Moody's: Geo Energy Resources Bergantung Pada Akuisisi Tambang Batubara

Kamis, 07 Maret 2019 | 17:52 WIB
Moody's: Geo Energy Resources Bergantung Pada Akuisisi Tambang Batubara
[]
Reporter: Herry Prasetyo | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat Moody's Investors Service menegaskan peringkat B2 untuk Geo Energy Resources Limited. Namun, pada saat bersamaan, Moody's merevisi prospek peringkat dari stabil menjadi negatif. 

Prospek negatif tersebut mencerminkan ekspektasi Moody's bahwa profil kredit Geo Energy akan tetap lemah untuk posisi peringkat saat ini.

Analis Moody's Maisam Hasnain mengatakan, profil kredit Geo Energy akan tetap lemah tanpa adanya peningkatan material dalam produksi di tambang yang ada. 

Selain itu, prospek negatif juga mencerminkan ketidakpastian atas kemampuan Geo Energy untuk memperoleh aset batubara yang cocok dalam waktu dekat untuk meningkatkan pendapatan dan arus kas konsolidasi.

Geo Energy pada 2018 memiliki rasio utang yang disesuaikan, yang diukur dari utang diseuaikan terhadap EBITDA, sebesar 4,5 kali. Rasio tersebut meningkat dibandingkan rasio utang disesuaikan pada 2017 sebesar 2017. 

Rasio utang disesuaikan tersebut telah melanggar pemicu penurunan untuk perusahaan berperingkat B2, yakni rasio utang sebesar 4 kali. 

Peningkatan rasio utang tersebut disebabkan oleh pendapatan yang lebih rendah  dan biaya operasi yang lebih tinggi ketika mulai beroperasi di tambang PT Tanah Bambu Resources. 

Geo Resources telah memperoleh persetujuan regulator untuk memproduksi 8 juta ton batubara pada 2019, relatif tidak banyak berubah dibandingkan produksi pada 2018 sebesar 7,9 juta ton. Namun, jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan produksi tahunan sebesar 13 juta ton yang ditargetkan Geo Energy pada November 2018 lalu. 

Hasnain, dalam siaran pers Moody's, mengatakan, ketidakmampuan untuk meningkatkan produksi material pada 2019 akan membatasi pertumbuhan pendapatan Geo Energy. Selain itu, profil kredit Geo Energy akan terbebani. Sebab, skala usaha Geo Energy terbilang kecil sehingga rentan terhadap perubahan harga batubara. 

Dengan tidak adanya akuisisi dan mengigat pertumbuhan produksi yang terbatas, Moody's memperkirakan, rasio utang Geo Energy yang disesuaikan akan melemah lebih lanjut menjadi sekitar 5,5 kali pada 12 bulan hingga 18 bulan ke depan. Rasio utang yang tinggi itu, menurut Moody's, secara berkelanjutan tidak dapat mendukung peringkat B2. 

Meski begitu, Moody's memberikan catatan, Geo Energy memiliki fleksibilitas keuangan untuk memanfaatkan salo kas yang besar untuk membuat akuisis tambang batubara demi meningkatkan skala produksi dan mengerek pendapatan dan arus kas konsolidasi. Per 31 Desember 2018, Geo Energy memiliki saldo kas sebesar US$ 197 juta.

Pekan lalu, Moody's mengatakan, Geo Energy mengumumkan penawaran tidak mengikat untuk tambang batubara yang menghasilkan di Kalimantan Timur. Namun, perincian lebih lanjut mengenai rencana akuisisi itu tidak tersedia untuk umum. 

Menurut Moody's, metrik keuangan Geo Energy yang lemah bisa membaik jika berhasiil menyelesaikan akuisisi tanpa meningkatkan utang secara material. 

Sebaliknya, tekanan peringkat negatif akan semakin meningkat jika Geo Energi menunda rencana akuisisi maupun jika akuisisi tidak mengarah pada peningkatan material dalam metrik keuangan konsolidasi. 

Selain itu, mengingat cadangan batubara yang menurun, Geo Energy akan bergantung pada akuisisi tambang batubara yang cukup besar. 

Jika tidak, Geo Energy akan berisiko tidak memenuhi persyaratan cadangan batubara minimum untuk mencegah opsi jual alias put option pada obligasi senilai US$ 300 juta mulai April 2021. 

Menurut Moody's, situasi itu akan meningkatkan risiko likuiditas dan pembiayaan kembali. 

Lantaran prospek peringkat negatif, menurut Moody's, peringkat Geo Energy tidak akan mungkin naik. 

Namun, prospek peringkat bisa kembali stabil jika Geo Energy meningkatkan profil keuangan dan secara efektif melaksanakan rencana akuisisi tambang baru untuk meningkatkan produksi dan umur cadangan tambang. 

