmodjo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana PT Green Power Group Tbk (LABA) mendirikan sejumlah entitas usaha bersama rekanan asal China, masih menyisakan pertanyaan. Sebab, perincian mengenai entitas usaha yang akan digandeng LABA, tidak dipaparkan secara gamblang hingga saat ini.

Wacana pembentukan anak usaha dan perusahaan patungan ini sudah cukup lama mengemuka. Terbaru, pada Rabu (25/9/2024) manajemen LABA kembali memberitahukan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) mengenai rencana tersebut. Direktur Utama LABA, William Ong menyatakan, berdasarkan rapat gabungan direksi dan dewan komisaris pada 24 September 2024, pihaknya akan mendirikan anak perusahaan dan perusahaan patungan.

Pertama, LABA akan mendirikan perusahaan patungan bersama perusahaan asal Hongkong dengan modal sebesar Rp 10 miliar pada tahap awal. Di sini, Green Power Group akan memiliki saham mayoritas sebanyak 51%. Perusahaan ini akan bergerak dalam bidang pembuatan teknologi digital battery management system (BMS).

BMS merupakan perangkat elektronik yang memiliki peran vital untuk mengoptimalkan dan mengontrol kinerja baterai (cell dan pack) pada kendaraan bermotor listrik.

Baca Juga: LABA Terus Geber Langkah Transformasi, Sahamnya Melorot Usai Capai ATH

Kedua, LABA akan mendirikan perusahaan patungan bersama perusahaan asal Zehijang, China dengan modal Rp 10 miliar pada tahap awal dengan persentase kepemilikan 51%. Perusahaan patungan atau joint venture (JV) tersebut, kelak bergerak dalam bidang manufaktur suku cadang produk dan produksi cetakan.

 

Cetakan yang diproduksi, dikhususkan untuk pembuatan komponen, aksesoris baterai, dan produk pendukung energi terbarukan.

Ketiga, LABA juga akan mendirikan anak usaha dengan modal sebesar Rp 10 miliar pada tahap awal dengan persentase 99%. Perusahaan ini akan bergerak di bidang jaringan pertukaran baterai atau stasiun pertukaran baterai.

Stasiun pertukaran baterai cerdas ini dirancang untuk mengakomodasi baterai 36V, 48V, dan 72V. Fasilitas ini dilengkapi dengan proteksi terhadap petir dan lonjakan arus sesaat, deteksi kebakaran otomatis, dan sistem pemadam kebakaran jika baterai mengalami overheat.

Terakhir, anak perusahaannya PT Sustainable Energy Development Trading (SEDT) akan mendirikan anak usaha di Provinsi Hainan, China dengan modal US$ 500.000. Perusahaan ini nantinya bergerak dalam bidang impor dan ekspor produk energi terbarukan.

Jika dilihat dari seluruh pengumuman ini, LABA tidak secara terbuka menyatakan dengan siapa mereka bermitra.

Baca Juga: Emiten Pertebal Isi Kantong dengan Pundi-Pundi Baru

Menurut, Community Lead Indo Premier Sekuritas (IPOT), Angga Septianus, pengumuman ini sudah masuk ke regulator yakni Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI maka seharusnya hal ini sudah direncanakan sedemikian rupa oleh LABA. “Tetapi bisa jadi ada fakta yang belum mau dibuka terlebih dahulu sampai proses pendirian anak usaha selesai demi kepentingan tertentu, nah ini yang tidak tahu kepentingan apa juga,” ujarnya kepada KONTAN, Selasa (1/10/2024).

Menurutnya, jika investor percaya dengan rencana yang dikemukakan LABA, satu hal yang penting hanyalah mengawal perkembangan keterbukaan selanjutnya.