Di sisi lain, peringkat Geo Energy bisa turun jika kinerja operasi Geo Energi tidak membaik secara materaial atau jika gagal melakukan akuisisi yang bisa meningkatkan profil kredit dalam waktu dekat sehingga mengurangi risiko opsi jual pada 2021. 

Berdiri sejak 2008, Geo Energy adalah kelompk usaha penambangan batubara yang memiliki konsesi pertambangan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. 

Geo Energy memiliki empat konsesi pertambangan melalui anak-anak usahanya, yakni PT Bumi Enggang Khatulistiwa, PT Sungai Danau Jaya, PT Tanah Bumbu Resources, dan PT Surya Tambang Tolindo. 

Pemegang saham Goe Energy adalah Charles Anthonny Melati dan Huang She Tong yag menguasai 39% kepemilikan saham. Sementara pemegang saham publik menguasai 45% saham. Macquarie Bank Limited pada November 2018 mengakuisisi 5% saham Geo Energy dengan waran yang memberikan hak untuk menambah kepemilikan saham menjadi 9,7% pada November 2020.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Tren Bullish Diproyeksi Masih Akan Ikuti Samudera Indonesia (SMDR) Tahun 2026
| Jumat, 05 Desember 2025 | 15:00 WIB

Tren Bullish Diproyeksi Masih Akan Ikuti Samudera Indonesia (SMDR) Tahun 2026

SMDR tahun ini mengalokasikan belanja modal senilai Rp 4 triliun ayang dialokasikan untuk menambah kapal baru.

Menguatnya Saham Tommy Soeharto (GTSI) Didominasi Volume Pembelian
| Jumat, 05 Desember 2025 | 14:00 WIB

Menguatnya Saham Tommy Soeharto (GTSI) Didominasi Volume Pembelian

Target GTSI adalah juga mencari sumber pendapatan baru agar tidak tergantung dari LNG shipping dan FSRU.

Didorong Sentimen Rights Issue, Begini Proyeksi Saham IMAS dan IMJS Menurut Analis
| Jumat, 05 Desember 2025 | 12:50 WIB

Didorong Sentimen Rights Issue, Begini Proyeksi Saham IMAS dan IMJS Menurut Analis

Pendapatan IMAS sampai dengan September 2025 ditopang dari PT IMG Sejahtera Langgeng senilai Rp 14,79 triliun atau tumbuh 15,46% YoY.

Butuh Duit Jumbo Menyerap Kenaikan Free Float, Mampukah Pasar?
| Jumat, 05 Desember 2025 | 10:03 WIB

Butuh Duit Jumbo Menyerap Kenaikan Free Float, Mampukah Pasar?

Dengan target transaksi harian hanya Rp 14,5 triliun, besaran dana untuk menyerap saham free float 15% sekitar Rp 203 triliun termasuk besar.

Melambung Tinggi, Saham Teknologi Masih Terus Unjuk Gigi
| Jumat, 05 Desember 2025 | 09:53 WIB

Melambung Tinggi, Saham Teknologi Masih Terus Unjuk Gigi

Pergerakan saham teknologi ke depan akan jauh lebih selektif dan berbasis kinerja, bukan lagi sekadar euforia sentimen.

WALHI Beberkan Akumulasi Alih Fungsi Hutan 10.795 Ha Pemicu Banjir di Sumut
| Jumat, 05 Desember 2025 | 09:00 WIB

WALHI Beberkan Akumulasi Alih Fungsi Hutan 10.795 Ha Pemicu Banjir di Sumut

Banjir ini mencerminkan akumulasi krisis ekologis yang dipicu ekspansi tambang, proyek energi, hingga perkebunan sawit skala besar.

Prospek Elok Emiten Milik Happy Hapsoro (RATU) Ditopang Ekspansi Bisnis yang Agresif
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:32 WIB

Prospek Elok Emiten Milik Happy Hapsoro (RATU) Ditopang Ekspansi Bisnis yang Agresif

RATU memiliki tujuh rencana akuisisi global hingga tiga tahun ke depan, dua diantaranya ditargetkan selesai kuartal IV-2025 dan semester I-2026.

WSKT Diskon Tarif Tol di Jawa dan Sumatra
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:12 WIB

WSKT Diskon Tarif Tol di Jawa dan Sumatra

WSKT juga menargetkan peningkatan pendapatan selama periode tersebut, meski Buyung enggan menyebut angkanya secara spesifik.  

Pertamina Pasok BBM dengan Pesawat Perintis
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:08 WIB

Pertamina Pasok BBM dengan Pesawat Perintis

Pengiriman menggunakan pesawat perintis merupakan langkah strategis untuk menjaga keberlanjutan energi di wilayah terdampak

Layanan Internet Darurat FiberStar di Lokasi Bencana
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:03 WIB

Layanan Internet Darurat FiberStar di Lokasi Bencana

FiberStar juga menghadirkan layanan internet darurat menggunakan teknologi Starlink untuk mendukung komunikasi bagi penyintas, relawan dan aparat

INDEKS BERITA

Terpopuler