Hal yang perlu dicatat, menurut pantauan KONTAN, saham LABA dalam beberapa waktu atau sebulan ini anjlok hingga 8,47% dari yang sebelumnya terbang sangat tinggi. Namun dalam periode sepekan ini sahamnya kembali menghijau hingga 8% dan dalam satu hari di perdagangan Selasa (1/10) telah melambung 17,90%. Saat ini saham LABA diperdagangkan di Rp 540 per saham.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Harga Komoditas Energi Masih Akan Tertekan di 2026
| Rabu, 31 Desember 2025 | 05:30 WIB

Harga Komoditas Energi Masih Akan Tertekan di 2026

Kondisi pasokan berlebih alias oversupply dan faktor cuaca, menyebabkan harga komoditas energi global relatif tertekan di 2025.

Industri Elektronik Membutuhkan Peta Jalan
| Rabu, 31 Desember 2025 | 05:20 WIB

Industri Elektronik Membutuhkan Peta Jalan

Pasar domestik punya peluang di segmen downstream (hilir), seperti assembly & testing, modul elektronik, dan produk akhir berbasis semikonduktor.

Dana Asing Rp 17,34 Triliun Hengkang Dari Bursa Selama Tahun 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 05:15 WIB

Dana Asing Rp 17,34 Triliun Hengkang Dari Bursa Selama Tahun 2025

Menakar prospek dana asing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan strategi investasi saham pada tahun 2026.

Likuiditas Dorong Kinerja Bursa Domestik Sepanjang 2025 Ngegas
| Rabu, 31 Desember 2025 | 05:05 WIB

Likuiditas Dorong Kinerja Bursa Domestik Sepanjang 2025 Ngegas

Rata-rata nilai transaksi harian di Bursa Efek Indonesia (BEI) naik lebih dari 40% hingga akhir perdagangan 2025.

Volatilitas Valas Asia Relatif Berkurang di Akhir Tahun
| Rabu, 31 Desember 2025 | 05:00 WIB

Volatilitas Valas Asia Relatif Berkurang di Akhir Tahun

Selasa (30/12), baht Thailand (THB) menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia dengan kenaikan 0,65% secara harian ke 31,41.

Siantar Top (STTP) Bidik Pertumbuhan Dobel Digit
| Rabu, 31 Desember 2025 | 04:20 WIB

Siantar Top (STTP) Bidik Pertumbuhan Dobel Digit

STTP akan memfokuskan pengembangan dengan dua pendekatan utama, yakni memperluas distribusi ke negara yang belum terjangkau 

Izin Dipermudah, Persaingan Bisnis Gadai Makin Sengit di Tahun Depan
| Rabu, 31 Desember 2025 | 04:15 WIB

Izin Dipermudah, Persaingan Bisnis Gadai Makin Sengit di Tahun Depan

Pasar gadai di dalam negeri masih menawarkan daya tarik tinggi bagi pemain yang ingin menjajal bisnis ini.

Pelaku Industri Masih di Posisi Wait and See
| Rabu, 31 Desember 2025 | 04:10 WIB

Pelaku Industri Masih di Posisi Wait and See

IKI untuk industri yang berorientasi ekspor maupun pasar domestik kompak melambat pada akhir tahun ini.

Prospek RMK Energy (RMKE) Cerah Meski Harga Batubara Terpuruk
| Selasa, 30 Desember 2025 | 15:00 WIB

Prospek RMK Energy (RMKE) Cerah Meski Harga Batubara Terpuruk

Menurut analis, model bisnis RMKE memiliki keunggulan, terutama dari sisi efektifitas biaya, keselamatan, kepatuhan regulasi, dan biaya.

MLBI Jaga Kinerja di Momen Penting Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
| Selasa, 30 Desember 2025 | 13:00 WIB

MLBI Jaga Kinerja di Momen Penting Natal 2025 dan Tahun Baru 2026

Manajemen MLBI memastikan, merek-merek mereka berada dalam posisi yang kuat dan tersedia untuk memenuhi permintaan konsumen.

INDEKS BERITA